Mari menikah

Dengan gontai Cahaya kembali ke ruang rawat Binar. Pikiran nya yang melayang membuatnya berjalan dengan tatapan kosong. Tanpa dia sadari tepat di depan ruangan itu seseorang telah menunggunya sambil bersandar ke dinding lorong.

Doni datang dengan pakaian santai, tanpa kemeja ataupun jas setelan kantor seperti biasanya. Kali ini Doni memakai celana Chinos dengan kaos berwarna hitam dan sandal. Rambut yang biasa memakai pomade dengan tatanan yang klimis. Kini di sisir biasa dan agak sedikit berantakan.

Tiga langkah di depan pintu barulah Cahaya sadar ada seseorang yang menatapnya sedari tadi. Cahaya kaget menyadari Doni datang sepagi ini dengan penampilan yang berbeda dari biasanya. " Tampan " Cahaya tertegun sejenak, tapi segera menyadari kebodohannya yang menatap Doni lebih dari lima detik.

" Sudah selesai reuni nya ? " Tanya Doni tiba tiba dengan kedua tangan tenggelam dalam sakunya.

" Haa... eh , Iya. " Cahaya gugup. " Aku membeli sarapan . " Ucapnya lagi.

" Apa dia minta kembali rujuk ? " Doni tidak bisa menyembunyikan rasa gundahnya. Sejak melihat Cahaya duduk dengan mantan suaminya membuat Doni khawatir mempengaruhi jawaban Cahaya.

Doni sengaja ke kantin ketika sampai di rumah sakit. Niat hatinya ingin memesan sarapan untuk Cahaya dan anak anak nya. Tapi seketika pandangannya tertuju pada sepasang mantan suami istri yang duduk berdua di sana. Dan akhirnya Doni memutuskan menunggu di ruangan Binar saja.

" Apa kamu menguping pembicaraan kami. " Tanya Cahaya tetap dengan lembut.

" Tidak ! Aku hanya menerka. " Jawa Doni apa adanya.

" Ayo sarapan dulu, anak anak pasti sudah menunggu. " Ajak Cahaya untuk mengulur waktu. Dan menghindari pembahasan tentang Fakhrul.

" Jawabannya ? Aku ingin kepastian sekarang. " Pinta Doni kekeh.

" Tidak bisakah setelah makan, aku lapar. " Cahaya sedikit memelas padahal jantungnya tidak bisa dia kendalikan lagi.

Melihat suara Cahaya yang terdengar seperti rengekan akhirnya Doni mengalah. Dengan menarik napas dalam akhirnya Doni menjawab dengan anggukan. Cahaya tersenyum di balik cadar nya tanpa Doni ketahui.

" Masuklah... " Ajak Cahaya dan diikuti oleh Doni.

Terlihat Binar dan Biru duduk bersama di ranjang sembari menonton televisi. Kedua sontak melihat ke arah pintu ketika Cahaya dari balik pintu.

" Bunda koq lam... " Binar tak jadi meneruskan ucapan nya ketika menyadari Bundanya tidak sendiri. Tatapan nya tertuju pada Doni yang tersenyum ramah pada nya.

" Binar... ini Om Doni, saudaranya Tante Rania." Ucap Cahaya memperkenalkan Doni.

" Hai Cantik... kemarin Om ke sini , tapi kamu nya masih tidur. " Sapa Doni sembari berjalan mendekat.

" Hai Om.. Tante nggak ikut ? " Bukan Binar yang menjawab melainkan Biru. Biru pun turun dari ranjang dan menyalami Doni takzim . Sesaat Doni mengagumi cara didik Cahaya .

" Nanti menyusul , kebetulan weekend Zahra dan Adnan juga ikut katanya. " Jawab Doni. Kemudian pandangannya tertuju pada Binar yang terdiam.

Seperti yang Rania katakan, Binar anak yang agak susah didekati. Pendiam dan tidak se aktif anak seusianya yang biasa cendrung cerewet. Doni dapat melihat tatapan dingin dari Binar.

" Bagaimana keadaan kamu, Binar. Apa sudah sehat. " Tanya Doni.

" Sudah Om. " Singkat, itulah Binar. Bicara sekenanya.

" Ayo sarapan dulu ! " Terdengar teriakan Cahaya dari arah sofa. Tiga kotak nasi goreng telah tersedia di meja. Doni dan Biru segera beranjak dari ranjang mendekati Cahaya.

Setelah menyiapkan makan untuk Doni dan Biru, Cahaya membawa satu porsi nasi goreng mendekati Binar.

" Binar mau nasi goreng atau bubur ini ? " Cahaya menunjuk ke arah nampan yang berisikan semangkuk bubur kacang hijau dan setangkup roti tawar dengan isian kacang merah. Semua itu menu sarapan dari rumah sakit untuk Binar.

" Bubur saja, Bunda. " Jawab Binar.

Cahaya pun membantu Binar duduk dan membawa nampan yang terletak di sebuah meja kecil khusus pasien agar memudahkan bagi pasien makan di atas ranjang. Setelah meja disetel pas di depan Binar, barulah Cahaya kembali ke sofa dengan membawa kembali nasi goreng tadi untuk sarapan nya sendiri.

Keempat orang itu asyik dengan sarapan nya masing masing. Kadang kadang terdengar obrolan antara Biru dan Doni. Sementara Binar makan dengan tenang sesekali melihat ke arah Biru dan Doni yang terlihat akrab.

*****

Biru dan Binar kembali duduk di ranjang. Keduanya kini asyik main game di ponsel Cahaya. Mimik mereka kadang serius, kadang terkekeh berdua. Terlihat Binar yang bisa berekspresi kala bersama Biru. Senyuman dan tawanya begitu lepas dan suaranya yang terdengar hangat. Begitulah Binar hanya hangat dengan orang orang terdekatnya saja.

" Dia terlihat hangat saat bersama kalian , dan dingin dengan yang lainnya. " Ucap Doni dengan pandangan yang tidak terlepas dari Binar.

" Binar dulu sama seperti gadis kecil lainya , gadis yang ceria, cerewet dan lincah. Tapi itu jarang terlihat sekarang . Mungkin hanya dengan Biru. Kadang dengan aku pun dia seperti ada batas. Tapi dia lebih sensitif dan peka terhadap ku. " Ungkap Cahaya.

" Kasihan... " Tanggap Doni singkat. " Jadi... ? " Tatapan Doni beralih pada Cahaya.

" Apa... ? "Cahaya terlihat gugup. Bukanya tidak paham, hanya saja Cahaya terintimidasi.

" Jangan menghindar lagi, ayo putuskan sekarang. " Doni makin menatap Cahaya lekat. Sementara Cahaya membuang tatapan nya kian kemari.

" Apa kamu perlu melihat wajahku, jika iya aku bisa membuka cadar ku sebentar tak lebih lima detik. " Tawar Cahaya.

" Tidak perlu ! " Tegas Doni "aku sudah tahu " Lanjut nya dalam hati.

" Baiklah... aku hanya takut, kamu menyesal nantinya. " Cicit Cahaya tidak enak hati.

" Tidak akan, jawab saja. " Doni kembali bertanya. " Cahaya...

" Baiklah... mari menikah secepatnya. ! " ucapnya tegas tapi tetap dengan suara yang dipelankan. Cahaya tidak ingin anak anaknya mendengar. Dia ingin menyampaikan langsung dengan hati hati tentunya.

Doni terdiam sesaat mencerna jawaban yang Cahaya lontarkan. Hatinya berteriak , tapi Doni menekan ekspresi nya agar tidak terlalu menampakkan kebahagiaan nya. Kemudian Doni berdehem menetralisir eforia jantungnya.

" Seminggu apa cukup ? " Tanya Doni.

" Cukup ! Yang sederhana saja yang penting akad dan sah. " Masih dengan wajah yang masih tertunduk Cahaya menjawab. " Boleh aku meminta sesuatu ? " Tanya Cahaya ragu.

" Silahkan.. mau apa ? Mahar ? Sebutkan saja." Balas Doni.

Dengan setengah keberanian Cahaya menatap Doni untuk melihat kesungguhan calon suaminya ini.

" Bawa kami pindah dari kontrakan setelah menikah .Tidak perlu rumah besar yang penting aman. " Cahaya hanya butuh terlindung dari Fakhrul. Kontrakan nya telah Fakhrul ketahui, dan Cahaya tidak ingin kejadian tempo hari terjadi lagi. Binar belum siap dan belum cukup mampu menguasai trauma nya, jika terulang lagi Cahaya takut berefek lebih buruk.

" Kita tinggal di rumah Ibuk, bisakah ? Ibuk sendirian jika aku keluar dari sana. Rumahnya lumayan luas dan lebih dari cukup untuk kita. Dan... nanti aku siapkan kamar untuk mereka ." Ucapan Doni mangacu kepada anak anak membuat Cahaya sedikit tenang.

" Bisa, aku juga suka tinggal bersama dan ramai orang. Dulu aku hanya tinggal dengan Ayah dan sekarang hanya dengan mereka. Sunyi sekali... " Tanpa sadar Cahaya menceritakan isi hatinya.

" Bagus. Aku akan mengabari Ibuk. Binar kapan pulang dari sini ? " Tanya Doni.

" Sore ini sudah boleh pulang. " Jawab Cahaya.

" Kalau begitu besok bersiaplah, Rania akan menjemput kamu, kita mulai dari Gaun, cincin dan mahar. Oh iya mahar nya kamu mau apa ?" Doni terlihat begitu antusias.

" Yang sederhana saja, boleh uang ataupun alat sholat. Yang tidak memberatkan kamu saja. "

" Tapi bisakah panggilan untuk ku di ganti, aku lima tahun lebih tua darimu dan aku akan jadi suamimu. Panggil lah aku dengan panggilan yang layak. " Sejujurnya Dari awal Doni terganggu dengan panggilan dari Cahaya. Tapi dia tidak mau terlalu kepedean .

" Mas... ? Cahaya menanyakan persetujuan Doni.

" Itu panggilan buat mantanmu saja " Sarkas Doni .

" Kak Doni ? "

" Kamu bukan adikku "

" Terus aku panggil apa ? Tuan ku, yang mulia atau apa ? " Cahaya mulai kesal .

" Abang saja, aku orang sumatera. Lebih nyaman dipanggil gitu. Dasar pemarah ! " Doni ngomel.

" Bilang dong dari tadi. " Sungut Cahaya kesal sementara Doni menyunggingkan senyum di sudut bibirnya menatap Cahaya lucu.

Doni menyukai berdebat dengan Cahaya. Soal jawab tak penting itu menjadi hal baru baginya. Doni pada dasarnya pria romantis tapi dengan Cahaya dia terlihat tegas dominan. Berbeda saat dia bersama Tiara. Tiara yang manja dan keras kepala membuat Doni lemah terhadapnya.

...****************...

Happy Reading 💕

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Doni tiara jangan lupa kita di undang ❤🤣

2024-03-05

2

Zainab Ddi

Zainab Ddi

yeee akhirnya mau ya jadi istri doni

2024-02-27

0

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

tak harus menunggu lama... untuk hal yang baik

2024-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Jodoh untuk Doni
3 Aya dan Rania
4 Sebab cerai
5 Clubbing
6 Bujukan
7 Meyakinkan hati
8 Complicated
9 Kerapuhan Cahaya
10 Pertemuan pertama
11 Luka Cahaya
12 Menjauhkan Binar
13 Penyesalan Fakhrul
14 Ide gila Rania
15 Kekacauan
16 Kedatangan Doni
17 Melamar...?
18 Usaha Fakhrul
19 Mari menikah
20 Persiapan H-7
21 Keraguan Cahaya
22 Apa yang terjadi
23 Masa lalu yang mengganggu
24 Menyatukan hati
25 Hati yang kecewa
26 Rasa Doni
27 Derita yang tak pernah habisnya
28 Cahaya ( pingsan)
29 Kata kata yang menusuk
30 Perdebatan tak berujung
31 Kebahagian ( bukan) untuk Cahaya
32 Pemilik hati Doni ?
33 Anxiety Disorder
34 Perasaan bersalah
35 Kamar lain
36 Saling bicara
37 Ingin bahagia
38 Salah Paham saja ?
39 Para kutu bermunculan
40 Menutup luka
41 Bertemu Dokter Nadya
42 Merangkai asa
43 Siang penuh gairah
44 Masih ingin berdua
45 Cahaya vs Amelia
46 Para pengganggu
47 ( Tidak ) Percaya diri
48 She is mine ...
49 Hempaskan pelakor
50 Doni Bucin...?
51 Hadiah spesial untuk yang spesial
52 Ungkapan cinta dua orang pria
53 Usaha Fakhrul
54 Pembicaraan dua pria
55 Amelia
56 Farel yang sakit
57 Hukuman yang harus diterima
58 Rencana baru Amelia
59 Rencana baru Amelia 2
60 Hamil kah...
61 Fakhrul menyerah
62 Liburan bersama
63 Usaha Marinda
64 Memberi pelajaran pada ulat
65 Badai datang
66 Kejadian tak terduga
67 Pengkhianatan...?
68 Mencari tahu
69 Luka Cahaya
70 Lelah...
71 Tak sesuai harapan
72 Alkohol
73 Menunggu esok
74 Kenyataan
75 Kenyataan yang terungkap
76 Kegelisahan Cahaya
77 Bertemu Amelia
78 Permintaan Cahaya
79 To Singapura
80 Hari menegangkan
81 Akhirnya Cahaya...
82 Bumi sagara
83 Berakhir bahagia
84 Promo novel Baru
85 Yang terbaru!
86 Kabar penting!!!
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Prolog
2
Jodoh untuk Doni
3
Aya dan Rania
4
Sebab cerai
5
Clubbing
6
Bujukan
7
Meyakinkan hati
8
Complicated
9
Kerapuhan Cahaya
10
Pertemuan pertama
11
Luka Cahaya
12
Menjauhkan Binar
13
Penyesalan Fakhrul
14
Ide gila Rania
15
Kekacauan
16
Kedatangan Doni
17
Melamar...?
18
Usaha Fakhrul
19
Mari menikah
20
Persiapan H-7
21
Keraguan Cahaya
22
Apa yang terjadi
23
Masa lalu yang mengganggu
24
Menyatukan hati
25
Hati yang kecewa
26
Rasa Doni
27
Derita yang tak pernah habisnya
28
Cahaya ( pingsan)
29
Kata kata yang menusuk
30
Perdebatan tak berujung
31
Kebahagian ( bukan) untuk Cahaya
32
Pemilik hati Doni ?
33
Anxiety Disorder
34
Perasaan bersalah
35
Kamar lain
36
Saling bicara
37
Ingin bahagia
38
Salah Paham saja ?
39
Para kutu bermunculan
40
Menutup luka
41
Bertemu Dokter Nadya
42
Merangkai asa
43
Siang penuh gairah
44
Masih ingin berdua
45
Cahaya vs Amelia
46
Para pengganggu
47
( Tidak ) Percaya diri
48
She is mine ...
49
Hempaskan pelakor
50
Doni Bucin...?
51
Hadiah spesial untuk yang spesial
52
Ungkapan cinta dua orang pria
53
Usaha Fakhrul
54
Pembicaraan dua pria
55
Amelia
56
Farel yang sakit
57
Hukuman yang harus diterima
58
Rencana baru Amelia
59
Rencana baru Amelia 2
60
Hamil kah...
61
Fakhrul menyerah
62
Liburan bersama
63
Usaha Marinda
64
Memberi pelajaran pada ulat
65
Badai datang
66
Kejadian tak terduga
67
Pengkhianatan...?
68
Mencari tahu
69
Luka Cahaya
70
Lelah...
71
Tak sesuai harapan
72
Alkohol
73
Menunggu esok
74
Kenyataan
75
Kenyataan yang terungkap
76
Kegelisahan Cahaya
77
Bertemu Amelia
78
Permintaan Cahaya
79
To Singapura
80
Hari menegangkan
81
Akhirnya Cahaya...
82
Bumi sagara
83
Berakhir bahagia
84
Promo novel Baru
85
Yang terbaru!
86
Kabar penting!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!