Proses pembayaran uang muka rumah yang dibeli oleh Arsi mereka lakukan di bank, dan tidak butuh waktu yang lama transaksi pun selesai mereka lakukan. Arsi berpamitan karena akan lanjut lagi ke kantor Rangga. Bu Yem yang sedari tadi dengan setia mengikuti tahap demi tahap kegiatan Ngarsinah hari ini masih tampak semangat.
Taxi yang membawa mereka kini sudah memasuki pelataran gedung perkantoran milik Rangga. “Ndok ini kantornya nak Rangga?” tanya bu Yem dengan sorot mata yang takjub. Gedung pencakar langit yang berwarna biru berhasil membuat kedua wanita desa itu kagum. “Katanya begitu bu, kaya banget ini orang ya bu?” sahut Ngarsinah tak kalah kagum.
“Coba di desa kita ada gedung kayak begini ya bu?” Tambah gadis itu berkhayal. “Kalo di desa ada kayak begini nanti pengusaha yang lain bakal ikutan ndok, trus sawah dan ladang kita lama-lama habis buat bangun gedung kayak begini,” jawab bu Yem yang disetujui oleh gadis itu dengan anggukan.
“Sudah sampai bu,” ucap supir taxi yang membuat kedua wanita beda generasi itu tersadar. “Eh maaf pak, sangking kagumnya sama gedung ini sampe lupa turun, hehehe,” jawab Arsi dengan malu-malu, karena barusan tindakan norak mereka berdua di ketahui oleh bapak supir taxi.
“Nggak pa-pa mbak, saya juga dari desa, waktu awal sampai di kota besar ini, ya sama kagum dengan gedung-gedung bagus,” sahut bapak sopir yang ramah ini. “Ini pak, kembaliannya buat bapak saja, terima kasih ya pak,” Arsi menyerahkan uang yang melebihi dari tarif yang tertera. “Terimakasih mbak, bu, semoga rejeki ibu dan mbaknya berlimpah dan selalu dalam lindungan Gusti Allah,” doa tulus bapak supir taxi pun mengalir dan kedua wanita itu pun mengaminkan.
Mereka keluar dari mobil berwarna biru muda itu dan dengan sedikit ragu memasuki gedung yang didesain sangat indah dan memanjakan mata siapapun yang melihatnya. Kembali Ngarsinah terkagum-kagum dengan apa yang dilihatnya. Gadis itu yang selalu bergandeng tangan dengan sang ibu memasuki lobby gedung yang menjulang tinggi dan menuju meja receptionist.
Sementara di ruangan Rangga
"Tom, tolong hubungi Pras buat bantuin calon masa depan gue yak," titah Rangga kepada Sekretaris yang merangkap sahabatnya itu. Tommy yang menerima perintah sedikit mengerutkan dahinya.
"Maksud lo calon masa depan?" Tanyanya masih belum paham.
"Arsi, itu si calon janda yang kemaren gue cerita ke lo," jawab Rangga santai, tidak merasakan pandangan aneh dari sahabatnya.
"Eh Serangga, segitu pedenya ya bilang anak orang calon masa depan, emang dia mau gitu sama duda ngenes kayak lo? Ngaca mas brooo!" Ucapan Tommy sungguh mematahkan hati itu disambut lemparan bantal sofa yang ada di ruang kerja Rangga.
"Tolong tu mulut di sekolahin ya, gue yakin lah dia gak bakalan bisa menghindar dari pesona gue, apalagi menghindar dari rengekan malaikat kecil gue. Dah buruan lo hubungi si Pras buat urus cerainya Arsi. Biar cepet juga gue halalin dia," balas Rangga tetap dengan rasa percaya diri setinggi gunung himalaya.
"Kok lo yang ngebet sih?" Tommy tetap masih penasaran dan memilih untuk mengamati wajah yang sedang kena virus cinta satu malam itu.
"Ya elaaahh Tomblok, buruaan lo hubungin si Pras, pake acara kebanyakan nanya lo!" Kesal sudah si duda ngenes dengan lambatnya pergerakan si sekretaris. Akhirnya manusia yang bernama Pras di suruh datang menghadap sang penguasa perusahaan itu.
Pras yang memang ingin menemui Rangga siang itu sudah berada di jalan saat menerima telepon dari temannya, siapa lagi kalau bukan Tommy.
[Ya gue OTW] Pras menjawab singkat dan …
Klik!
Tanpa aba-aba dimatikan sepihak oleh Pras. Sementara Tommy yang masih berada diruangan Rangga hanya mengambil nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar.
“Gimana si Pras?” tanya Rangga tidak sabaran.
“Otewe katanya.
Tok!
Tok!
Tok!
“Masuk!” Suara bariton Rangga menggema, dan seorang sekretaris masuk membawa sebuah pesan, halaahh lebay yak.
“Pak maaf mengganggu, ada bu Arsi dan bu Yem ingin bertemu,” ucap Sekretaris yang sok imut itu.
“Suruh masuk Vi, mereka sudah saya tunggu,” jawab Rangga berwibawa. Sekretaris itu pun keluar untuk menjemput Arsi, begitu pintu ditutup, Rangga langsung bergegas mematut wajahnya di cermin. “Sempurna, Tom, calon bini gue dateng,”Rangga mendadak blingsatan grogi sendri.
“Jangan ke ge eran dulu lo, kalo dia nggak ada hati ama lo, bisa terjun bebas tu hati,” cemooh Tommy benar-benar mematahkan semangat seorang pejuang cinta.
“Assalamualaikum mas Rangga,” sapa Ngarsinah yang sudah masuk kedalam ruangan. Bu Yem yang ikut masuk juga mengucapkan salam dan disambut hangat oleh Rangga. Mari silahkan duduk mbak Arsi dan bu Yem, Tommy sibuk mengeluarkan minuman kaleng dan cemilan yang memang disiapkan di ruangan itu untuk tamu-tamu sang CEO.
“Mas gimana pengacaranya? tanya Asri setelah menyempatkan diri untuk berkenalan dengan Tommy, begitu juga dengan bu Yem.
‘Iya, bentar lagi dia sampai disini, santai lah dulu. Gimana tadi rumahnya?” tanya rangga setelah menjawab pertanyaanku mengenai sang pengacara.
“Alhamdulillah sudah ada yang cocok mas, dan tadi sudah bayar uang muka juga. Mas Bram orangnya ramah banget dan Aku tadi juga di kasih diskon lumayan loh mas, tapi setelah aku minta diskon sih tepatnya,” Rangga melongo heran, ‘Tumben tu si tuan bakhil mau ngasih diskon. Kemaren gue beli unit dia, nggak ada tuh diskonnya, waaah pelanggaran ini Bram,’ batin Rangga geram.
Tok!
Tok!
Tok!
“Masuk!” Sahut Rangga, dan tak lama pintu terbuka. “Hallo semua, maaf ya saya terlambat,” Pras masuk dengan langkah terburu dan langsung menyalami mereka semua. “Pras, gue minta tolong lo bantu mbak Arsi untuk urus perceraiannya ya,” Rangga memulai pembicaraan, dia sangat tau sahabatnya itu tidak akan bisa punya waktu lama di siang hari. “Yup, tenang aja bro,” Jawabnya.
“Mbak Arsi besok bisa ke kantor saya ya? kita akan lengkapi berkas sekaligus surat kuasa yang harus mbak tanda tangani. Setelah itu saya yang akan proses semua nya, jadi mbak bisa beraktifitas, kecuali saat panggilan sidang. Jika mbak Arsi bisa hadir, itu lebih baik tapi jika tidak bisa juga tidak masalah,” jelas Pras panjang pendek.
“Iya mas, sebelumnya saya terimakasih sekali, mas Rangga dan mas Pras mau bantuin saya, tapi … Emm maaf mas saya mau tanya sekalian, berapa ya untuk biayanya pengurusannya?” tanya Ngarsinah dengan ragu dan malu-malu. Pras melirik ke arah Tommy dan Rangga, entah apa arti dari tatapan mata ketiga sahabat itu, lalu Pras pun mulai menarik nafas dan membuangnya perlahan.
“Kalau untuk mbak Arsi, sepuluh juta saja, itu sudah sekalian biaya sidang dan lain-lainnya, apakah mbak keberatan?” tanya Pras hati-hati. ‘Harga segitu murah banget neng, dan setelah ini sepertinya lanjut hubungan sama mas ya neng, jarang ada perempuan cantik, tapi cantiknya disembunyikan seperti ini.’ gumam Pras dalam hati, mata pria tampan berkaca mata dan berkehidupan sangat mapan itu tidak lepas memandang Arssi yang tampak sedang berunding dengan bu Yem.
Rangga memperhatikan gerak gerik Pras yang mencurigakan, tidak pernah sahabatnya itu memperhatikan perempuan yang jauh dari kata modis dengan tatapan yang lama dan senyum-senyum begini.
“Saya setuju mas, In Shaa Allah besok saya akan ke kantor mas Pras, tolong kasih alamatnya ya mas,” jawab Arsi memberikan keputusan, dan mereka pun bertukar nomor telepon.
“Oya, mbak Arsi katanya kemaren ada rencana mau cari kerja?” tanya Rangga setelah dilihatnya urusan Arsi dan Pras sudah selesai. “Iya mas, setelah penyerahan berkas besok di kantor mas Pras rencananya saya mau memulai untuk mencari pekerjaan.’ Jawab Arsi senang karena saat ini dia sungguh sangat membutuhkan bantuan orang-orang untuk rencananya ke depan.
“Tidak usah bekerja di perusahaan lain, bekerjalah di perusahaanku, mbak Arsi bersedia?”
Mata Arsi berbinar mendengar tawaran dari Rangga. berkali-kali gadis itu mengucap kata syukur, begitu banyak kemudahan yang Allah berikan kepadanya.
“Serius mas? apa masih ada lowongan untuk saya? tapi saya belum ada pengalaman kerja mas,” setelah beberapa pertanyaan akhirnya Arsi tertunduk, ada rasa minder yang menyelimuti hatinya.
“Saya antar saja besok, jangan jalan sendirian nanti mbak nyasar,”
❤️❤️❤️
Naah siapa niih yang mau antar?
Yuk dukung terus novel ini dengan, Like, komen, subscribe dan vote, tengkyuuuhh pemirsa 😘🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
kak agusaja
ku tebak,pasti si tommy yg mau ngantar ..secara dia kan blm ad suaranya selama arsi di ruangan rangga
2024-03-04
0
Gandhy Putri
liatlah david wanita yg kau tinggalkan,banyak yg mengaguminya
2023-07-03
1
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
janda selalu didepan busyt yg antri pengacara.. pengusaha.. bos propety.... indah bngt dunia ini
2023-06-12
1