7. Rumah

Aslan dan Alaina sampai di rumah setelah habis dari sekolah untuk mendaftarkan Alaina. Tiba-tiba ada telepon masuk, ada yang urgen di kantor. jadi aslan segera ke kantor. "Kenapa mas? Kok wajahnya jadi panik gitu?". Tanya Alaina.

"Mas harus ke kantor ya. Ada Masalah di kantor yang harus mas selesai kan".

"Uhmm..., gitu. Ya udah mas, hati-hati dijalan ya mas". Sambil menyalami Aslan. Aslan berlalu meninggalkan rumah. Alaina masuk kamar. Ia mandi dan beres-beres. Selesai beres-beres anak paling bontot itu memutuskan untuk bersantai di ruang keluarga sambil main alat musik piano yang sengaja di tarok dekat ruang keluarga. Lagi asik bermain piano ia melihat kakak gadis satu-satunya ngomel di sepanjang perjalanannya menuju kamar. Langkah dan ocehan Shelina terhenti ketika adik bontotnya bertanya "kakak kenapa kak? acaranya berjalan lancarkan?". Tanya Alaina menghentikan bermain pianonya dan melirik ke arah Shelina. "Nanti aja gue jelasin. Sekarang gue mau mandi dulu. Bye". Ucap Shelina dengan malas kemudian masuk ke kamarnya. Alaina jadi bunggung dan khawatir dengan kakaknya. Ia sangat yakin pasti kakaknya itu lagi ada masalah. Kalau tidak ada masalah, tidak mungkin wajahnya pulang-pulang dari kampus masam begitu.

Tidak lama setelah kepergian Shelina menuju kamarnya. Datang lagi seorang pria tampan yang berjalan sambil senyum-senyum sendiri. "Ada berita apa bang? bahagia bangat Aina lihat-lihat dari tadi. Sampai nggak bisa mingkam tu mulut. Keluar juga tu gigi nanti bang". Goda Alaina sambil tertawa jahil. Mendengar ucapan gadis bontotnya itu, membuat Raislan menghentikan langkahnya. Dan berjalan ke tempat Alaina yang tengah duduk santai di samping piano. "Ada dehh... Anak kecil nggak usah kepo". Ujar Raislan sambil mengacak-acak rambut Alaina. "Bang! Jangan di berantakin rambutnya. Kusut kan. Siapa suruh senyum-senyum sendiri. Ya Aina jadi kepo lah. ". Kesal manja.

"Dasar si bontot kang kepo. Nanti Abang cerita. Sekarang mau ke kamar dulu. Mandi. Udah masam ini (Sambil mengarahkan keteknya pada hidung Alaina)". Alaina berteriak manja atas perbuatan Abang yang nyebelin itu. Raislan tertawa puas kemudian berlalu pergi menuju kamarnya untuk mandi dan beres-beres.

"Ada apa dengan dua manusia itu. Yang satu pulang-pulang masang wajah masam. Dan yang satu pulang-pulang dengan wajah sangat gembira. Dua hal yang terjadi pada dua Tom and Jerry itu. Satu kabar duka dan yang satu kabar bahagia. Memang cocok jadi tom and Jerry mereka memang. Kisah kehidupannya selalu berlawanan tak pernah sama. Kalau nggak yang satu galau, yang satunya lagi berbunga-bunga. Udah deh. Nanti juga mereka bakalan cerita. sekarang aku lanjut latihan piano lagi. Dari pada mikirin hal yang dapat menguras tenang". Gumam Alaina dalam kesendiriannya di ruang keluarga.

Shelina keluar dari kamarnya. Ia ikut duduk di sofa ruang keluarga sambil memainkan handphone. Alaina yang menyadari keberadaan Shelina, ia menghentikan permainan pianonya kemudian duduk di samping Shelina. Shelina yang menyadari kalau Alaina sudah duduk di sampingnya, ia menaruh handphone di atas meja dan melirik Alaina. "Ada apa? mau tanya alasan yang tadi? uhmm?". Tanya Shelina datar.

"Heheee... iya. Kakak tahu aja. Jadi sekarang kakak cerita apa yang terjadi. Sampai-sampai wajah kakak betek dan suram bangat tadi. Pasti kejadian nya sangat serius kan? kalau nggak serius mana mungkin kakak sampai kayak orang yang terbebani dan kesal gitu. Biasanya kakak anti mikirin masalah-masalah gitu. Biasanya kakak anggap masalah-masalah yang menimpah kakak seperti angin lalu aja. Sekarang beda. Kenapa kak?". Tutur Alaina hampir panjang kali sampai panjang.

"Tadi waktu acara berlangsung, gue hampir aja tewas gara-gara lampu yang tepat berada di atas kepala gue jatuh tiba-tiba. Untung aja tadi ada yang bantu gue. Dia dengan cekatan mengangkat tubuh gue buat menghindari lampu yang jatuh itu. Karena bantuan dia gue selamat. Tapi gue lupa tanya namanya".

Mendengar penjelasan dari Shelina, Alaina ikut kaget atas apa yang menimpa kakaknya itu. "Tapi kakak nggak kenapa-kenapa kan kak?". Sambil memutar-mutar tubuh Shelina ke kanan dan ke kiri dan ke kanan lagi dan ke kiri lagi. "Gue nggak papa". Ucap Shelina sambil menghentikan pergerakan tangan Alaina yang sedari tadi memutar-mutar tubuhnya dengan pelan.

"Syukur la kalau kakak nggak papa (Menarik napas lega). Kakak dan panitia yang lain udah tahu apa penyebabnya. Apa memang karena keteledoran waktu persiapan, atau memang ada orang yang sengaja untuk sabotase acara. Biar acaranya berantakan. Atau mungkin (memasang ekspresi kaget) ada orang yang memang sengaja buat nyelakain kakak". Ucap Alaina.

Shelina hanya diam mendengar ucapan dari Alaina barusan. Ia tidak bilang pada Alaina kalau dia sudah tahu siapa pelakunya. Dan Shelina akan kasih pelajaran buat orang yang udah berani secara terang-terangan buat nyelakain dia. Belum tahu orang itu kalau Shelina sangat nekat anaknya.

"Siapa yang nyelakain siapa?". Suara pertanyaan itu berasal dari Raislan yang tidak sengaja mendengar membicarakan Alaina dan Shelina. Mendengarkan pertanyaan dari Raislan, Shelina langsung menjawab dengan jutek "Bukan urusan Lo!".

"Gue nggak nanya sama Lo. Gue tanya sama Alaina". Balas Raislan juga jutek. Alaina menjelaskan kejadian yang menimpa Shelina di acara kampus tadi. Mendengar penjelasan Alaina membuat Raislan ikutan kaget tapi ia tidak memperlihatkan rasa khawatir itu pada kedua adik perempuannya itu. "Bisa-bisa nya ada orang yang berani buat nyakitin adik gue. Belum tahu dia power Keluarga Syof. Gue bakal cari tahu siapa orang nya!". Batin Raislan.

"Uhmm gitu. Kirain tadi apa an". Ucap Raislan dengan ucapan santai. "Lo si Ai. Gue bilang juga apa. Nggak usah Lo jelasin panjang lebar sama dia. Abang Lo ini, nggak bakalan peduli sama apa yang menimpa adiknya. Jadi jangan pernah Lo jelasin apa-apa lagi sama dia!". Kesal Shelina sambil berlalu pergi meninggalkan Raislan dan Alaina yang masih stay di ruang keluarga.

"Kok Abang responnya gitu si bang? kan kak Shelina jadi kesal bang". Ucap Alaina ikutan kesal dengan respon Raislan. "Pada baperan amat si. Udah Abang nggak serius kok. Biarin aja kakak Lo kayak gitu. Untung-untung pikirannya jadi beralih karena kesal ke Abang. Dari pada kesal ke orang yang Nggak jelas dan nggak penting. Buang-buang energi aja". Sambil tersenyum tipis.

"Iya juga si bang. Ya udah Alaina lanjut latihan piano lagi bang". Berjalan mendekati tempat piano berada. Raislan pun berlalu pergi meninggalkan ruang keluarga.

Begitu la persaudaraan mereka. Yang satu terlalu baik, yang satu kepala batu dan yang satu lagi, sayang sama adik-adiknya, tapi terlalu gengsi buat nunjukin perhatian lebih pada dua gadis yang katanya adik nya. Tapi nggak bisa sweet kepada adik-adiknya seperti ia sangat sweet pada pujaan hatinya. Membayangkannya saja Raislan udah geli sendiri. Baginya, untuk menunjukan rasa kasih sayang tidak selalu dengan tindakan secara langsung. Tapi bisa juga dengan cara yang lain. Dan itu tidak perlu ia kasih tahu dan jelasin pada adik-adiknya. Cukup dirinya saja yang tahu, tidak perlu diumbar-umbar. Nanti mereka juga bakalan tahu sendiri tanpa harus dikasih tahu. Menurut Raislan, disitulah letak kasih sayang yang tulus dan sebenarnya pada saudaranya. Lain hal dengan kekasih, ia harus menunjukan kasih sayangnya. Bukan nggak tulus menyayangi. Beda tempat, beda pula cara ia memperlihatkan rasa kasih sayangnya.

...Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!