Setelah Lima Tahun

"Selamat siang Pak Johan. Mari, saya antarkan kalian menemui Bos. Kebetulan dia sudah menunggu Bapak dan yang lain sejak tadi," ucap Laura.

Johan, sekretarisnya bernama Joana dan Tania mengikuti langkah Laura menuju sebuah meja di dekat jendela besar. Dari jendela itu para pengunjung dapat melihat langsung lalu lalang kendaraan dari lantai dua.

Sepanjang jalan menuju meja di mana sang klien duduk, Tania menghela napas panjang kemudian mengembuskan secara perlahan. Degup jantung wanita itu semakin tak beraturan. Bibir komat kamit seakan tengah mengucapkan matra berharap dia bisa menghilang saat ini atau waktu dapat berhenti berputar hingga dia bisa melarikan diri dari tempat itu. Akan tetapi, tampaknya semesta tak berpihak kepadanya.

"Tuan, Pak Johan serta rombongan telah tiba." Laura memberitahu sang Bos yang saat itu sedang memainkan telepon genggam.

Senyum mengembang di sudut bibir Johan karena berkesempatan bertemu dengan salah satu CEO muda sukses di tanah air. "Halo, Tuan, selamat siang. Perkenalkan nama saya Johan." Pria paruh baya mengulurkan tangan ke depan.

Mendengar pemilik perusahaan yang akan menangani proyek milik keluarganya, pria jangkung bermata hazel memasukan gawai ke dalam saku celana kemudian bangkit dan berkata, "Selamat si--"

Belum selesai sang CEO berkata, suara pria itu seakan tercekat di tenggorokan tatkala melihat sosok perempuan anggun nan cantik berdiri di belakang tubuh Johan. Mata pria itu langsung terbelalak. Bola mata sampai mau melompat dari kelopak saking lebarnya dia membuka mata.

Suasana berubah hening dalam sekejap. Mengerjapkan mata beberapa kali hanya ingin memastikan bahwa saat ini dia sedang tidak berhalusinasi.

"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" Laura begitu mengkhawatirkan keadaan sang Bos yang secara tiba-tiba mematung di tempat.

Sepersekian detik membeku kini pria jangkung bermata hazel menyadari bahwa dia tidak sedang bermimpi. Sosok perempuan di depan sana adalah seseorang yang begitu dia rindukan sekaligus dia benci dalam waktu bersamaan.

Memalingkan wajah ke samping setelah tahu kalau wanita itu adalah mantan istrinya. Alih-alih menjawab pertanyaan sang sekretaris, pria berwajah setengah bule berkata, "Rapat kali ini langsung saja dimulai. Saya tidak punya banyak waktu untuk berbincang dengan orang asing." Saat mengucapkan kalimat terakhir, Xander sengaja melirik tajam ke arah Tania hingga membuat wanita itu semakin tertunduk.

Bagai didorong dari tebing yang sangat tinggi, tubuh Tania melemas seketika. Dada wanita itu terasa nyeri bagai dihimpit bongkahan batu yang sangat besar saat Xander, mantan suaminya mengatakan dia adalah orang asing. Oh Tuhan, jadi selama lima tahun ini pria itu masih membenci dirinya.

Tangan Johan yang sedari tadi terulur ke depan, dia tarik kembali dan menoleh ke samping kanan dan kiri, memberi kode kepada Joana dan Tania untuk duduk di kursi. Dia berpikir, tampaknya suasana hati Xander sedang tidak baik jadi lebih baik menuruti permintaan kliennya itu daripada proyek pembangunan mall ditarik kembali dan diberikan ke perusahaan lain.

Setelah kejadian menegangkan yang hanya dirasakan oleh sepasang mantan suami istri, kelima orang duduk saling berhadapan dengan meja persegi panjang menjadi penghalang di antara mereka. Johan duduk diapit oleh Joana dan Tania, sedangkan posisi duduk Xander tepat berhadapan dengan sang mantan istri. Udara di sekitar Tania terasa begitu sesak. Dari banyaknya do'a yang dipanjatkan tampaknya hanya keinginannya untuk tidak bertemu dengan orang-orang di masa lalu tidak dikabulkan Tuhan.

Memalingkan pandangan ke arah lain, menghirup udara sebanyak mungkin guna mengisi pasokan oksigen di paru-paru. Namun sayangnya, meski Tania membuang pandangan tetap saja Xander menatap wanita itu dengan sorot mata penuh kebencian.

"Tuan Xander, sesuai dengan yang saya bicarakan via sambungan telepon dua hari lalu, kedatangan saya ingin membahas soal proyek yang baru saja perusahaan kami menangkan. Karena ini merupakan proyek yang cukup besar bagi kami maka saya membawa salah satu arsitektur handal di perusahaan kami. Meskipun baru satu minggu bergabung di perusahaan namun Tuan Xander jangan khawatir, kemampuannya menjalankan tugas tidak perlu diragukan lagi," tutur Johan panjang lebar.

"Namanya adalah Tania Maharani, dia yang akan bertanggung jawab mengurusi proyek pembangunan perusahaan Anda." Johan melirik ke arah Tania, kemudian berbisik, "Keluarkan rancangan desainmu, Tania dan tunjukan kepada Tuan Xander."

Wanita berblazer putih dengan rok span cream di bawah lutut sedikit terkejut saat Johan memintanya menampilkan rancangan desain sebuah pusat perbelanjaan yang akhir-akhir ini tengah dia sempurnakan. Akan tetapi, dia bisa dengan mudah mengendalikan diri di hadapan semua orang.

Mengeluarkan lembaran kertas putih, kemudian menyodorkannya ke hadapan Xander. Meskipun tangan gemetaran, debaran jantung tak henti-hentinya berdegup kencang, Tania mencoba bersikap profesional karena tidak mau mengecewakan Akmal.

"Tuan Xander, ini adalah rancangan yang telah saya sempurnakan. Anda bisa melihatnya sambil saya jelaskan terlebih dulu. Jika memang saat penyampaian nanti ada yang tidak dimengerti bisa Anda tanyakan."

Usai mengucapkan kalimat terakhir, Tania bergegas memaparkan rancangan yang telah dibuatnya. Dia tidak mau membuang waktu terlalu lama, berada dalam ruangan yang sama dengan mantan suaminya itu. Selama rapat berlangsung, tak henti-hentinya Xander menatap sinis ke arah Tania. Menghujamkan tatapan tajam penuh kebencian.

Dasar pembohong! Pengkhianat! maki Xander dalam hati sambil mengepalkan tangan dan mengeraskan rahang.

***

Usai menghadiri rapat penting, Xander memutuskan kembali ke apartemen mewah di kawasan Jakarta Pusat. Pasca perceraiannya dengan Tania, pria berdarah campuran Amerika Indonesia memutuskan pindah dari hunian mewah bergaya Eropa, tempat tinggalnya bersama sang mantan. Rumah mewah itu banyak sekali menyimpan kenangan indah saat mereka masih bersama tapi juga terlalu sakit untuk dikenang.

"Kenapa kamu harus menampakkan lagi wajahmu di hadapanku, Tania? Kenapa? Katanya kamu tidak akan lagi muncul di depanku, tapi buktinya kamu berdiri di depannya seolah tidak pernah terjadi sesuatu di antara kita." Xander meraih vas bunga di atas meja bundar di ruang tamu, kemudian melemparnya ke sembarang tempat hingga membuat benda berbahan kaca itu pecah berserakan di mana-mana. Napas terengah disusul dada kembang kempis. Namun, tindakannya itu tak cukup meredam emosi dalam dada.

Xander kembali meraih benda pecah belah untuk dilemparkan kembali. Kali ini miniatur bola salju dengan pajangan menara Eifeel di tengahnya. "Dasar pembohong! Wanita murahan!"

Setelahnya Xander terduduk lemas di sofa. Mengusap wajah dan menyugar rambut dengan begitu frustasi. Kepingan kejadian lima tahun lalu kembali menari indah di memori ingatan pria itu.

"Tania Maharani," ucap Xander lirih seraya memejamkan mata.

Di saat Xander tengah membayangkan wajah Tania, suara ketukan sandal menggema memenuhi penjuru ruangan. Semakin lama suara itu terdengar semakin dekat.

"Xander?" ucap seorang wanita.

.

.

.

Terpopuler

Comments

evvylamora

evvylamora

katanya orang kaya, pengusaha terkenal, ms sih ga bs nyari tau apa yg terjadi...

2023-08-11

0

Riana

Riana

benci benci tapi rindu🎼🎼🎼🎼

2023-07-21

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

sebagai pengusaha sukses biasanya lebih mengutamakan logika tp kenapa Xander percaya gitu aja apa yg di lihat tanpa ada penyelidikan... hahh...

2023-07-16

0

lihat semua
Episodes
1 Impian yang Sirna
2 Semua Demi Arsenio
3 Aku Bukan Anak Haram
4 Mulut Pedas Orang Kampung
5 Permainan Akan Segera Dimulai
6 Aksi Arsenio
7 Terbongkar
8 Aku Punya Papa
9 Ingin Membantu Mama
10 Arsenio is The Winner
11 Keputusan Tania
12 Hari Pertama di Jakarta
13 Kenapa Ada Dia di sini?
14 Setelah Lima Tahun
15 Keputusan Xander
16 Pertemuan Dua Mata Hazel
17 Sebuah Fakta
18 Serangan Hacker Little B
19 Virus I Hate You, Dad
20 Bertemu Kembali
21 Kecewa
22 Tetangga Rese Bin Julid
23 Mantan Istri VS Calon Istri
24 Pembalasan Arsenio
25 V Pramono Group
26 Sebuah Kesepakatan
27 Permintaan Jonathan
28 Kabar untuk Miranda
29 Hari Baik
30 Arsenio's Birthday
31 Seandainya
32 Bertemu Abraham
33 Dark Devil
34 Arsenio si Bocah Genius
35 Pertempuran Dua Hacker
36 Tes DNA
37 Bertemu Mantan Mertua
38 Mantan Mertua VS Mantan Menantu
39 Bukan Mertua, tapi Mantan Mertua!
40 Sebuah Undangan dari Sang Mantan
41 Engagement
42 Engagement Part II
43 Aib yang Terbongkar
44 Kebenaran yang Terungkap
45 Flash Back
46 Mungkinkah Ibu Kandung Arsenio adalah Tania?
47 Dia Papa-mu, Nak!.
48 Hasil Tes DNA
49 Meminta Penjelasan
50 Di saat Tania Mengadu
51 Pertemuan Dua Lelaki
52 Arsenio adalah Anakku?
53 Secangkir Kopi Cappuccino
54 Maafkan Aku, Tania
55 Aku Talak Kamu!
56 Arsenio Memang Anakmu
57 Jangan Memintaku untuk Kembali!
58 Hukuman untuk Miranda
59 Pembagian Saham Perusahaan
60 Mau Apa Om Jahat Ke Sini?
61 Memaafkan Bukan Berarti Menerimanya dengan Mudah
62 Perminfaan Maaf Xander
63 Rasakan, Emang Enak Dicuekin!
64 Itu Sih Deritamu!
65 MOHON DIBACA
66 Akte Kepemilikan Saham
67 Pertemuan yang Tidak Disengaja
68 Rencana Pertama Xander
69 Pentas Seni di Sekolah
70 Om Itu Adalah ... Papaku
71 Hadiah untuk Arsenio
72 Tidak Akan Membiarkan Arsenio Terluka
73 Seperti Keluarga Bahagia
74 Little Venice, Bogor
75 Mirip Aku?
76 Berhentilah Memanggilnya dengan Sebutan 'Jahat'
77 Apa Hubunganmu dengan Tuan Xander?
78 Modus
79 Buket Bunga Praimrose
80 Bentuk Pertanggung Jawaban Xander
81 Berbaikan?
82 Undangan Makan Malam
83 Masak Bersama Arsenio
84 Like Father Like Son
85 Rencana Perjalanan Dinas
86 Papa Siaga
87 Gangguan Pencernaan
88 Rumah Sakit
89 Akhirnya ....
90 Harus Kuat demi Arsenio
91 Kamu Cemburu?
92 Target Selanjutnya
93 Cibiran Pedas untuk Miranda
94 Apa yang Terlihat Mata, Belum Tentu Sesuai dengan Kenyataan yang Sebenarnya
95 Aku ... Menyesal!
96 Multi Talent
97 Kasmaran
98 Maafkan Mama, Nak
99 Berdamai dengan Masa Lalu
100 Sebuah Pesan Singkat
101 Pertemuan Antara Mantan Menantu dan Mantan Mertua
102 Berbaikan
103 Akur
104 Kecelakaan
105 Dewi Penolong
106 Siuman
107 Dewi Penolong Itu Adalah Tania
108 Berbaikan
109 Rujuk?
110 Dalang di Balik Kecelakaan Miranda
111 "Kamu Bersedia Menungguku?"
112 Detik-Detik Sebelum Kebenaran Terungkap
113 "Halo, Nenek Miranda. Nice To Meet You."
114 Rencana Jonathan
115 Kejutan untuk Miranda
116 Semua Indah pada Waktunya
117 "Aku Bersedia Rujuk denganmu"
118 OTW Halal
119 Miranda VS Monica
120 Tamu Tak Diundang
121 Arsenio is Mirandas's Hero
122 Calon Pemimpin Baru V Pramono Group
123 Konferensi Pers
124 Kejutan untuk Tania
125 "Aku Bersedia"
126 Penyesalan Amanda
127 Before Wedding Days
128 Tamu Misterius
129 Berbaikan
130 Wedding Day
131 Wedding Party
132 Berkenalan dengan Bocah Genius
133 After Wedding Party
134 Melebur Menjadi Satu
135 Rencana Miranda
136 Tawaran Pekerjaan
137 Honeymoon (Paris, Prancis)
138 Kejutan untuk Istri Tercinta
139 Candle Light Dinner Ala Xander
140 Hari Pertama Bekerja
141 Sekretaris Baru
142 Aura Larasati
143 Dua Orang Asing?
144 Idola Masa Depan
145 Pertemuan Pertama dengan Arsenio
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Impian yang Sirna
2
Semua Demi Arsenio
3
Aku Bukan Anak Haram
4
Mulut Pedas Orang Kampung
5
Permainan Akan Segera Dimulai
6
Aksi Arsenio
7
Terbongkar
8
Aku Punya Papa
9
Ingin Membantu Mama
10
Arsenio is The Winner
11
Keputusan Tania
12
Hari Pertama di Jakarta
13
Kenapa Ada Dia di sini?
14
Setelah Lima Tahun
15
Keputusan Xander
16
Pertemuan Dua Mata Hazel
17
Sebuah Fakta
18
Serangan Hacker Little B
19
Virus I Hate You, Dad
20
Bertemu Kembali
21
Kecewa
22
Tetangga Rese Bin Julid
23
Mantan Istri VS Calon Istri
24
Pembalasan Arsenio
25
V Pramono Group
26
Sebuah Kesepakatan
27
Permintaan Jonathan
28
Kabar untuk Miranda
29
Hari Baik
30
Arsenio's Birthday
31
Seandainya
32
Bertemu Abraham
33
Dark Devil
34
Arsenio si Bocah Genius
35
Pertempuran Dua Hacker
36
Tes DNA
37
Bertemu Mantan Mertua
38
Mantan Mertua VS Mantan Menantu
39
Bukan Mertua, tapi Mantan Mertua!
40
Sebuah Undangan dari Sang Mantan
41
Engagement
42
Engagement Part II
43
Aib yang Terbongkar
44
Kebenaran yang Terungkap
45
Flash Back
46
Mungkinkah Ibu Kandung Arsenio adalah Tania?
47
Dia Papa-mu, Nak!.
48
Hasil Tes DNA
49
Meminta Penjelasan
50
Di saat Tania Mengadu
51
Pertemuan Dua Lelaki
52
Arsenio adalah Anakku?
53
Secangkir Kopi Cappuccino
54
Maafkan Aku, Tania
55
Aku Talak Kamu!
56
Arsenio Memang Anakmu
57
Jangan Memintaku untuk Kembali!
58
Hukuman untuk Miranda
59
Pembagian Saham Perusahaan
60
Mau Apa Om Jahat Ke Sini?
61
Memaafkan Bukan Berarti Menerimanya dengan Mudah
62
Perminfaan Maaf Xander
63
Rasakan, Emang Enak Dicuekin!
64
Itu Sih Deritamu!
65
MOHON DIBACA
66
Akte Kepemilikan Saham
67
Pertemuan yang Tidak Disengaja
68
Rencana Pertama Xander
69
Pentas Seni di Sekolah
70
Om Itu Adalah ... Papaku
71
Hadiah untuk Arsenio
72
Tidak Akan Membiarkan Arsenio Terluka
73
Seperti Keluarga Bahagia
74
Little Venice, Bogor
75
Mirip Aku?
76
Berhentilah Memanggilnya dengan Sebutan 'Jahat'
77
Apa Hubunganmu dengan Tuan Xander?
78
Modus
79
Buket Bunga Praimrose
80
Bentuk Pertanggung Jawaban Xander
81
Berbaikan?
82
Undangan Makan Malam
83
Masak Bersama Arsenio
84
Like Father Like Son
85
Rencana Perjalanan Dinas
86
Papa Siaga
87
Gangguan Pencernaan
88
Rumah Sakit
89
Akhirnya ....
90
Harus Kuat demi Arsenio
91
Kamu Cemburu?
92
Target Selanjutnya
93
Cibiran Pedas untuk Miranda
94
Apa yang Terlihat Mata, Belum Tentu Sesuai dengan Kenyataan yang Sebenarnya
95
Aku ... Menyesal!
96
Multi Talent
97
Kasmaran
98
Maafkan Mama, Nak
99
Berdamai dengan Masa Lalu
100
Sebuah Pesan Singkat
101
Pertemuan Antara Mantan Menantu dan Mantan Mertua
102
Berbaikan
103
Akur
104
Kecelakaan
105
Dewi Penolong
106
Siuman
107
Dewi Penolong Itu Adalah Tania
108
Berbaikan
109
Rujuk?
110
Dalang di Balik Kecelakaan Miranda
111
"Kamu Bersedia Menungguku?"
112
Detik-Detik Sebelum Kebenaran Terungkap
113
"Halo, Nenek Miranda. Nice To Meet You."
114
Rencana Jonathan
115
Kejutan untuk Miranda
116
Semua Indah pada Waktunya
117
"Aku Bersedia Rujuk denganmu"
118
OTW Halal
119
Miranda VS Monica
120
Tamu Tak Diundang
121
Arsenio is Mirandas's Hero
122
Calon Pemimpin Baru V Pramono Group
123
Konferensi Pers
124
Kejutan untuk Tania
125
"Aku Bersedia"
126
Penyesalan Amanda
127
Before Wedding Days
128
Tamu Misterius
129
Berbaikan
130
Wedding Day
131
Wedding Party
132
Berkenalan dengan Bocah Genius
133
After Wedding Party
134
Melebur Menjadi Satu
135
Rencana Miranda
136
Tawaran Pekerjaan
137
Honeymoon (Paris, Prancis)
138
Kejutan untuk Istri Tercinta
139
Candle Light Dinner Ala Xander
140
Hari Pertama Bekerja
141
Sekretaris Baru
142
Aura Larasati
143
Dua Orang Asing?
144
Idola Masa Depan
145
Pertemuan Pertama dengan Arsenio

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!