“Eh iya bu, sebenarnya Arsi belum begitu ngantuk,” Jawabnya sedikit gugup. “Nak Arsi kita ngobrol-ngobrol sebentar bisa?” tanya Ningsih, yang di sambut anggukan oleh Ngarsinah dan menarik kursi yang ada di meja makan. Duduk berseberangan dengan Ningsih membuat hati Ngarsinah berdebar.
“Nak, sepertinya waktu ini cepet banget ya berputarnya, tau-tau kita kenal dan nggak nyangka kalau cucu ibu langsung lengket sama nak Arsi, maaf kalau boleh tau apakah nak Arsi sudah menikah?” tanya Ningsih hati-hati, karena ini adalah hal yang sangat sensitif.
“Sebenarnya Arsi baru saja di jatuhi talak tiga oleh suami bu, dan itu adalah kejadian puncak dari rentetan peristiwa yang terjadi sebelumnya.” jawab Arsi. Ada rasa nyeri di hati gadis itu tapi tidak akan dia tunjukkan. Ningsih yang mendengarkan itu kaget dengan penjelasan gadis cantik tapi sederhana itu.
"Ya Allah, maaf ya nak, ibu nggak bermaksud membuatmu sedih," sesal Ningsih sambil menggamit tangan Ngarsinah yang duduk berseberangan dengan dirinya.
"Nggak papa ibu, jodoh, rezeki, maut semuanya kehendak Allah, Arsi hanya menjalaninya saja, dan Alhamdulillah Arsi sudah siap untuk menata hidup, termasuk menjual satu-satunya peninggalan almarhum bapak, ibu." Jawab Arsi ringan dan senyum yang tampak tulus.
Entah apa yang membuat Ningsih langsung merasa klik saat pertama kali ketemu dengan calon janda ini, mungkin sama juga seperti yang dirasakan oleh Arista, cucunya.
"Oh ya, apa rencanamu untuk kedepannya nak? Jangan sungkan lo nak, jika kamu nggak keberatan anggaplah kami ini orang tua mu juga," tanya Ningsih yang entah magnet dari mana, mulutnya lancar sekali menawarkan hubungan kekeluargaan kepada gadis itu.
"Terimakasih ibu, saya sangat berterimakasih sekali, Allah berikan orang-orang baik untuk saya,"
“Nak Arsi, apakah mau menjadi mama untuk kedua cucuku?” tanya bu Ningsih yang membuatku sulit menelan saliva ku sendiri
"Saya serahkan semuanya kepada Allah bu, karena kita tidak pernah tau apa rahasia di balik rahasia ini semua," jawabku berusaha untuk bijak.
Arsi merasa terharu mendapatkan banyak kebaikan dari orang-orang yang dipertemukan Allah.
Dan kembali percakapan hangat terjadi pada dua orang wanita beda generasi itu. Rangga yang tadinya berniat turun, tiba-tiba mengurungkan niatnya dan lebih senang memperhatikan keakraban kedua wanita yang sedang berbagi cerita di meja makan rumah nya.
Hari sdh beranjak larut, Ningsih mengantar Arsi untuk kembali ke kamar cucunya, karena ranjang Arista cukup untuk berdua, jadilah dia sekarang tidur bersama gadis kecil itu. Tak butuh waktu lama, tubuh lelahnya yang sudah merindukan kasur itu pun segera terlena dalam pelukan malam yang dingin karena pendingin ruangan yang diatur suhunya cukup nyaman.
*****
Rangga yang ikut masuk saat melihat kedua wanita itu masuk kamar. hatinya tiba-tiba saja gelisah, selama setahun ini pria tampan itu merawat putra-putrinya sendirian, dan tidak sedikitpun membuka hati untuk wanita yang akan menggantikan mendiang istrinya.
Setelah mengunci pintu kamarnya, Rangga buru-buru mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabat sekaligus sekretarisnya yang selalu ada disetiap keadaan apapun yang dia alami.
Tidak butuh waktu yang lama sang sekretaris budiman itu langsung mengangkat panggilan telepon darinya.
[Hallo, Tom udah tidur lo?] tanya Rangga tanpa melihat sekarang sudah jam berapa.
[Mas bro yang baik dan benar dan selalu benar, lo kan tau kalo panggilan telepon lo gue angkat, ya itu artinya gue gak bobok, kadang gue heran, kepinteran lo sering ngumpet ya kalo lagi stres?] Seperti biasa Tommy menjawab dengan kalimat panjang yang kurang berfaedah.
[Tom gue kayaknya lagi galau deh,] sesi curhat langsung saja dimulai oleh Rangga.
[Lo kenapa? curhatnya besok aja ya, gue lagi mau pembibitan dulu sama bini gue, lo gak nyadar ya Ga, ini jam berapa?] sungguh jawaban Tommy membuat duda ngenes itu semakin perih relung hatinya.
[Eh, lo bener-bener nggak berperikemanusiaan ya! lo jangan ngurusin bini lo dulu, sekarang dengerin gue,] jurus kekuasaan langsung saja digunakan oleh Rangga, tanpa dia peduli sepasang makhluk di seberang sana yang sudah saling merindu.
[Buruaan! jangan kelamaan keburu bocor samping ini,] serunya dengan nada super kesal dan hanya dibalas dengan suara tawa Rangga yang sungguh tidak berperasaan.
[Tommy, gue sehari ini bener-bener terpesona sama calon janda yang barusan aja rumahnya gue beli. Dia orang desa Rorocobek, dan seharian ini gue kan berurusan sama dia tu, dan lo tau, bocil gue si Arista tau-tau nawan si calon janda dan langsung manggil mama,] cerocos Rangga dan menjeda sesaat, demi menunggu kalimat itu disambar oleh Tommy.
[Trus masalah nya apa? ya udah lo urus dong biar dia cepetan jadi janda, trus kawinin deh, eh nikahin maksud gue, gitu aja kok repot,] benar saja Tommy si mulut pedas itu langsung menyambar seperti yang Rangga harapkan.
[Eh pinter lo ya, tapi gimana gue mau urusin surat cere nya onyooon!] kesal Rangga merasa menemukan jalan buntu.
[Ya langsung aja tawarin, ‘sayang kamu pake pengacara aja biar cepet kelar trus kita nikah yuk’. Lo gitu aja kok oon banget siih Ga, percumah aja sekolah lo jauh, kalo otak lo cuma sampe di teras doang! Udah gue mau lanjutin pembibitan nih, besok aja kalo lo mau lanjut konsultasinya, dan ingat, transfer ya ke renkening gue biaya konsultasinya.] hohoho si Tommy nampaknya sudah terdesak dia, dan akhirnya menutup telepon tanpa perduli yang tadi menghubungi dirinya itu adalah CEO di perusahaan tempat dia bekerja.
Klik!
“Yaaahh dimatiin, awas lo besok ya Tom, siap-siap aja gue bikin lembur lo,” sungut Rangga mendapati sambungan telepon itu terputus.
Dan inilah nasib Rangga si duda ngenes yang ditinggalkan oleh sahabat karibnya demi sebuah misi pembibitan, sungguh TERLAAALUU.
*****
Adzan subuh berkumandang, Arista bangun dengan tangannya yang menggenggam erat tangan Arsi, mereka berdua tidur saling berhadapan. Mata indah itu mengerjap lucu memindai sosok cantik dan lembut yang juga baru saja membuka mata bermanik hitam itu.
"Mama …" sapa gadis kecil itu membuat hati Ngarsinah seperti ditumbuhi bunga-bunga yang bermekaran. "Iya sayang, enak boboknya?" Tanya gadis itu lembut, dengan suara yang sengaja di pelankan agar tidak mengganggu Arya yang masih pulas tidurnya.
"Ayo kita sholat subuh dulu, dedek mau bangunin kakak?" Tanya gadis itu hati-hati, karena sejauh ini Arsi masih belum bisa mengetahui sejauh mana kondisi psikis Arista. Gadis itu mengangguk lucu, lalu bergerak turun dari ranjangnya dan menggoyang tubuh kakaknya yang sedang memeluk guling.
"Kakak ayo kita sholat subuh, ayo kak, ayoo!" Sungguh pemandangan yang membuat hati calon janda itu bahagia, sesaat dia membayangkan jika mereka adalah anak-anak nya, tapi itu hanya bisa dia hayalkan saja, karena sebentar lagi mereka akan terpisah dan entah kapan lagi bisa bertemu kembali.
"Adek berisik deh, udah kamu sholat dulu, kakak nanti aja, masih ngantuk," jawabnya ketus dan itu membuat Arista cemberut. "Mama liat tu kakak nggak mau bangun, nanti kalo gak sholat kan gak bisa kirim doa buat mama kita kak!"
Deg!
❤️❤️❤️
Nah nah nah, si bocil ternyata sadar gaaess.
Yuk dukung novel ini dengan Like, komen, subscribe dan Vote ya, tengkyuuhh pemirsa❤️🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
N Wage
bukan gadis lagi thor,tapi "perempuan itu"atw "wanita itu"...
2023-05-14
2
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
bocil Arista nydar jg pnya ortu yg hrus dikirimin doa,,,,wahh bda sm, Arya,dibngunin diajak cri phla buat kirimin doa maknya lah bocah,gimna gdenya 😌
2023-04-02
3
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
smngatttt om 👍👍🙏💪💪💪
2023-04-02
1