Hari berganti tanpa terasa. Kini Cahaya sedang bersiap menanti kedatangan Rania seperti janjinya pada Doni tempo hari. Begitu juga dengan Binar dan Biru. Kedua bocah itu telah menunggu di ruang tengah sembari menonton televisi.
Kemarin setelah Binar di periksa siang harinya sudah diperbolehkan pulang. Dan Doni lah yang mengantar mereka pulang. Kehadiran Doni menjadi pertanyaan bagi Binar. Alhasil tadi malam terpaksa Cahaya menjelaskan pada kedua anaknya.
Pernyataan Cahaya mendapatkan tanggapan beragam dari Binar dan Biru. Biru yang terlihat antusias berbeda dengan Binar yang diam seribu bahasa. Melihat reaksi Binar membuat Cahaya berpikiran lain.
" Jika Binar tidak menyukai atau tidak menyetujui, Bunda bisa membatalkan nya. Semua akan sesuai keinginan Binar. " Ucap Cahaya akhirnya.
" Apa Bunda akan bahagia ? " Tanya Binar.
" InsyaAllah. " Jawab Cahaya singkat.
" Apa nanti kita tidak akan bertemu monster itu. "
" Bunda tidak bisa memastikan, tapi sekuat tenaga akan melindungi Binar. Sampai Binar sendiri yang minta untuk bertemu Ayah. " Cahaya tidak ingin Binar terus membenci oleh sebab itu Cahaya selalu menggunakan kata "Ayah "
" Baiklah, asalkan Om itu tidak menyakiti Bunda saja, sudah cukup bagi Binar. " Begitulah akhir pembicaraan Cahaya dan Binar.
Tepat pukul sembilan tiga puluh terdengar klakson mobil Rania yang melengking di luar rumah. Cahaya mengajak kedua bocah itu keluar dan kemudian mengunci pintu rumahnya.
" Kita mau kemana ? " Tanya Cahaya pada Rania setelah mobilnya mulai bergerak .
" Loh... Kak Doni nggak bilang sama kamu ? Tanya Rania balik.
" Nggak ! "
" Bagaimana sih suami mu itu. Masa nggak ngomong mau apa, mau kemana . Kaku amat . " Gerutu Rania .
" Kakak kamu itu, bukan suamiku tapi baru calon. " Protes Cahaya dan Rania malah terkekeh.
" Ok... ok Kak ipar ku yang cantik. " Rania malah senang menggoda Cahaya. Membuat Cahaya semakin cemberut.
" Jadi mau kemana ? "Tanya Cahaya ketus.
" Oh iya kita mau ke rumah mertua buat lamar anaknya . " Canda Rania sambil terkekeh lucu.
" Ish... apaan sih Nia. " Rania makin terbahak hingga matanya berair. " Baiklah, kita memang mau ke rumah Ibuk. Nanti kamu tahu sendiri kita mau ngapain. " Akhirnya Rania bicara serius dengan sisa ketawanya.
Butuh waktu hampir empat puluh lima menit untuk sampai di rumah Ibu Ratih. Rumah yang akan menjadi tempatnya bersembunyi nantinya. Tempatnya memulai perjalanan baru dengan orang yang baru.
Kini mobil Rania telah terparkir di halaman sebuah rumah yang sangat mewah menurut Cahaya. Halaman luas, rumah yang besar berlantai dua. Dan dua pilar yang tinggi dan kokoh dilengkapi balkon diantaranya.
Mata Cahaya terpaut dengan irish hitam milik seseorang di atas balkon . Sesaat mereka saling menatap terpana. Darah Cahaya tiba tiba berdesir beriringan dengan hembusan angin yang menggerai hijab lebar yang dia kenakan.
Seakan Doni sengaja menunggu kedatangan Cahaya dari atas balkon. Hingga Cahaya terpaksa memutus pandangan nya karena Doni melempar senyuman yang membuat jantung keluar dari rongganya .Cahaya salah tingkah.
Cahaya berjalan mengikuti Rania menuju pintu yang sepertinya sengaja dibiarkan terbuka. Dengan mengucap salam keempat orang itu masuk ke rumah mewah itu beriringan .
Ibu Ratih langsung menyahut dari dalam rumah di ikuti oleh kedua bocah milik Rania. Rania memboyong Cahaya dan anak anaknya ke ruang tengah yang sangat luas. langsung berbatasan dengan ruang makan dan dapur bersih. Dan di sisi kiri terdapat tangga ke lantai dua yang dengan model melengkung.
Dan sosok yang tadi tersenyum manis kini telah berada di ujung tangga. Sementara anak anak telah berbaur satu sama lain. Dengan sekejap keempat bocah itu telah berlarian menuju halaman samping. Dan Cahaya tidak tahu apa saja yang ada di sana. Karena Ibu Ratih dan Rania telah menariknya ke sofa berbentuk setengah lingkaran , diikuti oleh Doni.
" Cahaya , terima kasih karena kamu bersedia menikahi bocah tua itu. " Ibu Ratih membuka pembicaraan.
" Aya yang terima kasih Bu, karena mau menerima Aya. " Ucap Cahaya merendah.
" Tapi, Nak bagaimana dengan acara lamarannya kemana Ibuk harus datang. " Tanya Ibu Ratih .
" Aya, tidak punya kerabat lain, Buk. Hanya ada Aya dan anak anak. Jadi menurut Aya kita skip aja acara lamarannya ya ? "
" Begitu kah ? Tapi acaranya nanti seadanya karena waktu nya nggak cukup. Kita serahkan semua sama WO aja biar di kebut , ya ? " Ibu Ratih merasa tidak enak takut Cahaya merasa disepelekan.
" Katanya Ibuk pingin cepat punya mantu, sekarang sudah dapat malah mengeluh kecepatan. " Seloroh Doni.
" Nggak gitu juga konsepnya, asep. Ibu hanya takut acaranya tak sesuai keinginan Cahaya. Kan yang mau jadi pengantin nya Cahaya." Jawab Ibu Ratih menatap kesal pada Doni dan yang dimarahi malah terkekeh.
" Aya nggak apa apa , Bu. Yang penting akadnya saja dan sah. " Sela Cahaya yang tidak ingin memberatkan siapapun.
" Tuh... kan, Cahaya udah kebelet ingin jadi istri aku, Buk . " Ucapan Doni membuat Rania tertawa lepas sementara Cahaya bersemu malu.
" Kamu ini , pintarnya buat Cahaya tersipu. " Kebahagiaan yang begitu kentara di wajah Ibu Ratih.
" Orang WO nya koq belum datang , udah siang ini. " Ucap Rania sembari melihat jam tangannya.
" Tunggu saja, sebentar lagi mungkin sampai. Tadi sudah telpon lagi dijalan. " Timpal Doni.
Beberapa waktu menunggu akhirnya WO kepercayaan Doni pun datang . Persiapan pernikahan yang dilaksanakan dalam waktu yang sangat singkat. Dari pakaian seragam dan gaun pengantin , dekorasi juga katering semua diurus oleh mereka.
Setelah meeting singkat dengan pihak WO selesai barulah semua terlihat lega. Acara diadakan di Ballroom hotel milik Randi teman Doni. Jadi tinggal pihak WO dan pihak hotel yang mengurus. Dan sekarang tinggal masalah mahar dan cincin.
" Aku mau bawa Aya sebentar, bisakah kamu jaga anak anak , Rania. " Ucap Doni setelah mereka selesai makan siang bersama.
" Kak Doni mau bawa Aya kemana ? Awas belum sah. " Tanya Rania.
" Tahu... ! Kayak aku masih abg labil aja. Mau cari mahar sama cincin . " Jawab Doni
" kalau tanpa aku juga nggak apa apa, apapun pilihanmu aku pakai. " Cahaya menyela pembicaraan antara kakak beradik itu.
" Aku maunya sesuai dengan pilihan kamu. Selera kamu , biar memakainya kamu merasa senang , tidak menganggap sebatas simbol atau syarat. " Doni merasa kecewa karena menurutnya Cahaya seperti tidak semangat dengan pernikahan mereka.
" Maaf , aku tidak bermaksud begitu. Baiklah aku ikut. " Cahaya merasa tidak enak hati melihat wajah Doni yang kecewa. Padahal Cahaya hanya mempercayai pilihan Doni .
" Pergilah... anak anak serahkan pada ku. Ok kiddos ayo kita, berenang. " Para bocah bersorak bahagia dan langsung berlarian ke halaman samping.
" Kami pergi dulu, Buk. Takut kesorean. " Doni minta izin sembari berdiri dan merapikan celananya sekilas .
" Pergilah !! Cahaya... pilih yang kamu suka. Jangan khawatir harga uang Doni banyak, habiskan saja, Ok ?! " Seloroh Ibu Ratih.
Cahaya hanya terkekeh kecil mendengar ucapan Ibu Ratih. Baru kali ini dia mendengar mertua menghasut menantu nya untuk menghabiskan uang anaknya. Akh... menantu, baru calon !!
Kedua calon pengantin itu berjalan beriringan menuju mobil Doni. Mobil mewah itu mengingatkan Cahaya dengan mobil milik Fakhrul dulu. Hanya saja punya Doni tipenya satu tingkat di atas punya Fakhrul. Cahaya segera membuang ingatan tak pentingnya. Sekarang ada Doni di samping nya. Bukan Fakhrul.
...****************...
Happy Reading💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ratih Najja
alurnya smooth soft tp berbobot ..ngga ngebosenin.. biasanya saya bc novel 1/2 bab ud ngebosenin lngsng skip.. tp ini bikin penasaran..good job thor krn ga mudah bikin cerita rumit tp ngena/Rose//Rose//Heart/
2024-03-23
2
Faalih Robbani
smga kmu slalu bahagia aya,org sebaik kmu pantas untk bahagia.
2024-03-09
0
Zainab Ddi
nah gitu aya
2024-02-27
0