“Iya pak, ini sudah malam, kalau mas Rangga mengantarkan kami maka akan bolak balik, kasian kecapekan, sebaiknya kami naik travel saja ya pak?” tanya Ngarsinah, perasaan sungkan menyelimuti hatinya. “Pak Slamet dan nak Arsi nggak usah sungkan, nanti Rangga biar ditemani sama supir.” Ningsih menimpali dan meyakinkan bahwa apa yang tadi di rencanakan tidak akan memberatkan mereka.
“Kami sangat berterima kasih kepada ibu dan bapak juga nak Rangga yang sudah sangat baik dengan kami, kami tidak bisa membalasnya dengan hal yang sama, semoga Allah yang akan membalasnya dengan berlipat-lipat kebaikan” Ucapan pak Slamet langsung di aminkan oleh semua yang ada di ruangan itu. Arista yang masih berada di pelukan Ngarsinah sudah tidak lagi terdengar suara isakan tangisnya, dan tubuh gadis kecil itu sudah lunglai.
“Mas Rangga, sepertinya Arsita sudah tertidur,” bisik Arsi kepada Rangga yang saat itu sedang memangku Arya. Beberapa kali Arya menguap dan sepertinya pria kecil itu sudah mengantuk.
“Kita pindahkan aja ke kamarnya, mbak Arsi. Maaf ini sekali lagi jadi ngerepotin mbak,” jawab Rangga berbisik, dengan nada sungkan yang tidak bisa lagi dilukiskan.
“Uhhh” gadis kecil itu menggeliat, Arsi belan-pelan berdiri agar Arsita tidak terbangun. Berjalan pelan menuju kamar gadis itu dengan tangannya yang masih terus mengusap-usap lembut punggungnya.
Saat tubuh mungil itu akan direbahkan di atas kasur empuknya tiba-tiba saja kedua mata bulatnya terbuka dan kembali mengeratkan kedua tangannya ke leher Ngarsinah dan menjerit histeris.
“Aku mau bobok sama mama, mama nggak boleh pergi pa!” teriakannya membuat Rangga panik, begitu juga dengan Ngarsinah. Tubuhnya yang sudah lelah pun kini hilang karena tangisan gadis yang tiba-tiba saja terus memanggilnya mama.
“”Mama jangan pergi, hiks hiks …” tangisan itu semakin menjadi. Pak Slamet yang mendengar dari ruang tamu tangisan anak kecil itu merasa tidak tega. ‘Mungin gadis kecil itu kangen mama nya, atau kemana mamanya?’ hati orang tua paruh baya itu kembali bertanya-tanya.
“Pak Slamet mohon maaf, saya mohon menginaplah disini pak, lagian ini sudah sangat malam. Sepertinya Arsita sangat suka dengan nak Arsi,” pinta Boby dengan rendah hati.
Pak Slamet dan Boby yang masih berada di ruang tamu serba bingung sekarang, terjebak dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini membuat dirinya menjadi serba salah.
“Maaf pak kalau boleh saya tau kenapa Arsita memanggil Arsi mama?” alih-alih menjawab pertanyaan Boby, pak Slamet malah menanyakan tentang penyebab cucunya menangis dan memanggil Arsi dengan panggilan mama.
Boby menarik nafasnya dalam-dalam, wajah yang nampak menua itu diliputi mendung. Tapi karena keadaan seperti ini, pria itu sepertinya memang harus menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada tamu nya itu.
“Setahun yang lalu menantu saya, mamanya Arista dan Arya meninggal dunia karena kecelakaan pak, Arya sudah bisa menerima kepergian mamanya, tapi Arista masih saja berharap mamanya pulang kerumah. Mereka itu kembar pak, hanya saja Arya lahir lebih dulu jadi Arista memanggilnya kakak. Setelah kepergian menantu saya Rangga tidak pernah membawa satupun teman wanitanya ke rumah ini, dan selama ini Arsita juga biasa saja terhadap perempuan yang lainnya, sekolah seperti biasa dan beraktifitas seperti biasa. Tapi malam ini nampaknya berbeda, cucu saya seperti bertemu dengan mamanya.” Cerita Boby yang mampu membuat hati pak Slamet trenyuh.
“Saya akan bilang sama Arsi untuk kami menerima tawaran bapak menginap disini,” jawab pak Slamet atas permintaan Boby tadi. “Ayo kita datangi mereka pak, sepertinya tangisan Arista belum reda juga.
kedua pria tua itupun mendatangi kamar Arista yang masih saja terdengar tangisannya. Arsi yang akhirnya duduk di pinggir ranjang sambil menggendong Arsita yang masih erat memeluknya.
“Ndok, pak Boby menawarkan untuk kita menginap saja malam ini dirumahnya, kasian cucu cantik ini, nangis terus padahal tadi sudah ketiduran,” ucap pak Slamet di ambang pintu, menatap sedih melihat gadis kecil yang berada di pelukan Ngarsinah. Isakan tangisnya masih belum berhenti.
“Nggeh pak, Arsi manut, kasian liat dedek nangis terus padahal tadi udah kesirep mau bobok.” Jawab Arsi pasrah. “Pak tolong kasih kabar ke ibu, biar nggak kepikiran, Arsi mau nidurin dedek dulu,” tambah Arsi mengingatkan pak Slamet.
Pak Slamet akhirnya kembali ke ruang tamu untuk menghubungi istrinya dan Boby pun menyuruh asisten rumah tangga mereka membersihkan kamar tamu. Ningsih yang masih menemani Arsi di kamar cucunya meminta Arsi untuk tidur di kamar Arista saja. Sementara Arya sudah tertidur di ranjangnya yang tadi sempat di temani oleh Rangga. Untuk malam ini kamar anak-anak Rangga dibuat heboh oleh tangisan pilu dari bocah kecil bermata indah itu.
“Mbak Arsi, maaf saya tinggal nggak papa ya?” tanya Rangga sungkan dan merasa serba salah di dalam kamar bersama tamu yang sedari tadi dipanggil mama oleh putri kecilnya. “Iya mas nggak papa, silahkan istirahat, saya biar sama ibu dulu sampai si dedek pules.” jawab Arsi. “Mama, jangan pergi lagi,” ucap gadis kecil yang sudah mulai terlelap itu tapi masih terus mengatakan kalimat yang sama.
“Iya sayang, mama disini, Arista bobok ya, jangan nangis lagi sayang. Yuk kita bobok di kasur, mama disini kok,” begitulah Arsi saat menenangkan gadis kecil yang membuatnya terharu itu. Akhirnya mau tidak mau Arsi pun mengikuti si kecil dengan menyebut dirinya mama.
Tak lama setelah tubuh mungil itu berada di atas kasur empuknya, Arsi pun berdiri berniat untuk ke kamar mandi agar bisa membersihkan diri dan menunaikan sholat Isya yang tadi belum dia lakukan. “Bu, maaf boleh numpang kamar kecil?” tanya ku pada bu Ningsih yang sedang menyelimuti Arya lalu meninggalkan kecupan sayang di kening cucu laki-lakinya itu.
“Iya nak Arsi, sebentar ya, ibu ada baju gamis rumahan yang masih baru, bisa nak Arsi pakai.” Ningsih berlalu tanpa menunggu jawaban dari Arsi. Benar saja tidak lama Ningsih kembali lagi dengan peralatan mandi lengkap. Untung saja Arsi selalu menyiapkan pakaian dalam ganti di lama tasnya ketika ingin ke kota, dan kebiasaan itu sangat berguna saat ini.
Pak Slamet sudah beristirahat duluan di kamar tamu, sementara Arsi yang baru selesai menunaikan sholat Isya setelah tadi sempat mandi. Gadis itu menuju dapur untuk meminta air putih, tapi Ningsih masih duduk di meja makan yang akan dilewati oleh Arsi.
“Nak Arsi sudah mau istirahat?” tanya Ningsih membuat langkah Arsi terhenti. “Tadi mau ke dapur bu minta air putih, ibu belum mau istirahat?” tanya Arsi balik dan ada rasa sungkan menyelimuti hatinya. “Mbak Pur tolong ambilkan air putih untuk nak Arsi mbak!” teriak Ningsih kepada ART nya.
“Nak Arsi, apakah mau menjadi mama untuk kedua cucuku?”
❤️❤️❤️
Belum jadi janda aja udah ada yang minta, semangaatt Ngarsinah.
Yuk dukung novel ini dengan like, komen dan vote ya pemirsaaahh 🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
oalah ingatya hanya ada di funia novel......
2023-06-12
1
Reski Rezki
janda emang sllu di dpan,,kasihan kita para gadis gulung tikar aja 😔😔
2023-05-26
2
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
mau gtu mba arsi, kesmpetan tdk dtg dua kli loh eeeaaa,,,,sok bijak 🙈👀🏃🏃
2023-04-02
3