Kiara sedikit kesal pada saat Bima tiba-tiba datang dan mencekal lengannya.
"Untuk apa kamu tanya dimana aku Kost? memangnya kamu masih peduli denganku? bukannya hanya mamahmu yang istimewa? seharusnya kamu tak usah menikah saja jika tak bisa bersikap adil antara mamah mu dan aku," ucap Kiara kesal.
"Sayang, kenapa kamu berkata begitu? bukankah mamah aku tidak pernah mengusir dirimu? lantas kenapa kamu berkata seperti ini?" ucap Bima.
"Masih saja kamu membela mamah di depanku ya, mas. Sudahlah itu tak ktak penting lagi bagiku. Aku sudah pasrah, dan terserah saja padamu, mau di bawa kemana hubungan kita ini. Aku kost di dekat kantor ini, sudah ya aku mau masuk."
Kiara berlalu pergi begitu saja meninggalkan Bima yang masih sajs terpaku diam seribu bahasa.
Perdebatan tersebut sempat terlihat oleh Arya dan ia memicingkan alisnya.
"Aneh, masa iya baru satu bulan menikah mereka seperti itu? seharusnya kan sedang masa indahnya," gumam Arya.
Entah kenapa ia ingin tahu lebih dalam tentang rumah tangga Kiara.
Sejenak Arya membuka ponsel dimana ada beberapa chat pesan dari salah satu anak buahnya yang ia perintahkan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang keluarga Kiara ataupun keluarga suaminya.
"Hem, jadi letak permasalahan ada pada ibu mertua Kiara yang memonopoli anaknya. Dan anaknya itu terlalu patuh dengan ibunya."
"Kiara saat ini menjadi tulang punggung keluarganya. Mana cukup jika dia hanya sebagai karyawan biasa."
"Tenang Kiara, aku akan mengangkatmu sebagai direktur di tempat ini. Supaya kamu bisa mencukupi kebutuhan keluargamu dan kami sendiri juga tidak kekurangan."
"Aku minta maaf ya, Kiara. Untuk hal buruk di masa lalu yanh pernah aku lakukan padamu."
Terus saja Arya menggerutu sendiri, ia terus saja memikirkan Kiara. Hingga saat itu juga, Arya memerintah asisten pribadinya untuk mengatur segalanya. Dimana ia akan angkat Kiara menjadi direktur di kantor tersebut.
******
Satu bulan berlalu.
Bima menyambangi tempat kost Kiara.. Kiara sangat senang melihat kedatangan suaminya, ia berpikir suaminya akan memberinya jatah bulanan.
"Mas Bima, tidak transfer. Pasti ia ingin memberikan cash padaku untuk jatah bulanan," batin Kiara.
"Mas, ini kan sudah tanggal satu ya? mana uang jatah untukku sesuai perjanjian kita waktu itu. Katanya jatah bulanan di transfer, kenapa hingga sekarang belum transfer? apakah kamu ingin memberikan cash?" tanya Kiara.
"Kiara, aku datang kemari karena untuk minta maaf padamu. Aku tidak bisa memberikan jatah lagi padamu. Tapi aku usahakan nanti minta pada, mamah," ucap Bima mencoba membujuk Kiara supaya tidak marah.
"Apa, mas? kamu tidak memberikan jatah lagi padaku? ini sudah bulan yang kedua kamu tidak memberikan nafkah lahir. Jika satu bulan lagi kamu masih seperti ini, bisa aku bawa ke pengadilan agama. Karena jika dalam waktu tiga bulan saja kamu lalai, siap-siap saja ya," ancam Kiara.
"Astaga Kiara, kenapa kamu mau bawa masalah ini ke pengadilan agama? kita kan bisa bicarakan baik-baik dulu," bujuk Bima.
"Sudah berapa kali aku bicarakan baik-baik. Tetapi apa hasilnya, kamu sama sekali tidak berubah! apa artinya aku di hidupmu jika seperti ini?" ucap Kiara lantang.
'Kiara, semua keuanganku kini dihandle oleh mamah. Jadi aku tak bisa apa-apa, bahkan keuangan perusahaan juga di atur mamah," ucap Bima.
"Oh mamah lagi Mamah lagi. Baiklah kalau begitu, aku sudah tidak bisa mentolerir apa yang telah kamu lakukan padaku. Percuma, mas. Aku menyia-nyiakan waktu hidupku ini denganmu."
"Ini sama saja aku tak bersuami karena apa-apa aku lakukan sendiri. Sudahlah aku ikhlaskan saja. Dan aku akan urus semuanya di pengadilan agama."
Mendengar apa yang dikatakan oleh Kiara, Bima sama sekali tak setuju. Ia terus saja membujuk Kiara untuk tidak bercerai darinya.
"Sayang, masa iya kita baru menikah dua bulan kamu sudah minta pisah padaku? pikirkan lagi, sayang," bujuk Bima.
"Memangnya harus menunggu berapa lama lagi? satu tahun, dua tahun? baru dua bulan saja aku tak tahan apa lagi hingga bertahun-tahun,' ucap Kiara.
"Sayang, aku mohon jangan seperti ini? aku akan usahakan bersikap adil padamu dan mamah. Aku akan minta uang untuk jatah dirimu. Jangan pisah dariku ya, karena aku cinta sekali padamu," bujuk rayu Bima.
"Memangnya hidup kenyang hanya dengan makan cinta? sikap kamu itu tidak mencerminkan jika kamu benar-benar cinta padaku. Karena kamu lebih sayang mamahmu dari pada diriku. Jadi tak usah lagi merayu dengan kata-kata cinta. Sebaiknya kamu pulang saja, mas. Aku lelah ingin istirahat."
Pada saat Kiara bangkit dari duduknya dan pada saat ia akan masuk ke kamar kostnya. Tiba-tiba tubuhnya lemas, kepala pusing dan ia tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.. Akhirnya ia pingsan. Bima begitu khawatir dan langsung menggendong tubuh Kiara untuk di bawa ke dokter terdekat.
Hanya beberapa menit saja, mobil Bima sudah sampai di klinik terdekat. Kiara langsung mendapatkan penanganan. Bahkan pada saat selesai pemeriksaan, Kiara sudah sadarkan diri, tetapi kepalanya masih teramat pusing.
"Apakah anda suaminya?" tanya dokter menatap ke arah Bima.
"Ya dok, saya suaminya," jawab Bima memicingkan alisnya.
"Selamat ya, Tuan. Sebentar lagi anda akan menjadi seorang ayah. Pesan saya jaga baik-baik kandungan istri anda. Dan perhatikan pola makan dan istirahat yang teratur. Jaga pikirannya supaya jangan sampai stres karena itu sangat berpengaruh pada kesehatan ibu dan si janin,' ucap dokter tersenyum ramah.
Setelah mengatakan hal itu dokter memberikan resep dan ia meninggalkan ruang pemeriksaan.
"Sayang, kamu dengar kan? saat ini kamu sedang hamil, itu pertanda jikakita tidak boleh berpisah. Ingat sayang, demi anak yang ada di dalam kandunganmu itu. Apa nggak sebaiknya kamu tinggal di rumahku lagi saja ya? supaya aku selalu bisa menjadi suami siaga?" bujuk Bima.
"Tidak, mas. Aku tidak akan tinggal bersama mamahmu lagi. Ini justru berbahaya bagi calon anakku. Aku akan tetap tinggal di kost ini. Di sini nyaman, semua teman baik," ucap Kiara tetap pada pendiriannya.
"Lantas jika kamu butuh sesuatu bagaimana? bukankah orang hamil suka ngidam?" tanya Bima.
"Jika kamu ingin menjadi seorang suami yang siaga. Tinggal kita cari saja kontrakan atau apa, dan kamu bisa menjagaku sepenuhnya," ucap Kiara.
"Tapi aku tidak akan bisa meninggalkan mamah sendiri di rumah. Kenapa tidak kamu saja yang mengalah sih? tinggal kembali bersama kami?" bujuk Bima.
"Ayohlah, sayang. Beri aku kesempatan sekali lagi untuk aku membuktikan bahwa aku bisa menjadi suami dan papah yang baik. Aku akan memperbaiki diriku demi anak yang ada di kandunganmu," bujuk Bima kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments