Menjauhkan Binar

Cahaya masih larut dalam lamunannya. Ketenangan yang selama ini Cahaya rasakan sirna sekejap mata. Bayangan hitam masa lalu mulai membayangi hari harinya ke depan.

Tidak tahu maksud Fakhrul datang hari ini. Yang pasti Cahaya merasa terancam. Tidak hanya dirinya tapi juga anak anaknya. Cahaya masih ingat akibat kebodohan nya bertahan dalam keganasan Fakhrul selama dua tahun lebih.

Melihat anak anaknya memerlukan pendampingan psikologi pada tahap hampir parah. Betapa hancurnya Cahaya melihat Binar yang tiba tiba histeris. Selalu menangis di tengah malam. Belum lagi tatapan kosong Binar berbulan bulan.

Tidak !! Cahaya tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi. Seandainya dulu dia pergi ketika Fakhrul mulai bertindak kasar pasti Binar tidak akan melalui kesakitan seperti itu. Tapi dengan bodohnya Cahaya bertahan, berharap Fakhrul sadar dan kembali seperti semula.

" Binar !! "

Sesaat kemudian Cahaya tersentak dari lamunannya. Teringat ini jam pulang sekolah Binar. Ketakutan semakin mengungkung Cahaya. Bagaimana caranya dia bisa menjemput Binar. Fakhrul pasti masih di sana dan Cahaya tidak ingin bertemu dengan nya.

Akan lebih bahaya jika Binar bertemu dengan Fakhrul. Mendengar Biru menyebutkan Ayah saja Binar sudah bereaksi berlebihan. Bagaimana jika Binar melihatnya. Cahaya belum tahu seberapa bahayanya kondisi Binar jika mengenali wajah ayahnya.

Hanya satu nama yang Cahaya ingat saat ini. Tanpa berpikir panjang Cahaya segera meraih ponsel dan menghubungi orang yang bisa dipercaya saat ini.

" Assalamu'alaikum, Nia. Bisakah aku minta tolong. " Tanpa memberi kesempatan Rania untuk menjawab salam, Cahaya sudah meminta pertolongan.

" Waalaikumsalam...apa yang bisa aku bantu . " Balas Rania di seberang sana.

" Nia, bisakah kamu menjemput Binar di sekolah ? " Suara bergetar Cahaya menarik perhatian Rania.

" Bisa... tapi ada apa, Ya. Kamu sakit ? " Tanya Rania.

" Tidak aku baik baik saja. Tapi ini urgent, aku tidak bisa jelaskan sekarang. " Ucap Cahaya buru buru.

" Baiklah, aku berangkat sekarang. Kirimkan lokasi nya. " Ujar Rania.

" Tapi, Rania. Nanti lewat pintu samping sekolah, jangan lewat gerbang depan. Dan jangan biarkan Binar bertemu dengan siapapun, please... jangan bertanya . Aku hubungi gurunya sekarang. " Belum sempat Rania merespon Cahaya telah memutuskan panggilan.

Tak lama kemudian notifikasi pesan di ponsel Rania berdenting. Cahaya mengirimkan alamat sekolah Binar. Rania segera mengambil kunci mobil dan melesat pergi.

Rania yakin ada sesuatu yang terjadi dengan Cahaya. Rasa cemas Rania lebih besar dari rasa penasaran nya. Entah kenapa Rania merasa ada sesuatu yang buruk. Hingga sepanjang perjalanan Rania menduga duga apa yang terjadi.

Seperti permintaan Cahaya Rania melewati gerbang depan sekolah menuju sebuah gang di samping sekolah. Dan benar saja, ada pintu pagar besi dengan ukuran satu meter di sana. Setelah memarkirkan mobilnya Rania masuk melalui pintu pagar besi itu.

Tak ada kendala hanya ada seorang penjaga di sana. Rania masuk setelah bertanya letak kelas Binar. Dan sesuai petunjuk penjaga sekolah tadi kelas binar terletak sebelah ruang UKS.

" Permisi, Bu. Saya Rania, tantenya Binar. " Rania langsung memperkenalkan diri ketika melihat seorang guru di depan kelas Binar.

" Oh... iya saya wali kelas Binar, Bu. Tunggu sebentar saya panggilkan anaknya. " Guru tersebut memasuki kelas dan tak lama kemudian keluar beriringan dengan Binar.

" Ini Binar nya Bu .Binar...tadi Bunda nya Binar sudah mengabari Ibu kalau Binar dijemput tantenya, kamu kenal, kan ? " Tanya Guru Binar kepada Binar.

" Kenal, Bu... ini Tante Rania. " Jawab Binar.

" Baiklah, kamu boleh pulang. " Setelah yakin guru Binar pun mengizinkan Binar pulang dengan Rania.

Rania membawa Binar melewati pintu pagar samping, dimana dia masuk tadi. Binar yang tak pernah melewatinya jadi sedikit bingung.

" Koq lewat sini, Tante ? " Tanya Binar yang merasa aneh.

" Tadi Tante salah parkir, jadi terpaksa lewat sini. Itu mobil Tante. " Jawab Rania agar Binar tenang.

Keduanya keluar dari gerbang kecil itu dengan aman. Suasana sepi membuat Rania tenang membawa Binar tanpa menemui siapapun. Entah dari siapa Binar harus dihindarkan Rania pun tidak tahu. Sesuai permintaan Cahaya, Binar berhasil masuk mobil tanpa bertemu siapa pun kecuali penjaga sekolah.

Setelah dirasa Binar duduk dengan nyaman dan aman, akhirnya Rania pun memacu mobilnya menuju rumah Cahaya. Jarak tempuh tidak terlalu jauh hanya sepuluh menit saja Rania telah sampai di depan rumah Cahaya.

Belum sempat Rania membuka pintu mobil terlihat Cahaya telah menyusul mereka dengan tergopoh gopoh. Tanpa berkata apapun Cahaya membuka pintu bagian penumpang dan membawa Binar keluar.

" Ayo masuk, Nak. Ganti pakaian terus makan . Bunda sudah sediakan di meja makan. " Ucap Cahaya sambil mendorong Binar lembut.

" Baik Bunda. " Binar menurut tanpa banyak bertanya.

Semua itu tak luput dari pantauan Rania. Sorot mata Cahaya yang sendu dan bengkak membuat Rania bertanya dalam hati . Yang pasti Rania merasa sangat yakin ini bukanlah sesuatu yang baik. Tanpa Rania duga tiba tiba Cahaya masuk ke mobil tepat di tempat Binar tadi duduk.

" Terima kasih telah jemput Binar, Nia. Apakah kalian ketemu seseorang ? " Tanya Cahaya dengan cemas.

" Tidak, jangan khawatir. Ada apa sebenarnya. Kenapa kamu ketakutan begini. " Tanya Rania tidak tahan dengan rasa penasaran nya.

" Dia datang lagi, Nia. Lelaki itu muncul tiba tiba di sekolah anak anak. " Cahaya membuka cadar nya sembari menoleh ke belakang mobil dan sekitarnya dengan cemas . Seperti memastikan Rania tidak diikuti oleh Fakhrul.

" Dia... mantan suamimu ? " Ucap Rania menebak. Anggukan Cahaya adalah jawaban nya . " Kalian bertemu... maksudku bicara ? " Tanya Rania lagi.

" Sedikit, dia sempat mencegah ku tapi aku meronta dan pergi membawa Biru. Aku takut dia mengganggu anak anak, terutama Binar. " Suara Cahaya gemetaran menahan tangis.

" Tenanglah, kamu harus tenang. Jangan merasa sendiri Cahaya aku akan membantu kamu sebisa ku. " Rania mengusap bahu Cahaya yang bergetar halus.

" Dia tidak akan berhenti, Rania. Orangnya berkarakter keras . Entah apa yang diinginkan nya, tapi aku merasa ini tidak baik untuk kami. Setelah dua tahun hilang, kini tiba tiba muncul. Aku takut dia mau membalas ku. Karena aku dia mendekam di penjara selama tiga bulan dan.... " Cahaya tidak sanggup menahan cairan bening itu turun. Cahaya menumpahkan rasa sesak yang sedari tadi ditahan nya.

" Tenang Cahaya. Jangan takut, nanti kita pikiran solusinya. " Rania masih setia mengusap bahu Cahaya untuk menenangkan Cahaya.

" Rania, aku tidak bisa membiarkan Binar dan Biru sekolah di sana lagi. Aku harus menjauhkan Fakhrul dari anak anak, terutama Binar. " Rania merasa ada yang ganjil.

" Binar ? Kenapa... " Tanya Rania ingin tahu.

" Binar melihat kejadian malam itu, Rania. Akibatnya Binar histeris dan mengalami gangguan psikis parah. Butuh waktu hampir satu tahun membuatnya bisa berkomunikasi normal. Walaupun Binar yang ceria tidak kembali lagi. Dia menjadi Binar yang lain. Pendiam, dingin dan lebih suka menyendiri. Hingga kini Binar masih rutin ke psikiater. Baginya Fakhrul adalah monster bermata merah. Dan Binar selalu bermimpi buruk tentang monster itu. Sampai saat ini mimpi itu masih mengganggu nya walaupun tidak sesering dulu. Bisa kamu bayangkan jika Binar bertemu dengannya... ?? " Penjelasan panjang Cahaya membuat Rania menutup mulutnya karena shock.

" Ya ampun Cahaya, kasihan sekali Binar. " Mata Rania pun berkaca kaca. Dia memiliki anak perempuan yang sebaya dengan Binar. Dia bisa merasakan jadi Cahaya. " Terus bagaimana dengan Biru ? "

" Biru masih terlalu kecil waktu itu. Mungkin dia tidak terlalu melihat semuanya. Jadi efeknya pada Biru tidak terlalu buruk. Walau dia tetap didampingi psikiater waktu itu, tapi tidak ada yang salah dengan Biru. Bahkan tadi dia bertemu dan mengetahui jika itu ayahnya. Tapi dia terlihat biasa saja. " Cahaya bicara sembari memijit pangkal hidungnya.

" Aku harus bagaimana, Rania...

" Pindahkan saja mereka sekolah, Ya. Setidaknya itulah yang bisa kita lakukan terlebih dahulu untuk berlindung sementara. Sebelum kita menemukan langkah yang tepat. " Rania memberikan solusi.

" Kamu benar, Nia. Aku harus cari sekolah baru untuk mereka. " Cahaya menemukan sedikit kelegaan.

" Di sekolah Zahra dan Arman saja. Sekolah nya aman, tidak ada yang bisa masuk sembarangan. " Ucap Rania.

" Kamu bercanda, aku mana sanggup membiayai mereka sekolah di sana. " Ucap Cahaya terkekeh kecil.

" Jangan pikiran soal biaya saat ini, Cahaya. Yang penting keselamatan mereka. Kita tidak tahu niat mantan kamu itu. Entah seperti apa dia sekarang. Aku akan membantu kamu, anggap saja hutang jika kamu merasa tidak nyaman dengan bantuan ku. Bagaimana... " Rania tahu Cahaya bukan orang yang dengan mudah menerima bantuan.

Setelah terdiam beberapa saat untuk berpikir baru lah Cahaya bersuara. Tidak punya pilihan lain akhirnya Cahaya menyetujui usul Rania.

" Baiklah Nia, aku akan mengikuti saran kamu . Untuk saat ini aku masih punya tabungan. Tapi jika aku butuh nanti aku akan minta bantuan kamu. Yang penting aku harus menghindari Fakhrul dulu. " Terdengar ******* lelah diakhir kalimat Cahaya.

Kedua wanita itu akhirnya keluar dari mobil setelah menentukan langkah selanjutnya.

...****************...

Happy Reading 💕

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

😭😭😭kasian binar untuk punya sahabat yg baik

2024-02-27

2

Mey Hua

Mey Hua

seperti kisah yg pernah aku alamin

2023-12-29

2

Nur Kediri

Nur Kediri

aku aja takut kalo ketemu mantan suami

2023-09-02

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Jodoh untuk Doni
3 Aya dan Rania
4 Sebab cerai
5 Clubbing
6 Bujukan
7 Meyakinkan hati
8 Complicated
9 Kerapuhan Cahaya
10 Pertemuan pertama
11 Luka Cahaya
12 Menjauhkan Binar
13 Penyesalan Fakhrul
14 Ide gila Rania
15 Kekacauan
16 Kedatangan Doni
17 Melamar...?
18 Usaha Fakhrul
19 Mari menikah
20 Persiapan H-7
21 Keraguan Cahaya
22 Apa yang terjadi
23 Masa lalu yang mengganggu
24 Menyatukan hati
25 Hati yang kecewa
26 Rasa Doni
27 Derita yang tak pernah habisnya
28 Cahaya ( pingsan)
29 Kata kata yang menusuk
30 Perdebatan tak berujung
31 Kebahagian ( bukan) untuk Cahaya
32 Pemilik hati Doni ?
33 Anxiety Disorder
34 Perasaan bersalah
35 Kamar lain
36 Saling bicara
37 Ingin bahagia
38 Salah Paham saja ?
39 Para kutu bermunculan
40 Menutup luka
41 Bertemu Dokter Nadya
42 Merangkai asa
43 Siang penuh gairah
44 Masih ingin berdua
45 Cahaya vs Amelia
46 Para pengganggu
47 ( Tidak ) Percaya diri
48 She is mine ...
49 Hempaskan pelakor
50 Doni Bucin...?
51 Hadiah spesial untuk yang spesial
52 Ungkapan cinta dua orang pria
53 Usaha Fakhrul
54 Pembicaraan dua pria
55 Amelia
56 Farel yang sakit
57 Hukuman yang harus diterima
58 Rencana baru Amelia
59 Rencana baru Amelia 2
60 Hamil kah...
61 Fakhrul menyerah
62 Liburan bersama
63 Usaha Marinda
64 Memberi pelajaran pada ulat
65 Badai datang
66 Kejadian tak terduga
67 Pengkhianatan...?
68 Mencari tahu
69 Luka Cahaya
70 Lelah...
71 Tak sesuai harapan
72 Alkohol
73 Menunggu esok
74 Kenyataan
75 Kenyataan yang terungkap
76 Kegelisahan Cahaya
77 Bertemu Amelia
78 Permintaan Cahaya
79 To Singapura
80 Hari menegangkan
81 Akhirnya Cahaya...
82 Bumi sagara
83 Berakhir bahagia
84 Promo novel Baru
85 Yang terbaru!
86 Kabar penting!!!
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Prolog
2
Jodoh untuk Doni
3
Aya dan Rania
4
Sebab cerai
5
Clubbing
6
Bujukan
7
Meyakinkan hati
8
Complicated
9
Kerapuhan Cahaya
10
Pertemuan pertama
11
Luka Cahaya
12
Menjauhkan Binar
13
Penyesalan Fakhrul
14
Ide gila Rania
15
Kekacauan
16
Kedatangan Doni
17
Melamar...?
18
Usaha Fakhrul
19
Mari menikah
20
Persiapan H-7
21
Keraguan Cahaya
22
Apa yang terjadi
23
Masa lalu yang mengganggu
24
Menyatukan hati
25
Hati yang kecewa
26
Rasa Doni
27
Derita yang tak pernah habisnya
28
Cahaya ( pingsan)
29
Kata kata yang menusuk
30
Perdebatan tak berujung
31
Kebahagian ( bukan) untuk Cahaya
32
Pemilik hati Doni ?
33
Anxiety Disorder
34
Perasaan bersalah
35
Kamar lain
36
Saling bicara
37
Ingin bahagia
38
Salah Paham saja ?
39
Para kutu bermunculan
40
Menutup luka
41
Bertemu Dokter Nadya
42
Merangkai asa
43
Siang penuh gairah
44
Masih ingin berdua
45
Cahaya vs Amelia
46
Para pengganggu
47
( Tidak ) Percaya diri
48
She is mine ...
49
Hempaskan pelakor
50
Doni Bucin...?
51
Hadiah spesial untuk yang spesial
52
Ungkapan cinta dua orang pria
53
Usaha Fakhrul
54
Pembicaraan dua pria
55
Amelia
56
Farel yang sakit
57
Hukuman yang harus diterima
58
Rencana baru Amelia
59
Rencana baru Amelia 2
60
Hamil kah...
61
Fakhrul menyerah
62
Liburan bersama
63
Usaha Marinda
64
Memberi pelajaran pada ulat
65
Badai datang
66
Kejadian tak terduga
67
Pengkhianatan...?
68
Mencari tahu
69
Luka Cahaya
70
Lelah...
71
Tak sesuai harapan
72
Alkohol
73
Menunggu esok
74
Kenyataan
75
Kenyataan yang terungkap
76
Kegelisahan Cahaya
77
Bertemu Amelia
78
Permintaan Cahaya
79
To Singapura
80
Hari menegangkan
81
Akhirnya Cahaya...
82
Bumi sagara
83
Berakhir bahagia
84
Promo novel Baru
85
Yang terbaru!
86
Kabar penting!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!