Jodoh untuk Doni

Seorang pria baru saja turun dari mobilnya dengan keadaan setengah mabuk. Membuka pintu dengan kasar tanpa berpikir jika perbuatannya mengganggu orang lain yang sedang istirahat.

Padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Waktunya orang orang sedang tertidur nyenyak. Tapi tidak dengan seorang wanita tua yang duduk dengan wajah lelahnya.

" Sampai kapan ini akan berlangsung, Nak. Apa Ibu harus mati dulu ? " Pertanyaan wanita tua itu menghentikan langkah pria mabuk itu.

" Eh... Ibu belum tidur, ini sudah malam , Bu ." Ucap pria itu dengan suara yang dibuat sedemikian rupa agar sang Ibu tidak mengetahui keadaannya yang sedikit goyah.

" Kamu mabuk lagi ? Apakah minuman itu bisa mengembalikan Tiara dan Rafa ? Jika bisa Ibu juga mau minum. " Ucap sang Ibu dengan suara serak menahan air mata.

" Maaf, Bu. " Hanya kata itu yang selalu keluar dari mulutnya, jika sudah berhadapan dengan sang Ibu.

" Jika memaafkan kamu bisa membawamu ke jalan yang benar maka Ibu akan memaafkan kamu seribu kali setiap hari . Tapi semua percuma . Maafnya Ibu tak berguna Ramadhoni. Teruslah, Nak. Hukumlah Ibu hingga ajal menjemput. Ibu Ikhlas. " Tubuh tua itu akhirnya melangkah tertatih menuju tempat istirahatnya.

Sementara sang pria empat puluh tahun itu hanya tertegun di tempatnya. Bukan dia tidak ingin berubah, tapi kebiasaan yang selama tujuh tahun ini dia lakukan sulit untuk ditinggalkan. Begitulah dosa, jika sudah tenggelam di dalamnya maka sulit untuk keluar kecuali bagi jiwa jiwa yang bersungguh sungguh.

Doni akhirnya juga masuk ke kamarnya. Menghempaskan tubuh lelahnya di ranjang dingin itu. Hari hari yang dilaluinya hanya untuk bekerja dan bersenang senang saja. Itulah yang Doni lakukan agar bisa mengalihkan rasa sakitnya kehilangan cinta pertamanya.

" Maaf, Rara ...aku kesepian...

Tak lama kemudian mata sayu itu mulai menutup dan terlelap dalam tidurnya. Doni tidur dengan pakaian berbau alkohol itu. Masih dengan sepatu yang terpasang di kedua kakinya.

Begitulah Doni, kehilangan arah dan tujuan. Tersesat dalam keindahan semu dunia. Mencari pengalihan dari rasa sakitnya, tapi dia lupa jika masih ada tempat mengadu yang lebih baik.

Pagi menjelang tanpa terasa. Seperti biasa Doni tidak akan sarapan di rumah karena sudah biasa terlambat bangun. Dengan langkah panjangnya ia menuruni tangga. Jas dan dasinya hanya dilampirkan di lengannya. Karena itu tugas sekretarisnya nanti.

Sementara Ibu Ratih hanya bisa melihat kepergian Doni tanpa berniat menyapa ataupun menawarkan sarapan. Dia sudah terbiasa dengan situasi ini dan sudah mati rasa dengan kelakuan anak sulungnya itu.

Sepuluh tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk mengikhlaskan kepergian seseorang. Jika saja Doni melakukannya dengan cara yang benar. Tapi Doni hanya mengalihkan perasaannya saja dan tak berniat untuk belajar menerima dengan ikhlas . Alhasil dia terjebak dengan masa lalu dan kebiasan buruk.

Lama terdiam di meja makan, terdengarlah bunyi bel dari depan pintu. Sesaat wajah tua itu terlihat bahagia ketika menyadari siapa tamunya kali ini.

" Assalamualaikum, Buk. "

" Waalaikumussalam warohmatullahi wabarakatu. Masuk Ran. " Ucap Ibu Ratih setelah menjawab salam.

" Kita langsung ke ruang makan saja, sekalian temani Ibu sarapan. " Lanjutnya sambil membimbing wanita muda itu ke ruang makan.

Wanita muda itu bernama Rania ,dia adalah anak dari adik Ibu Ratih. Dulu dia juga dibesarkan di rumah ini. Tapi semenjak menikah dia ikut suaminya menetap di kalimantan. Dan sudah satu bulan ini Rania tinggal di Jakarta bersama suami dan anak anaknya.

Kedua wanita berbincang bincang sambil sesekali tertawa dan sesekali serius. Lama tidak berjumpa membuat begitu banyak topik yang mereka bahas.

" Apa Doni masih belum berubah, Bu. " Pertanyaan Rania hanya dijawab dengan gelengan oleh Ibu Ratih .Wajah tua itu terlihat sangat sedih jika membahas tentang anak sulungnya.

" Sepertinya kita harus mencarikan Doni pawang, Bu. " Ucap Rania.

" Maksudmu dukun ? " Tanya Ibu Ratih tidak senang.

" Astagfirullah... Ibu, mana mungkin Rania main dukun, Bu. Takut syirik. Maksud Rania istri, Ibu sayang. " Ucap Rania geli.

" Ooo itu. Ibu kira...Hah, tapi siapa yang mau sama dia, Ran. Walaupun ada pasti wanita yang akan menambah masalah . Jika bukan wanita mata duitan pasti wanita yang akan membuat Doni tambah tersesat. " Ibu Ratih tampak putus asa.

" Itulah tugas kita, Bu. Mencarikannya istri yang tepat. Yang kuat dan yang mau membantu Doni untuk kembali. " Ucap Rania.

" Berarti kita harus mencari yang seperti Tiara. " Tambah Ibu Ratih.

" Tidak harus begitu juga, Bu. Karena terlalu sulit mencari seseorang yang begitu mirip. Kalau Rania berpikir lebih baik sedikit memaksanya Doni. Karena Rania percaya cinta itu akan datang dengan sendirinya. " Ujar Rania yakin.

" Bantu Ibu kalau begitu, Rania. Carikan wanita yang baik, yang shaliha yang penting penyabar. " Pinta Ibu Ratih dengan penuh harap.

" Bantu doa ya , Bu .Rania percaya doa orang tua itu didengar Allah. "

" Tentu, Nak. Insya Allah. "

¤•¤•¤•¤

Seminggu setelah pembicaraan antara Rania dan Ibu Ratih, belum ada kandidat yang tepat untuk calon istri seorang Ramadhoni Aksa.

Ibu Ratih hanya bisa pasrah pada keadaan. Usianya yang sudah cukup lanjut membuatnya tidak lagi memiliki teman. Sebagian besar dari teman temannya sudah tinggal nama. Jadi Ibu Ratih hanya bisa mengharapkan Rania saja.

Rania pun bingung dimana mau mencarikan wanita baik untuk Doni . Sudah bertahun tahun tinggal di Kalimantan membuatnya kehilangan kontak teman temannya.

Baik Rania maupun Ibu Ratih hanya berharap pada pertolongan yang Maha Kuasa. Karena jika Dia berkehendak maka semua pasti akan mudah.

Siang ini Rania hendak ikut sebuah kajian di Masjid dekat sekolah anak anaknya. Jadi Rania pergi sekalian menjemput anak anaknya nanti pulang sekolah. Dengan izin Adnan suaminya Rania menyetir mobilnya sendiri.

Selesai mendengarkan kajian dan menunaikan sholat Ashar berjamaah Rania bergegas menuju mobilnya. Dia harus menjemput anak anaknya segera. Sesampai di sekolah ternyata bel pulang belum berbunyi dan akhirnya Rania menunggu di salah satu bangku panjang yang ada di dekat parkiran.

Tak lama menunggu tiba tiba seorang wanita bercadar duduk di sampingnya dan menyapanya.

" Maaf mengganggu, apa kamu Rania." Tanya wanita itu.

" Benar, kamu kenal aku ? Siapa ya ? ." Tanya Rania balik.

" Aku Aya , SMA Al Kautsar .Kamu ingat ? " Ucap wanita bercadar itu sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

" Aya ? Cahaya... benarkah ? " Rania belum percaya.

" Iya, aku Cahaya. Lama kita tak bertemu ,ya. Dari Masjid tadi aku ingin menyapa tapi takut salah orang. Syukur kita bertemu lagi disini, jadi aku beranikan menyapa kamu. " Akhirnya mereka saling berangkulan .

Kedua sahabat itu sampai menitikkan air mata. Apalagi Rania, yang paling sensitif dan gampang menangis.

" Tak menyangka bisa ketemu disini. Apa anak anakmu sekolah disini juga ? Tanya Rania setelah melepaskan pelukan.

" Mana sanggup aku membayar sekolah semahal ini, Ran. " Jawab Aya apa adanya. " Anakku sekolah di sekolah negeri dekat rumahku. " Lanjutnya.

" Oh, maaf Aya. Aku tak bermaksud menyinggung kamu. Terus ada apa kamu disini ? "

" Aku ke kantin sekolah, menjemput titipan kue . Biasalah berdagang kecil kecilan. " Ucap Aya sambil tersenyum.

" Ooo begitu ya. " Bersamaan dengan bel pulang terdengar menggema.

" Kalau begitu aku pamit dulu ya, Ran. Takut kantinnya keburu tutup. " Aya bergegas berdiri dari duduknya.

" Tunggu Aya, aku minta nomor ponsel kamu, boleh ? " Rania menyerahkan ponselnya pada Aya.

" Tentu. " Aya menerima ponsel itu dan mengetik nomor ponselnya dengan cepat, lalu menyerahkan kembali ponsel itu pada pemiliknya.

" Maaf, Ran. Aku tinggal dulu, ya. Kapan kapan kita ketemu lagi. " Pamit Aya kembali.

" Oke Ya. "

" Assalamualaikum...

" Waalaikumussalam...

...----------------...

Bersambung 🌺

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

semoga Aya bisa jadi pawang Doni

2024-03-05

0

Zainab Ddi

Zainab Ddi

pawang buat Doni adalah Aya kali

2024-02-25

0

Annie Soedjono

Annie Soedjono

Keknya sinyal pawangnya doni muncul niy..

2024-02-07

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Jodoh untuk Doni
3 Aya dan Rania
4 Sebab cerai
5 Clubbing
6 Bujukan
7 Meyakinkan hati
8 Complicated
9 Kerapuhan Cahaya
10 Pertemuan pertama
11 Luka Cahaya
12 Menjauhkan Binar
13 Penyesalan Fakhrul
14 Ide gila Rania
15 Kekacauan
16 Kedatangan Doni
17 Melamar...?
18 Usaha Fakhrul
19 Mari menikah
20 Persiapan H-7
21 Keraguan Cahaya
22 Apa yang terjadi
23 Masa lalu yang mengganggu
24 Menyatukan hati
25 Hati yang kecewa
26 Rasa Doni
27 Derita yang tak pernah habisnya
28 Cahaya ( pingsan)
29 Kata kata yang menusuk
30 Perdebatan tak berujung
31 Kebahagian ( bukan) untuk Cahaya
32 Pemilik hati Doni ?
33 Anxiety Disorder
34 Perasaan bersalah
35 Kamar lain
36 Saling bicara
37 Ingin bahagia
38 Salah Paham saja ?
39 Para kutu bermunculan
40 Menutup luka
41 Bertemu Dokter Nadya
42 Merangkai asa
43 Siang penuh gairah
44 Masih ingin berdua
45 Cahaya vs Amelia
46 Para pengganggu
47 ( Tidak ) Percaya diri
48 She is mine ...
49 Hempaskan pelakor
50 Doni Bucin...?
51 Hadiah spesial untuk yang spesial
52 Ungkapan cinta dua orang pria
53 Usaha Fakhrul
54 Pembicaraan dua pria
55 Amelia
56 Farel yang sakit
57 Hukuman yang harus diterima
58 Rencana baru Amelia
59 Rencana baru Amelia 2
60 Hamil kah...
61 Fakhrul menyerah
62 Liburan bersama
63 Usaha Marinda
64 Memberi pelajaran pada ulat
65 Badai datang
66 Kejadian tak terduga
67 Pengkhianatan...?
68 Mencari tahu
69 Luka Cahaya
70 Lelah...
71 Tak sesuai harapan
72 Alkohol
73 Menunggu esok
74 Kenyataan
75 Kenyataan yang terungkap
76 Kegelisahan Cahaya
77 Bertemu Amelia
78 Permintaan Cahaya
79 To Singapura
80 Hari menegangkan
81 Akhirnya Cahaya...
82 Bumi sagara
83 Berakhir bahagia
84 Promo novel Baru
85 Yang terbaru!
86 Kabar penting!!!
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Prolog
2
Jodoh untuk Doni
3
Aya dan Rania
4
Sebab cerai
5
Clubbing
6
Bujukan
7
Meyakinkan hati
8
Complicated
9
Kerapuhan Cahaya
10
Pertemuan pertama
11
Luka Cahaya
12
Menjauhkan Binar
13
Penyesalan Fakhrul
14
Ide gila Rania
15
Kekacauan
16
Kedatangan Doni
17
Melamar...?
18
Usaha Fakhrul
19
Mari menikah
20
Persiapan H-7
21
Keraguan Cahaya
22
Apa yang terjadi
23
Masa lalu yang mengganggu
24
Menyatukan hati
25
Hati yang kecewa
26
Rasa Doni
27
Derita yang tak pernah habisnya
28
Cahaya ( pingsan)
29
Kata kata yang menusuk
30
Perdebatan tak berujung
31
Kebahagian ( bukan) untuk Cahaya
32
Pemilik hati Doni ?
33
Anxiety Disorder
34
Perasaan bersalah
35
Kamar lain
36
Saling bicara
37
Ingin bahagia
38
Salah Paham saja ?
39
Para kutu bermunculan
40
Menutup luka
41
Bertemu Dokter Nadya
42
Merangkai asa
43
Siang penuh gairah
44
Masih ingin berdua
45
Cahaya vs Amelia
46
Para pengganggu
47
( Tidak ) Percaya diri
48
She is mine ...
49
Hempaskan pelakor
50
Doni Bucin...?
51
Hadiah spesial untuk yang spesial
52
Ungkapan cinta dua orang pria
53
Usaha Fakhrul
54
Pembicaraan dua pria
55
Amelia
56
Farel yang sakit
57
Hukuman yang harus diterima
58
Rencana baru Amelia
59
Rencana baru Amelia 2
60
Hamil kah...
61
Fakhrul menyerah
62
Liburan bersama
63
Usaha Marinda
64
Memberi pelajaran pada ulat
65
Badai datang
66
Kejadian tak terduga
67
Pengkhianatan...?
68
Mencari tahu
69
Luka Cahaya
70
Lelah...
71
Tak sesuai harapan
72
Alkohol
73
Menunggu esok
74
Kenyataan
75
Kenyataan yang terungkap
76
Kegelisahan Cahaya
77
Bertemu Amelia
78
Permintaan Cahaya
79
To Singapura
80
Hari menegangkan
81
Akhirnya Cahaya...
82
Bumi sagara
83
Berakhir bahagia
84
Promo novel Baru
85
Yang terbaru!
86
Kabar penting!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!