Hanya tersisa jarak beberapa meter lagi Tania menghampiri penjaga toko buku, wanita itu segera memutar haluan tatkala melihat sosok perempuan paruh baya yang masih tampak cantik meski telah memasuki usia senja sedang berjalan bersama seorang wanita muda. Penampilan kedua wanita beda generasi itu tampak begitu mewah dan anggun.
"Aku harus segera pergi dari sini sebelum mereka menyadari kehadiranku di sini." Tania membalikkan badan, kemudian mempercepat langkahnya menuju kursi di mana Arsenio menunggu.
Sesampainya di tempat semula, Tania menarik tangan mungil Arsenio dan berkata, "Sayang, kita pergi dari sini."
Bocah kecil yang sebentar lagi masuk sekolah dasar memicingkan mata tatkala tangan Tania menarik tubuhnya menjauhi toko buka. "Kenapa kita pergi? Memangnya Mama sudah membelikan buku pesananku?" tanyanya polos.
"Nanti Mama belikan lewat online saja. Sekarang pokoknya kita pergi dari sini sebelum terlambat." Tanpa pikir panjang, Tania menggendong tubuh Arsenio dan kembali mengayun langkah menuju lift. Dekapan lengan wanita itu begitu erat seakan dia takut ada seseorang yang akan memisahkan mereka berdua.
Tania salah besar jika mengira kota Jakarta itu luas hingga menutup kemungkinan untuk pertemuannya dengan orang-orang di masa lalunya. Buktinya, baru sehari tinggal di ibu kota dia sudah dipertemukan kembali dengan Miranda, ibunda Xander.
Kini Tania sudah berada di dalam taksi. Niat hati mengajak Arsenio berkeliling mall sambil membeli alat tulis untuk sekolah dan membelikan buku pesanan si kecil malah rencana itu gagal sebab tanpa sengaja dia melihat mantan ibu mertuanya di tempat yang sama. Dan ... lebih menyakitkan lagi sikap wanita paruh baya itu begitu ramah terhadap Lidya--wanita yang dulu sempat dijodohkan dengan Xander.
"Sayang, maafin Mama karena rencana kita untuk jalan-jalan di mall harus gagal. Namun, kamu enggak usah khawatir nanti Mama ajak kamu main sepuasnya." Mengusap-usap lembut puncak kepala bocah kecil bermata jernih. Timbul penyesalan sebab sudah mengecewakan anak tercinta.
Arsenio mengerucutkan bibir seraya melipat kedua tangan di depan dada. Memalingkan wajah ke sebelah kanan, enggan bersitatap dengan manik coklat sang mama. Bocah kecil itu begitu kesal karena tak bisa mendapatkan apa yang diinginkan. "Mama jahat! Katanya mau beliin aku buku, tapi malah membawaku keluar dari mall. Padahal aku sudah tidak sabar ingin belajar."
"Maaf, Sayang. Karena suatu alasan yang tak bisa Mama jelaskan, kita terpaksa pergi dari gedung itu tanpa membawa buku yang kamu inginkan. Tapi Mama janji akan membelikan buku itu di online shop. Sudah ya, jangan merajuk lagi," bujuk Tania. Wanita itu mengecup pipi Arsenio.
Tatapan Arsenio berubah seketika. Really, Ma? Mama enggak bohong 'kan sama aku? Mama akan beliin buku pesananku?"
"Tentu saja, Sayang. Tapi kamu janji jangan menggunakan kepintaran dan keahlianmu untuk suatu hal yang merugikan banyak orang. Mama akan marah kalau kamu kedapatan menyalahgunakan kepintaranmu untuk mrnghancurkan orang lain. Mengerti?"
"Mengerti, Ma!" Arsenio mengangkat tangan ke udara, girang karena keinginannya terkabul.
Setelah puas mengekspresikan kebahagiaannya, Arsenio merangkul Tania dan duduk di pangkuan sang mama. "Thank you and I love you, Mama."
Mata Tania berkaca-kaca, terharu mendengar ucapan Arsenio. Ah, Tuhan memang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Takdir sudah memisahkannya dengan lelaki yang dia cintai namun di tangan Tuhan pulalah wanita itu mendapatkan pengganti Xander, bocah lelaki tampan, imut dan menggemaskan--buah cintanya bersama sang mantan suami.
***
Tania amat bersyukur karena atasan tempatnya bekerja begitu baik. Rekan kerja ramah dan lingkungan pekerjaan mendukung hingga membuat wanita berusia dua puluh delapan tahun merasa nyaman bekerja di sana.
PT Johan Architects merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur. Berdiri sejak tahun 2000-an hingga sekarang. Banyak tenaga ahli yang bekerja di perusahaan tersebut salah satunya adalah Tania Maharani. Seorang single mom yang bekerja keras, membanting tulang demi memberikan masa depan cerah bagi anak tercinta.
"Nia, bagaimana apa anakmu sudah menemukan pengasuh untuk Arsenio?"
Pertanyaan Khansa dari sebelah kubikelnya membuat konsentrasi Tania sedikit buyar dari layar monitor yang ada di depannya. "Belum, Sa. Agak sulit mencari pengasuh sesuai dengan ktiteria yang kuinginkan." Pandangan mata wanita itu terus menatap lurus ke depan.
"Iya sih. Zaman sekarang memang harus selektif jika ingin mempekerjakan seseorang. Kalau kamu mau, aku bisa rekomendasikan salah satu tempat penyalur tenaga kerja yang bisa dipercaya. Kebetulan Mbak-ku sudah dua kali menggunakan jasa baby sitter di tempat itu dan sejauh ini cukup memuaskan," kata Khansa. "Untuk soal biaya pun cukup terjangkau dengan gaji kita sebagai pegawai perusahaan ini."
Tania membalikan tubuh hingga posisinya saat ini berhadapan dengan Khansa. "Boleh deh. Kamu punya kartu namanya biar aku bisa datang sekalian ke sana."
Khansa menarik hand bag miliknya yang dia letakkan di bawah meja kerja, kemudian mencari kartu nama jasa penyalur tersebut. "Ini, Tan. Kamu bisa tanya-tanya dulu sebelum akhirnya memutuskan menggunakan jasa mereka." Jemari tangan wanita itu menyodorkan sebuah kartu nama berukuran kecil ke hadapan Tania.
Tania menerima kartu tersebut. Senyum mengembang di sudut bibirnya yang ranum. "Terima kasih, Sa. Nanti aku coba hubungi nomor yang tertera di sini."
Setelah mengucapkan terima kasih, Tania kembali menyibukan diri sebab banyak pekerjaan menumpuk, memintanya untuk segera diselesaikan. Dia begitu bersemangat karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Akmal dan Johan kepadanya.
"Tania, kamu diminta Pak Johan datang ke ruangan sekarang!" Suara seorang pegawai wanita menghentikan sejenak aktivitas Tania yang saat itu sedang sibuk memainkan jemari lentiknya di atas keyboard.
Tania mendongakan kepala menatap rekan kerjanya itu. "Memangnya ada urusan apa, Nav, Pak Johan memanggilku?" tanyanya penasaran.
Navia menggendikkan bahu. "Entahlah, aku tidak tahu. Sudah sana temui Pak Johan. Jangan sampai kamu membuatnya menunggu terlalu lama."
Ibunda Arsenio melangkah menuju lorong panjang yang akan membawanya ke sebuah ruangan milik atasannya. Suasana cukup ramai sebab seluruh pegawai perusahaan tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Saat tiba di depan ruangan Johan, Tania menarik napas panjang dan dalam mencoba mengatur degup jantung yang sedari terus berdetak tak beraturan. Dia khawatir atasannya itu memanggilnya ke ruangan karena telah melakukan kesalahan.
Mengulurkan tangan ke depan, kemudian mengetuk daun pintu sebanyak tiga kali. "Permisi, Pak. Tadi Bapak meminta Navia memanggil saya?" ucap Tania setelah dipersilakan masuk.
"Benar. Silakan duduk, Tania!" titah Johan kepada karyawannya.
"Kalau boleh tahu ada apa Bapak memanggil saya? Apa selama bekerja di sini ada pekerjaan saya yang membuat Bapak kecewa?"
Johan tersenyum lebar mendengar pertanyaan Tania. "Selama satu minggu ini saya malah puas dengan pekerjaanmu, Tania. Kamu bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan."
"Oh ya, kamu pasti tahu kalau perusahaan kita baru saja memenangkan tender yang cukup besar dan saya berpikir mengajakmu turut serta dalam proyek tersebut," sambung Johan. "Oleh karena itu, saya memintamu datang ke sini untuk mengajakmu bertemu dengan klien kita. Bagaimana, kamu bersedia menangani proyek ini?"
Sepasang mata indah berbinar bahagia. Tidak menduga kalau Johan memberinya kesempatan untuk terlibat langsung dalam proyek yang baru dimenangkan oleh perusahaan. "Sangat bersedia. Terima kasih sudah memberikan kesempatan kepada saya. Saya janji tidak akan mengecewakan Bapak."
***
Tania, Johan serta sekretaris Johan bernama Joana memasuki sebuah restoran terkenal di kota Jakarta. Siang ini mereka berjanji akan bertemu dengan klien sekaligus makan siang bersama untuk membahas rencana pembangunan mall yang ada di kota Surabaya.
PT Johan Architects adalah perusahaan yang beruntung memenangkan tender dengan keuntungan yang besar. Itu semua tak luput dari usaha dan kerjasama antar karyawan perusahaan. Karena tak mau mengecewakan klien, Johan--selaku pemilik perusahaan memilih arsitektur handal untuk terlibat dalam pembangunan tersebut dan orang itu adalah Tania Maharani.
Awalnya Tania begitu antusias karena ini merupakan pertama kalinya dia menangani proyek dengan keuntungan yang cukup besar. Akan tetapi, antuasme wanita itu luntur saat netranya melihat sosok yang sudah begitu lama tidak pernah dia lihat. Jantung wanita itu seketika memompa dua kali lebih cepat dari biasanya. Dada terasa sesak seakan udara sekitar tak lagi mampu memberikan pasokan oksigen ke dalam paru-paru.
Dia? Kenapa dia ada di sini? batin Tania.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Bu Kus
hadapin dengan tenang Tania anggap gak pernah bertemu tetap berjuang demi anakmu
2023-07-23
0
Riana
bener kan ketemu xamder
2023-07-21
0
Riana
ketemu Xander🧐🧐
2023-07-21
0