Sekitar pukul delapan pagi, Xander diantar asisten pribadinya menuju sebuah gedung pencakar langit milik orang tuanya. Pagi itu dia hendak menghadiri rapat membahas tentang perencanaan pembangunan sebuah mall di kota Surabaya bersama Tania serta beberapa tim yang terlibat dalam proyek tersebut.
Saat di tengah perjalanan, dering ponsel milik Xander berbunyi, membuat pria itu buru-buru menggeser tombol warna hijau di layar. "Ada apa?" tanyanya dingin.
"Tuan Xander gawat! Kita baru saja dapat email peringatan dari Hacker Little B. Katanya, dia mau menyerang data perusahaan dua jam lagi," ucap Laura, sang sekretaris panik. Telapak tangan wanita itu mulai berkeringat. Sepatuh heels terus dihentakkan di atas lantai guna mengurai rasa gugup di dalam diri.
"Apa? Bagaimana bisa? Memangnya apa yang kalian lakukan hingga menyinggung orang lain," balas Xander. Sepasang mata hazel terbelalak sempurna. Rahang terbuka lebar bahkan nyaris copot dari tempatnya.
"Selama ini, perusahaan kita tidak pernah sekalipun menyinggung siapa pun, Tuan. Bahkan, saat terjadi aksi protes dari para warga terkait lahan yang hendak dibangun mall, perusahaan kita segera menyelesaikan masalah itu tanpa menunggu hingga berlarut-larut. Namun, saya tidak tahu bagaimana perusahaan kita bisa menyinggung Hacker Little B."
Sebelah tangan Xander mengepal di atas kursi penumpang hingga memperlihatkan buku-buku kuku. "Sialan, kenapa bisa jadi begini!" gumam pria itu lirih. "Ya sudah, kumpulkan tim IT di ruang meeting segera! Minta mereka datang secepat mungkin. Kita akan mengadakan meeting dadakan."
Di seberang sana Laura menganggukan kepala sebagai jawaban. "Baik, Tuan. Akan segera saya laksanakan."
Sambungan telepon berakhir, Xander melonggarkan ikatan dasi yang melingkar di leher. "Hacker Little B? Siapa dia? Aku baru mendengar nama itu selama menjabat sebagai CEO perusahaan."
Xander menarik napas panjang dan mengembuskan secara perlahan. Seumur hidup baru kali ini menerima ancaman dari seorang hacker jadi jangan heran kalau saat ini pria bermata hazel ketakutan setengah mati. Walaupun memang kenyataannya nanti email peringatan yang dikirimkan hanyalah sebuah peringatan hoax namun tidak ada salahnya sang CEO mengerahkan seluruh kemampuan untuk melindungi data perusahaan sebab kalau sampai kebobolan maka mereka semua akan rugi.
"Pak, bisa tambah kecepatannya? Saya harus ada di kantor secepat mungkin," pinta Xander kepada sang sopir.
"Tentu Tuan!" sahut pria paruh baya yang duduk di balik kemudi.
Empat puluh menit kemudian, akhirnya mobil Pajero Sport milik Xander telah memasuki pelataran perusahaan. Seperti orang dikejar setan, Xander melompat dari kursi penumpang dan berlari masuk menuju pintu masuk lobi perusahaan.
"Selamat pagi, Tuan Xander." Laura menyambut kedatangan sang CEO dengan wajah kusut bagai pakaian yang tidak disetrika beberapa hari.
"Pagi! Bagaimana, apa semua tim IT sudah berkumpul di ruang meeting?" tanya Xander memastikan apakah perintahnya telah dilaksanakan atau belum oleh sekretarisnya.
"Sudah, Tuan. Bahkan, Fadil dan Farhan segera datang ke sini sesaat setelah mendengar kabar bahwa perusahaan menjadi target dari Hacker Little B."
"Kita ke ruang meeting sekarang!" ajak Xander kepada Laura. Mereka berjalan setengah berlari agar secepatnya sampai di ruang meeting yang ada di lantai satu.
Saat tiba di ruangan tersebut, Xander melihat si kembar Farhan serta tim IT lainnya duduk gelisah dengan wajah murung bagai langit yang diselimuti awan kelabu. Tampak berburam durja sekali. Akan tetapi, Fadil malah bersikap santai seakan semua akan baik-baik saja.
"Fadil, Farhan, katakan kepada saya, siapa sebenarnya Hacker Little B?" tanya Xander setelah asisten pribadinya bernama Imran menarik kursi untuk atasannya hingga terdengar bunyi derit menggema memenuhi penjuru ruangan.
"Tuan Xander, selama saya menggeluti dunia IT, belum pernah mendengar nama itu. Tampaknya, dia merupakan seorang hacker baru yang ingin menjajal ilmunya dan kebetulan perusahaan kitalah yang terpilih menjadi kelinci percobaan," sahut Fadil.
Xander mendengkus kesal. Cukup geram melihat sikap santai Fadil dibanding dengan saudara kembarnya bernama Farhan. "Meskipun dia seorang hacker baru tapi kita perlu waspada. Jangan sampai lengah dan malah menghancurkan seluruh data perusahaan. Sedikit saja lengah maka data rahasia perusahaan serta rencana kerjasama dengan klien akan bocor ke tangan lawan dan itu bisa dimanfaatkan mereka untuk menjatuhkan perusahaan Papaku."
Fadil menundukan kepala, mengakui kesalahannya karena menganggap menganggap lawan terlalu mudah. Padahal sikap itulah yang kelak menghancurkannya. "Maaf, Tuan."
Imran yang berdiri di sebelah Xander berkata, "Sebaiknya kita mulai saja sekarang Tuan, sebelum semua terlambat." Pria muda mengenakan setelan kerja warna abu-abu dipadu dengan hitam mencoba mengalihkan percakapan. "Semuanya, mulai duduk di kursi kalian masing-masing. Kita hadapi Hacker Baby Boy sekarang juga!"
Tampak Xander tengah mengetuk-ngetukan punggung jari di atas meja. Pikiran pria itu kosong, seakan tengah terbang menuju suatu tempat lain di atas sana.
Imran yang mengerti keadaan Xander berkata, "Seharusnya data perusahaan tidak mudah dibobol sebab kita telah menggunakan proteksi berlapis menggunakan Firewall dan juga VPN," ucap pria itu mencoba menenangkan sang bos yang tampak begitu gelisah.
"Selain itu, kita juga sudah menambahkan kapasitas bandwidth," timpal Farhan yang sedari diam saja, memperhatikan layar laptop di depannya.
"Biasanya para hacker pemula akan menyerang menggunakan DDoS. Jadi, kita siap-siap saja mengaktifkan anti virus yang baru beberapa bulan launcing di pasaran." Kali ini Fadil ikut menimpali kembarannya.
Beberapa lama kemudian, terdengar seruan dari salah satu tim IT di bawah naungan Farhan. "Little B mulai menyerang!" teriak Rizal lantang, yang mana suara teriakan itu membuat Xander terlonjak kaget hingga sepatu kulit mahal milik pria itu dijejak paksa di atas lantai.
Keringat dingin mulai muncul ke permukaan. Telapak tangan Xander berkeringat saat membayangkan hacker di seberang sana berhasil membobol pertahanan perusahaan.
"Lapisan firewall sudah jebol!" teriak Rizal.
"Anti virus kita pun semakin melemah," gumam Farhan. Tubuh Xander semakin merosok kala mendengar penuturan salah satu tim IT yang begitu handal di perusahaan.
Semua orang tampak begitu kalut saat menyaksikan sendiri betapa ganasnya hacker Little B saat melancarkan aksinya. Sistem DDoS si hacker tersebut begitu lincah menari membuat Xander mengusap wajah dengan frustasi.
"Tuhan, apa yang harus kukatakan kepada Papa seandainya dia tahu perusahaan ini tengah di-hack oleh seseorang."
Imran bergeming di tempat. Tidak tahu harus dengan cara apa mencoba menenangkan atasannya sebab rona kecemasan di wajah pria itu mulai terlukis.
"Sistem pertahanan mulai diserang."
"Sial! Kita sudah tidak bisa nge-boot!" Farhan menimpali perkataan saudara kembarnya.
"Sebentar lagi data perusahaan akan terkunci."
Jari tangan semua orang yang tergabung dalam tim IT V Pramono Group terlihat begitu lincah menari di atas keyboard laptop. Xander hanya menyaksikan itu semua dari layar besar di depan sana.
Sementara itu, di tempat yang berbeda tampak seseorang tengah tersenyum sinis sambil menatap fokus pada layar laptop di depannya. Jemari tangan itu mengetikan simbol-simbol yang hanya dia saja mengetahui makna di balik itu semua.
"Terimalah balasanku. Anggap saja ini balasan atas semua perbuatan yang telah Om lakukan kepada Mama hingga Mama hidup menderita."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Abinaya Albab
jadi keinget si twins luca & lucy karya otor sebelah 🤭 yg genius suka kirim virus ke papa'y karena balas dendam juga 👻 tapi papa lebih jago sih
2024-01-27
0
guntur 1609
rasakan kau xander. dasar begok. bukan kau selidiki dulu
2023-12-14
1
Bu Kus
bagus arsen bagus kasih pelajaran papamu sen.yang gak mau cari kebenaran apa yang terjadi pada mamamu
2023-07-23
0