18. Aslan

Setelah kasus kemaren selesai. Sekarang pekerjaannya di kantor hanya memantau bawahannya. Dan melihat data-data laporan yang baru saja masuk padanya. Habis itu ia pergi makan siang. "Mau makan siang Ndan?". Tanya Alin. "Ya". Jawab Aslan datar. Alin meminta untuk barengan. Ia juga belum makan siang. Hari ini Alin sudah masuk lagi untuk bekerja setelah satu hari terpaksa harus istirahat dan dirawat di rumah sakit. Kondisi Alain sudah semakin sehat tapi perban di lengannya masih belum boleh di lepas. Bekas luka tembakannya masih butuh proses pemulihan untuk kering. Jadi untuk menghindari bakteri masuk, ia harus tetap memperban nya.

Mereka berdua sampai di kantin dan memesan makanan. Sambil menunggu makanan sampai Aslan membuka pembicaraan terlebih dalu. Karena dari tadi mereka hanya diam dan sibuk dengan ponsel masing-masing. "Makasih udah bantu selamatin waktu itu". Ucap Aslan dengan tetap stay cool.

Alin yang mendengar suara Aslan melihat ke arah Aslan dan menghentikan aktifitas di ponselnya. "Ya sama-sama. Lagian kita satu tim udah seharusnya saling menjaga". Ucap Alin santai sambil melempar senyum manis di bibirnya.

"Ngomong-ngomong, kondisi tangan Lo gimana? udah baikan?". Tanya Aslan lagi sambil melirik lengan kanan Alin.

Alin ikut melirik Lengan nya sebentar. "Oo ini (menunjuk lengan yang terluka). Bentar lagi sembuh kok. Bekas lukanya udah mulai kering". Ujar Alin dengan mengukir senyum di bibirnya. Aslan ikut tersenyum mendengar penuturan dari Alin. Alin yang melihat Aslan tersenyum seperti itu, membuat jantungnya berdetak tidak stabil. "Tumben ni orang senyum depan gue. Biasanya nggak pernah. Ni anak hanya tersenyum pada waktu dan tempat tertentu aja. Dia sering senyum dan bahkan tertawa bila bersama anggota keluarga nya terutama dengan adik-adiknya. Diluar itu, geu belum pernah lihat dia melemparkan senyum. Apa lagi di kantor. Jangan harap bisa melihat senyumnya karena ia sangat tegas dan disegani. Mungkin karena di kantor dia komandan, makanya harus menyesuaikan tempat. Tapi emang si, kalau soal pekerjaan ni anak satu sangat fokus dan serius". Batin Alin.

Aslan yang melihat Alin hanya diam seperti melamun, memanggil nya. "Al?. Alin!" sedikit meninggikan nada suara nya. Alin terkejut dan tersadar dari lamunannya. "Ma..maaf. Ada apa slan? kamu bicara apa?".

"Nggak papa. Makanan kamu udah sampai. Buruan makan nanti keburu dingin". Ujar Aslan sambil menggeser makanan Alin lebih dekat dengan Alin. "Makasih". Sambil memulai menyantap makanannya.

"Lagi mikirin apa si. Sampai tidak tahu makanan kamu sudah datang". Ucap Aslan disela mereka makan.

Alin yang senang asik menikmati mie goreng nya menoleh ke arah Aslan. "Nggak mikirin apa-apa". Ujarnya santai.

Mendengan jawab dari Alin. Aslan pun mengangguk pelan pertanda mengerti. Kemudian kembali bicara "Soal tindakan saya sewaktu penyamaran kamu di misi kemaren, saya minta maaf. Sudah membanting dan mencengkram leher kamu beneran".

Alin sedikit terbatuk mendengar penuturan dari laki-laki yang duduk di depannya itu. Aslan yang melihat Alin tersedak langsung dengan spontan membantu Alin mengambil air minum.

"Nggak papa slan. Aku paham kok lagian kita lagi menjalankan misi jadi untuk lebih menyakinkan, ya jalan satu-satunya harus bisa menyakinkan target kita. Kalau waktu itu kita memang menjadi musuh". Ujar Alin santai sambil tertawa kecil. "Aneh banget hari ini ni anak satu. Ee tapi emang dia orang yang selalu minta maaf kalau ia rasa tindakan yang ia lakukan itu salah kepada siapa pun itu orang. Ya walaupun dikantor dia di segani dan tegas, jarang senyum tapi hal itu tidak menghalangi seseorang untuk tetap rendah hati bukan?". Batin Alin.

"Ya sudah. Kalau begitu saya ke kantor duluan. Masih ada kerjaan". Ucap Aslan sambil menyudahi makannya. Alin yang sedang makan dengan santai, "Ya udah. Kamu duluan saja. Aku belum selesai".

Mendengar itu Aslan pun berlalu pergi meninggalkan Alin sendirian yang masih menikmati minuman dan mie goreng yang dipesannya. Tak berselang lama kepergian Aslan. Fais pun datang untuk meledek Alin. "Hahhahah". Tawa Fais sambil duduk di samping Alin.

"Sehat Lo?. Datang-datang ketawa nggak jelas. Kesambat baru tahu rasa Lo!". Ujar Alin dengan santai sambil sedikit menggeleng melihat tingkah Fais.

"Enak aja Lo sumpahin gue kesambat. Kasian bangat nasib Lo ditinggalin sendiri sama calon pacar". Sambil kembali tertawa.

"Mulut Lo tu yah". Memukul bahu Fais.

"Aww sakit al. Sensi bangat Lo. Lagi PMS Lo?". Ledek Fais.

"Benar-benar sakit ini anak satu. Dia yang datang-datang ketawa ketiwi, bicara nggak jelas bikin mancing emosi. Mala nuduh gue PMS." Kesal Alin.

"Perasaan gue bicara yang biasa-biasa aja. Lagian kenapa Lo baper si. Kan gue cuman bercanda". Ujar Fais.

"Becanda Lo nggak lucu. Kalau Aslan dengar gimana. Dia kan belum lama pergi". Menatap tajam ke arah Fais.

"Santai alin cantik. Emang kenapa kalau Aslan dengar?. Dia juga nggak bakal kenapa-kenapa. Kan gue cuman bercanda. Atau jangan-jangan Lo beneran suka ya sama komandan kita?". Goda Fais sambil mengedipkan satu mata nya pada Alin.

"Apaan si loh. Ya nggak lah". Ucap Alin dengan separoh yakin.

"Oo nggak sukaaa. Ya udah deh. Gue pura-pura percaya". Fais ngakak parah.

Melihat tingkah laku si Fais membuat Alin naik darah dan kesal "Terserah Lo. Gue mau cabut dulu". Kemudian berlalu pergi meninggalkan Fais.

"Ya marah. Berarti benar kan Lo suka...". Teriak Fais sambil tak berhenti tertawa. Alin yang mendengar teriakan Fais berjalan lebih cepat meninggalkan kantin. Alin sampai diruang kerjanya. Di ruangan ia jadi tidak fokus untuk mengerjakan sesuatu. Ucapan Fais terus saja terngiang ngiang di telinganya. "Apa benar gue udah jatuh cinta sama Aslan? sejak kapan?. Tapi belakangan ini gue setiap kali dekat Aslan, emang berasa ada yang beda. Jantung gue berdetak lebih kencang dari biasanya. Waktu Aslan hampir ketembak waktu itu, dada gue sangat sesak dan tanpa sadar gue berlari buat menyelamatkan dia. Perasaan gue waktu itu seperti orang yang takut kehilangan seseorang yang terpenting dalam hidup gue. Tapi kayak nya nggak mungkin gue suka". Alin menghentikan pemikiran itu dari ingatannya dan kembali untuk fokus bekerja.

Kerja Alin sudah selesai. Ia bersiap-siap untuk pulang. Alin berjalan menuju parkiran sambil memainkan handphone nya. Secara yang bersamaan mobil Aslan baru keluar dari parkir. Betapa terkejutnya pria itu. Ia cepat menginjak rem. Kemudian keluar dari mobil.

"Kamu nggak papa?". Ucap Aslan sambil membantu Alin berdiri.

"Gue nggak papa. Maaf gue nggak lihat ada mobil Lo lewat". Ujar Alin sambil membersihkan tangannya yang kotor terkena pasir dan krikil halus di sekitar area parkir tempat dimana ia hampir ditabrak oleh mobil Aslan.

Aslan menarik Alin untuk duduk di tepi teras dekat parkir. "Kamu tunggu disini bentar". Ucap nya kemudian mengambil sesuatu di mobil dan membawanya pada Alin.

Aslan menarik tangan Alin tanpa permisi ke yang punya tangan. Ia membersihkan telapak tangan Alin yang terluka karena terjatuh tadi akibat kerikil-kerikil kecil. Alin yang melihat tindakan Aslan itu, hanya terdiam. "Kalau Aslan dilihat dari dekat gini, ketampanan nya makin bertambah". Ucap Alin dalam hati. Tambah sadar bibirnya mengukir senyum manis. Aslan yang mengobati telapak tangan Alin, sadar jika Alin sendang memperhatikannya. Sambil masih memperban tangan Alin, Aslan bicara "Ngapain kamu senyum? ya tahu kalau emang tampan. Tapi nggak usah gitu juga lihat nya. Sampai nggak kedip gitu mata nya". Alin yang mendengar ucapan Aslan barusan, membuat pipinya serasa memerah karena malu kepergok menatap Aslan. Dan spontan mendorong pria itu dari dekatnya. Aslan terjatuh kebelakang. "Apaan si slan. Siapa juga yang lihat kamu. Ak..,aku tu lihat kondisi tangan aku bukan lihat kamu. Pede bangat". Ucap Alin sambil langsung berdiri dari duduknya.

"Ya udah kalau dugaan saya salah. Kalau gitu saya pergi duluan". Ucap Aslan sambil masuk mobilnya. "Nona..., (Alin melihat kearah Aslan). Lain kali jangan berjalan sambil main handphone. Bahaya!". Teriak Aslan dari dalam mobil. Kemudian berlalu pergi meninggalkan area parkiran. Alin yang mendengar ucapan Aslan sedikit tersenyum. Kemudian menuju mobilnya dan berlalu pergi ke rumah kediaman nya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!