“Kalo menurut ibu, bagus juga kayak gitu ndok, biar kamu gak berlarut-larut di gantung sama dia,” jawab bu Yem dengan terus menatap kearah Arsi yang masih sibuk menyiapkan makan untuk mereka.
“Alhamdulillah kalo ibu setuju, jadi langkah Arsi gak ragu bu,” jawab gadis itu mulai bersemangat. “kamu kok ceria aja to ndok? biasanya orang habis gagal itu akan sedih bahkan sampe frustasi,” tanya bu Yem penuh selidik.
“Apa yang harus Arsi sedihkan bu? Arsi nggak pernah jahat sama dia, sementara dia yang duluan jahatin Arsi. Kata almarhumah ibu, orang baik akan dipertemukan Allah dengan orang baik, orang jahat akan dipertemukan dengan orang jahat, jadi jangan pernah berhenti jadi orang baik. Kalimat ibu itu yang bikin Arsi nggak menangisi perpisahan ini bu, David yang duluan jahatin Arsi itu artinya dia bukanlah jodoh Arsi. Dia adalah bagian dari masa ujian pendidikan Arsi untuk jadi perempuan yang lebih baik lagi kedepannya.” jelas Arsi panjang lebar, gadis itu yang selalu merindukan ibunya yang sudah damai di surga.
“Ibu sungguh bangga sama kamu ndok, selalu berfikiran positif dan tidak sedih yang berlebihan. Ibu yakin Allah sedang menyiapkan jodoh yang baik untuk mu, doa ibu akan selalu menyertaimu ndok,” puji bu Yem bangga kepada putri sahabatnya itu.
“Ahh ibu terlalu memuji Arsi, Arsi masih harus banyak belajar bu, masih ada rasa sakit dihati ini, itu tandanya Arsi belum lulus dengan baik. Arsi hanya tidak ingin memperbesar luka yang kecil ini bu, dan tidak terlalu merasakan rasa sakit yang ada. apa yang terjadi ini adalah takdir yang harus Arsi terima dengan ikhlas supaya bisa naik kelas bu,” jawab gadis itu dengan senyum yang terus tersemat di bibir tipisnya.
“Ya Allah ndok kamu memang luar biasa, hatimu sungguh luas, masalah yang bagi banyak orang ini adalah akhir dari sebuah cerita tapi bagi kamu hanya riak kecil belaka. Teruslah seperti ini ndok, ibu yakin Allah akan memberikan hadiah yang indah untuk orang-orang yang sabar.” Bu Yem kembali takjub dengan apa yang sudah dia dengar tadi.
“Ndok apa rencanamu nanti di kota? itu kota besar loh, kamu gak pernah tinggal di kota sebesar itu mana sendirian lagi, ibu kok khawatir ya ndok?” tanya bu Yem perhatian dan mengalihkan topik pembicaraan sekaligus khawatir bagaimana gadis lugu itu nanti akan tinggal di kota. “In shaa Allah gak papa bu, Rencana Arsi, kalau memang rumah ini proses bayarnya cepet, Arsi mau langsung gugat cerai aja si David itu, terus ke kota nyari rumah yang pas, apa ibu mau nemani Arsi? boleh gak ya sama bapak bu?” jelas Ngarsinah panjang pendek yang diakhiri pertanyaan untuk wanita yang sudah dianggapnya ibu sendiri.
“Nanti ibu tanya bapak dulu ya ndok, semoga diijinkan. Tadi sempat ibu berfikir kamu berangkat sama Yuni,” bu Yem menjeda kalimatnya dan tampak berfikir. “Tapi kalau kamu berangkatnya sama Yuni, lah wong Yuni ya gak ngerti juga hal beli-beli rumah, dan yang pasti kamu akan butuh orang yang dimintai pendapat to ndok,” lanjut bu Yem dengan pemikiran tua dimana dia tidak ingin Ngarsinah salah dalam bertransaksi.
Hidangan telah tersusun rapi, ibu dan anak angkat itu pun makan dengan tenang, sambil ngobrol ringan. Bu Yem tampak kagum dengan ketegaran gadis cantik yang cupu itu, tidak ada lagi kesedihan kini gadis itu sibuk menyusun rencana. Sebenarnya ada teman masa kuliahnya di kota, tapi karena mereka tidak pernah lagi komunikasi, jadi Ngarsinah kehilangan kontak dengan mereka.
*****
Waktu berlalu, Yuni anak gadis bu yem diminta untuk menemani Ngarsinah menginap dirumah nya. Rumah besar itu sungguh membuat Ngarsinah merasa kesusahan untuk merapikan. Sewaktu bersama David, gadis itu tidak usah pusing membersihkan rumah besarnya, karena ada asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh mantan suaminya itu, dan sejak beberapa hari pertengkaran sebelum hari bersejarah dimana dia di talak tiga oleh mantannya, semua asisten rumah tangga di berhentikan.
Ngarsinah yang cerdas sudah membaca hal yang tidak baik, firasat akan terjadi hal besar untuk hidupnya sudah ada dalam pikirannya. Walau saat itu dia belum tahu pasti, naluri siaga dia siapkan untuk hati dan mentalnya.
Dan benar saja, hal itu terjadi setelah beberapa hari dirinya dan David tidak sedikitpun melewatkan waktu tanpa perang dunia.
Menjelang tidur, di kasur yang sama dengan Yuni, gadis itupun membuka obrolan dengan sahabatnya yang sedang berduka.
“Arsi, aku gak nyangka lo kok rumah tanggamu jadi hancur begini, aku jadi takut nerima lamarannya Joko anak pak lurah,” curhat yuni, yang menatap langit-langit kamar besar Arsi. “Lah kenapa takut Yun? coba liat aku,” Ngarsinah merubah posisi tidurnya miring menghadap yuni, Yuni pun begitu juga. Sekarang mereka berdua tidur berhadapan, Ngarsinah tersenyum, tidak sedikitpun ada kesedihan menggores wajah cantik yang tidak membosankan itu.
“Yun, tiap manusia itu sudah punya takdirnya masing-masing, apa yang terjadi sama aku, belum tentu juga akan terjadi sama kamu, ambillah pelajaran dari apa yang aku alami. Aku juga masih harus belajar dan terus belajar, karena aku juga berhak bahagia.” Dengan lembut Ngarsinah menjelaskan pendapatnya kepada teman sejak kecilnya itu.
“Arsi apakah kamu akan menerima seseorang setelah ini?” tanya Yuni dengan sorot mata ingin tau. Ngarsinah menarik nafasnya dalam, gadis itu tersenyum lembut.
“Allah akan mempertemukan aku dengan orang yang baik dan mau menerima keadaanku seperti ini, aku tidak akan menentang kehendak Allah Yun. Kelahiran, jodoh, rezeki dan maut hanya Allah yang tau. aku hanya sekedar menjalankan saja apa yang Allah kehendaki pada diriku. Sekuat tenaga aku menolak untuk kehadiran seseorang, tapi jika Allah yang sudah berkehendak siapa yang akan mampu menolak? bukankah DIA yang maha mombolak balikkan hati? ” Arsi kembali mengungkapkan pendapatnya, dengan beberapa pertanyaan yang sudah tentu dapat dijawab oleh Yuni, karena gadis yang menjadi sahabatnya itu juga paham akan ilmu agama.
“Arsi kok kamu gak ada sedih-sedihnya sih, biasanya orang kalo abis cerai itu frustasi, nangis berhari-hari. Arsi jujur lah sama aku, kamu sebenarnya cinta nggak sih sama David?” rasa penasaran Yuni tidak bisa dia bendung lagi.
“Hahaha, Yuni … Yuni, kamu itu bikin aku gemes deh, Mana bisa aku nikah sudah tiga tahun tapi aku nggak cinta sama dia. Tapi aku tidak mau berlebihan mencintainya Yul, begitu juga saat dia menceraikan aku, sedih, hancur, terhina semua rasa campur jadi satu. Aku berpegang pada satu hal, nasehat dari seorang kyai yang aku masih ingat. Mencintai seorang hamba atau apapun di dunia ini karena Allah, dan berbahagia atau bersedih itu hanya sekedarnya saja. Karena itulah gantungkan harapanmu hanya kepada Allah semata, jika kamu menggantungkan harapanmu pada makhluk ciptaan Allah maka kamu akan kecewa.”
“Kalo aku, sudah ku sambel itu laki!”
❤️❤️❤️
Like, Komen, Vote ya pemirsa, tengkyuu🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Nur Hidayah
lanjut thor
2023-12-04
0
Mulyati Hilal Ahmadan
suka cerita nya. uraiannya bagus. lanjut Thor
2023-10-31
0
rosenin
wkwk
2023-06-23
0