'Arista berarti tidak sedang berhalusinasi, dia sadar bahwa mamanya sudah tidak ada, lalu kenapa dia panggil aku mama dan nggak mau aku tinggal semalam?' gumam Ngarsinah dalam hati, kali ini dia sudah bisa memastikan bahwa Arista sehat secara psikis, mungkin dia sedang merindukan sosok mama yang bisa menenangkan hatinya.
Ceklek!
Pintu kamar terbuka dan Ningsih masuk dengan senyum bahagia melihat Arista yang ceria di pagi hari tidak lagi histeris seperti kemarin. Setelah nenek nya yang turun tangan barulah Arya bangun walau dengan wajah yang ditekuk karena kesal.
"Mama Arsi, mau nggak jadi mamanya dedek?"
Pagi itu di kediaman Boby tampak ramai karena celoteh gadis kecil itu tidak ada habisnya, bercerita sambil terus di bantu Arsi untuk bersiap berangkat ke sekolah, sementara Arya hanya datar saja dan sesekali menanggapi.
Arsi yang sesekali bertanya kepada Arya tidak mendapatkan tanggapan yang heboh seperti adiknya, tapi Arsi maklum, mungkin karena anak laki-laki jadi tidak begitu cerewet. Arsi dan pak Slamet juga sudah bersiap akan kembali ke desa mereka. Arsi akan kembali dihubungi oleh Rangga saat dibutuhkan untuk tanda tangan di notaris, dan itu artinya Ngarsinah akan fokus untuk mengurus perceraiannya. Sesaat dia berfikir apakah sebaiknya menggunakan jasa pengacara saja, agar dia bisa fokus untuk membeli rumah dan mencari pekerjaan.
'Apa sebaiknya aku nanti tukar pendapat ya sama mas Rangga, kalo diskusi sama ibu bapak mungkin mereka akan sulit mengerti dengan pikiranku, ya nantilah kalau sudah di rumah aku akan coba bertanya dan konsultasi dengan dia.' gumam gadis itu di dalam hatinya.
Semua orang sudah berkumpul di meja makan, sebelum pulang ke desa Rorocobek Ngarsinah dan pak Slamet di jamu sarapan oleh tuan rumah. “Pak Slamet dan mbak Arsi nanti saya yang akan antar ya, sekalian saya mau ketemu sama perangkat desa disana sebagai pemilik baru dari rumah yang baru saya beli,” ucap Rangga memecah keheningan yang biasa terjadi. “Iya Nak rangga bagus seperti itu, jadi nanti bisa langsung kenalan juga sama tetangga sebelah menyebelah, nanti kalo ndok Arsi sudah pindah ke kota, otomatis rumahnya kan jadi kosong nak,” jawab pak Slamet menyetujui niat Rangga.
“Nanti itu rencananya mau saya buat kantor pak, sebagiannya untuk tempat tinggal kalau saya pas kesana, Saya akan membeli hasil ladang para petani disana agar tidak kesulitan bagi mereka membawa ke kota. Hal ini juga menghindari dari para tengkulak pak, kasian petani kalau hasil panennya di ijon sama tengkulak.” jelas Rangga panjang lebar tentang tujuannya dia membeli rumah milik Arsi.
“Maasya Allah mulia sekali niatnya nak Rangga, iya nak selama ini permasalahan kami ya itu tadi penjualan, selama ini ya jalurnya kami sama anu– eh si itu mantan suaminya ndok Arsi, tapi ya harganya di banting randah nak,” curhat pak Slamet sambil sesekali melirik ke arah Ngarsinah, takut anak angkatnya tersinggung.
“Loh jadi mantan suaminya mbak Arsi yang selama ini membeli hasil panen dari sawah dan ladang para petani?” Tanya Rangga ingin memastikan dan menatap kearah calon janda itu dengan tatapan teduh. Ngarsinah hanya bisa tertunduk malu dengan cara mantan suaminya itu dalam berbisnis.
“Iya mas Rangga, tapi Alhamdulillah sekarang saya sudah lepas dari segala urusan dengan dia,” jawab Ngarsinah sedikit malu.
Sesaat pembicaraan hangat itu harus terjeda karena mereka berpamitan dengan tuan rumah, Boby hari ini tidak ikut dengan rangga, pria tua itu lebih memilih untuk berangkat ke kantor pusat, Ningsih seperti biasa mengantarkan kedua cucunya sekolah, karena mereka berlainan arah, dan kedua anak yang lucu itu saat ini masih harus ditunggu oleh orang tuanya.
“Mama kapan tinggal disini?” tanya Arista polos, sementara Arya hanya menatap dengan pandangan yang datar saja. “Hmm mama akan tinggal di kota setelah semua urusan mama selesai, nanti dedek boleh main kerumah mama ya,” jawabku tidak ingin memberikan harapan palsu. Arya yang sedari tadi gelisah ingin cepat berangkat karena takut terlambat langsung menggandeng tangan adiknya untuk segera masuk ke mobil.
“Tante Arsi, kami berangkat dulu ya, tante hati-hati dijalan, ayo dek nanti terlambat,” Arya tidak lupa mengambil tangan Arsi untuk di cium punggung tangannya. Sementara Arista tampak kecewa karena masih ingin berlama-lama dengan mama barunya. Gadis kecil itu mengikuti apa yang dilakukan oleh kakaknya untuk mencium punggung tangan Arsi dan tidak lupa meminta ciuman di kedua pipinya yang montok menggemaskan.
Mereka anak-anak yang baik dan sopan dan lucu, Arsi tidak kuasa menahan rasa haru yang menguasai hatinya. Cairan bening itu pun luruh menganak sungai di pipinya yang mulus.
Kini mobil mewah milik rangga yang di kendarai oleh supir itu mulai bergerak meninggalkan halaman rumah mewah milik keluarga Rangga. Kali ini pak Slamet duduk di depan karena permintaan Rangga, dimana Rangga ingin banyak ngobrol dengan Ngarsinah.
Obrolan tadi pagi yang sempat terpotong menjadi topik menarik yang ingin dibahas oleh rangga mengisi waktu mereka selama dua jam kedepan. Rangga sudah berencana untuk melancarkan aksinya menawarkan jasa pengacara kepada Ngarsinah agar memudahkan urusan pengurusan surat cerai wanita yang mulai menarik perhatiannya itu.
“Oya mas Rangga, punya kenalan pengacara yang, hmm tarifnya tidak terlalu tinggi?” tanya Saras setelah tadi mereka ngobrol tentang usaha pertanian yang selama ini keluarga Saraswati jalankan dan sekarang diambil alih oleh mantan suaminya.
‘Pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata dia duluan yang tanya,’ gumam Rangga dalam hati. “Mas?” kembali Ngarsinah memanggil Rangga dan membuat pria itu tersadar dari lamunan singkatnya. “Pengacara ya? ada mbak, kapan rencana nya mau mengajukan gugatan?” tanya Rangga setelah kembali mengingat apa yang menjadi topik pembicaraan mereka sekarang.
“Saya rencananya besok mau mengajukannya mas, hari ini saya siapkan berkasnya dan membersihkan rumah, jadi besok rencananya saya mau ke kota, mau cari rumah untuk saya beli.” jawab Ngarsinah secara terperinci tentang rencananya, Rangga mantuk-mantuk tanda mengerti.
“Mau saya kenalkan sekarang dengan pengacaranya?” tanya rangga kembali. Arsi mengangguk cepat tanda setuju, gadis itu sudah tidak mau menunda waktu lagi, karena waktu dia hanya satu bulan menempati rumah yang sekarang sudah menjadi milik Rangga. Bayangan David yang dengan pongah menjatuhkan talak tiga masih sering menghantui pikirannya. Novi yang selama ini menjadi sahabat baiknya pun tega mengkhianatinya, kini semua itu akan ditutup rapat menjadi sebuah catatan perjalanan hidup yang akan menjadi pelajaran berharga untuknya nanti.
Tidak lama kemudian Rangga menelpon pengacara langganannya, tapi sepertinya pertemuan dengan Ngarsinah diatur besok, karena sang pengacara sedang ada di ruang sidang membela kliennya. Sesuai rencana Ngarsinah besok akan ke kota untuk melihat dan jika bisa langsung transaksi pembelian rumah. Rangga merekomendasikan perusahaan perumahan milik sepupunya, dan itu memudahkan Arsi untuk berurusan.
“Mbak boleh saya minta nomor hape nya? agar untuk masalah dokumennya saya bisa menghubungi mbaknya.”
❤️❤️❤️
Naah hati-hati Arsi menjaga hati 🤭
yuuk dukung novel ini dengan Like, Komen, Subscribe dan vote ya, tengkyuuhh pemirsa ❤️🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
rosenin
gercep rangga 😀
2023-06-23
0
Alexa_Kuyy2
smngt thor
2023-05-12
1
Keyboard Harapan
sudah di tungguin tuh, cepet cept lah prosesnya
2023-04-29
1