“Pak nanti langsung aja sekalian kita ke Notaris. Sekarang masih sempat kalau kita mau ke bank yang ada di kota, kalo soal notarisnya setelah dari bank kita bisa kesana. Bagaimana?” tanya Boby ke pak Slamet yang duduk tepat di belakangnya.
“Saya manut saja pak, monggo kami menyerahkan urusan waktu ke pak Boby, karena kami pun akan kesulitan kalau harus mondar mandir pak,” jawab pak Slamet.
untuk beberapa menit kedepan kedua orang tua itu pun ngobrol asik, karena tampaknya mereka sezaman saat masih muda. Ngarsinah yang sedang menikmati pemandangan dari kaca jendela terhanyut dengan rencana-rencananya kedepan. Lamunan janda yang belum resmi itu pun buyar karena sebuah pertanyaan yang membuatnya gugup.
“Nak Arsi apakah sudah menikah?” tanya Boby memecah lamunan gadis itu. Boby menanyakannya karena beberapa kali tadi pria paruh baya itu melihat ke jari-jari Ngarisnah yang kosong. “Eh anu–em, saya baru saja di talak tiga kemaren pak.” Boby yang mendengar itu langsung menoleh kebelakang, dan kembali berusaha untuk menguasai keterkejutannya.
“Oh maaf nak, bapak nggak bermaksud membuat kamu sedih,” sesal Boby, pria itu langsung memutar tubuhnya kembali ke arah depan. “Nggak pa-pa pak, saya juga tidak akan menutupi hal itu dari siapapun yang bertanya,” jawab gadis itu dengan senyum yang sangat mantap.
‘Janda muda, cantik dan tampak pintar, apa yang membuat kamu di talak tiga oleh suamimu?’ gumam Rangga dalam hati, ya tentunya hanya berani terucap di dalam hati. Sekilas bibir seksinya melengkung tipis, senyum yang yang tidak bisa dilihat oleh Arsi karena memang mereka sedang tidak duduk berhadapan.
“Jadi setelah ini nak Arsi mau melamar pekerjaan di bidang apa?” tanya Boby mengalihkan topik sensitif yang tadi sempat dia tanyakan. “kalau ditanya begitu sebenarnya bingung jawabnya pak, kalo yang sesuai ijazah saya di bisnis dan manajemen.” Jawab Arsi dengan sedikit bercerita tentang latar belakang pendidikannya.
“Eh sebentar saya baru ingat kemaren perusahaannya pak Handoko sedang mencari karyawan baru,” Boby seperti sedang mengingat sesuatu. “Ibnu kemaren juga ada bilang sih pa, coba nanti aku tanya deh sama dia, jika ada peluangnya disitu apakah mbak Arsi mau?” Rangga ikut menimpali ucapan ayahnya karena putra pak Handoko adalah sahabat Rangga sejak mereka sekolah di SMA. Pertanyaan yang dilontarkan Rangga kepada Arsi membuat janda baru itu menoleh kearah pak Slamet.
“Gimana pak?” tanya Arsi meminta pendapat kepada ayah angkatnya itu. "Melangkah saja dulu ndok, sambil terus minta petunjuk Allah, pesan bapak, jangan ambisi." Jawaban pak Slamet membuat gadis itu tenang, keyakinannya atas takdir Allah tidak pernah berkurang walau sedang di landa badai dalam biduk rumah tangganya.
"Bismillah mas, jika Allah ridho maka akan dimudahkan rencana kita. Saya sangat berterimakasih sekali bapak dan mas Rangga bersedia membantu saya." Ucapan Arsi yang santun dan lembut juga kental sekali dengan iman yang gadis itu miliki, membuat Rangga tersenyum penuh arti.
Obrolan demi obrolan mampu membuat suasana canggung diantara mereka kini menjadi akrab, hingga tanpa terasa mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki halaman parkir bank yang mereka tuju.
Boby yang merupakan nasabah prioritas mendapatkan sambutan khusus dari petugas bank yang langsung mengajaknya ke sebuah ruangan dengan tatanan yang sangat cantik dan elegan. Ngarsinah yang baru pertama kali mendapat perlakuan berbeda dari petugas bank, tak henti-hentinya berdecak kagum.
Tidak lama seorang pria yang hampir seumuran dengan Boby memasuki ruangan, sepertinya sudah sangat dekat hubungan mereka satu sama lainnya jadi tidak perlu lama basa basi. Calon janda itu hanya bisa mengikuti saja sambil terus memperhatikan segala sesuatunya.
"Nak Saras, pak Slamet kenalkan ini pak Heru, beliau pengacara saya, perjanjian jual beli juga sudah disiapkan. Jadi nanti kita langsung bayar lunas saja unit properti nya ya pak Slamet?" Boby mengenalkan orang yang terakhir datang dan menjelaskan siapa sosok yang tampak berwibawa itu, sungguh aku sempat kaget karena rumahku akan dibayar lunas. Ini sungguh di luar dugaan, awalnya aku berfikir akan di bayar sebagian dulu, Alhamdulillah Allah punya rencana yang lebih baik lagi ternyata.
"Gimana ndok?" Tanya pak Slamet ke arah Ngarsinah. Untuk beberapa detik Ngarsinah menatap semua orang yang ada di ruangan itu secara bergantian, seakan sedang mengambil kekuatan dari mereka dan menghilangkan keraguan yang biasa datang di ujung keputusan.
"Bismillah, saya siap pak," jawab Ngarsinah lembut namun tidak menghilangkan keyakinannya akan keputusan yang diambil saat ini.
Sebelum tanda tangan kesepakatan yang sangat cepat ini, Heru selaku pengacara membacakan poin apa saja yang sudah dia siapkan, termasuk memberikan tenggang waktu kepada Ngarsinah selama satu bulan untuk berkemas dan keluar dari rumah yang akan menjadi milik Boby.
Tidak lupa pihak bank dan pengacara meneliti lagi dokumen rumah unit proterti Ngarsinah, setelah dirasa semuanya lengkap dan tidak ada satupun yang kurang maka pihak bank dan pengacara Boby mengangguk sebagai tanda bahwa semuanya sudah beres.
Setelah semua selesai, transaksi pemindahan dana sebesar delapan ratus juta ke rekening Ngarsinah pun dilakukan, kebetulan gadis itu menggunakan bank yang sama, sehingga memudahkan proses transaksi siang menjelang sore itu.
Proses demi proses sudah mereka lakukan, Ngarsinah meminta waktu untuk mereka melakukan doa bersama, karena rasa syukur yang luar biasa atas ridho Allah serta kemudahan yang diberikan sampai di tahap ini.
Tidak mau membuang waktu kami pun berpamitan kepada petugas bank yang sedari tadi dengan sigap membantu sehingga prosesnya cepat.
****
Saat ini mereka sudah berada di tempat notaris, semua dokumen yang dibutuhkan sudah diserahkan, dan rumah beserta tanah nya akan diatasnamakan menjadi milik Rangga. Ngarsinah merasa lega karena semuanya sudah bisa selesai dan lancar.
Sekali lagi Allah tunjukkan kuasanya, tidak sulit baginya untuk menjadikan seseorang itu kaya dalam sekejap mata, dan miskin. Dalam hitungan detik. Ya, karena semua ini adalah miliknya, kita sebagai manusia hanya dipinjami saja. Oleh karena itu pesan yang selalu Ngarsinah ingat dari kedua orang tuanya, adalah 'Jangan pernah sedikitpun merasa memiliki, karena sejatinya kita tidak punya apa-apa. Jagalah yang dititipi oleh gusti Allah, karena saat nanti akan diambil DIA pasti akan banyak bertanya, apakah titipannya diperlakukan dengan baik atau malah sebaliknya.'
Perjalanan pulang ini mereka menyempatkan diri untuk ke masjid, melaksanakan sholat magrib berjamaah. Setelah selesai Boby mengajak mereka untuk makan malam, karena memang sudah saatnya perut mereka menerima haknya.
"Pak Slamet, nak Ngarsinah monggo kita makan malam dulu, perjalanan masih jauh. Tapi nanti pak Slamet dan nak Arsi diantar sopir saja ya, Rangga tetap akan ikut juga. Nanti setelah makan malam mampir sebentar ke rumah saya untuk menurunkan saya disana." Jelas Boby panjang lebar, hal ini memang sudah direncanakan sedari tadi sebelum mereka berangkat.
“Yeeeiii papa pulang bawa mama …!”
❤️❤️❤️
Naahh anak siapa tuuh??
Yuuk pemirsaku tercinta dukung terus novel ini ya, like, komen, subscribe dan vote, tengkyuuhh pemirsa 🌹❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
kak agusaja
anaknya rangga pastinya
2024-03-02
0
N Wage
properti
2023-05-13
2
Alexa_Kuyy2
yokk semngat truss
2023-05-12
1