Cahaya merapikan selimut Biru yang melorot. Kemudian kembali duduk di samping ranjang Binar. Wajah wajah polos anaknya yang tertidur menemani Cahaya dalam remangnya malam. Lelah menatap Binar,Cahaya kembali duduk ke sofa single yang kosong .
Tepat pukul satu dini hari mata Cahaya masih sulit untuk terpejam. Kepalanya sakit dan badannya terasa lelah tapi matanya masih setia terbuka karena begitu banyak yang Cahaya pikirkan.
Haruskah dia menikah dengan Doni untuk mencari perlindungan ? Jujur saja Cahaya gamang dengan keadaan nya. Berjuang sendiri amatlah melelahkan. Dan saat ini Cahaya sangat butuh sandaran. Tidak mau munafik, Cahaya memang butuh seseorang.
" Ting"
Notifikasi pesan masuk di ponsel Cahaya memecah sunyi nya malam.
Aku sungguh sungguh mengajakmu menikah. Tidak tahu mengapa aku seyakin ini. Jadikan saja aku tameng jika terlalu sulit bagimu menerimaku untuk dirimu sendiri. Setidaknya untuk anak anakmu . Jawab besok pagi aku tidak bisa menunggu lagi.
RD, aksa
Setelah menutup ponselnya, Cahaya menghempaskan punggungnya ke sofa dengan kepala tengadah. Menutup matanya erat sebagai pengalihan gundahnya. Sesaat kemudian Cahaya bangkit menuju kamar mandi .
Tidak ada yang bisa Cahaya lakukan kecuali memohon pada pemilik hati. Cahaya hendak wudhu dan sholat untuk meminta petunjuk . Semoga pagi hari nanti Cahaya punya jawaban atas pertanyaan Doni .
*****
Samar Samar terdengar suara rintihan dan isak tangis yang disertai gumaman. Di ambang kesadarannya Cahaya kembali mendengar pekikan yang kecil. Hingga akhirnya Cahaya membuka matanya lebar setelah berhasil mengumpulkan nyawanya.
Mata Cahaya memindai keberadaannya, seketika barulah dia sadar jika semalam mereka menginap di rumah sakit karena ...
" Binar... !! " Cahaya bangkit dari sajadah tempat dia tertidur. Dengan sedikit linglung Cahaya mendekati ranjang Binar.
" Binar... Nak. ! Bangun sayang... Binar... bangun Nak. Ini Bunda... " Cahaya terus berusaha untuk menyadarkan Binar yang mengigau dalam tidurnya.
Hingga akhirnya Binar terbangun dan terus menangis di pelukan Cahaya " Tenang ya... nggak apa apa, Bunda di sini Sayang... Jangan takut, ya !? " Sambil mengusap punggung Binar Cahaya terus bicara agar Binar benar benar menyadari jika dia aman bersama Bundanya.
" Bunda... monster mata merah... dia datang ke rumah. " Ucap Binar dalam isak tangisnya.
" Sst... itu bukan monster. Itu Ayah sayang. " Cahaya terus mengusap lembut.
" Tidak Bunda... itu monster. Binar tidak mau bertemu lagi. Biru... !! " Sesaat Binar terpekik mengingat sesuatu. " Biru dekat dekat dengan monster nya Bunda. Biru mana... jangan biarkan monster itu tangkap Biru, Bunda... "
" Biru tidur di sana. Dia baik baik saja. " Cahaya menunjukkan ke arah sofa.
" Syukurlah... Binar takut, tidak bisa melindungi Biru. " Binar masih tersedu sedu dengan sisa tangisnya.
" Binar dan Biru aman. jangan takut, ya. " Binar tetap memeluk Cahaya erat dan enggan melepaskan.
Cahaya melirik jam dinding yang ternyata masih pukul empat menjelang subuh. Berarti Cahaya baru tertidur dua jam. Dengan pelan Cahaya mencoba melepaskan dekapan Binar.
" Binar... ini masih gelap, kita tidur lagi , ya ? " Binar menarik tangan Cahaya.
" Tidur sama Binar Bunda, Binar ingin tidur di peluk. " Pinta Binar.
" Baiklah, kita tidur bersama. " Setelah membantu Binar berbaring, Cahaya juga menyusul berbaring di samping Binar. Sambil terus mengusap punggung Binar, Cahaya mencoba memejamkan mata. Alhasil beberapa saat kemudian keduanya sama sama tertidur.
*****
" Permisi, Bu. Maaf menggangu tidurnya. Saya hendak bersih bersih, mohon izin. " Seorang petugas kebersihan rumah sakit membangunkan Cahaya.
" Maaf Mbak saya ketiduran. Jam berapa sekarang ? Ya ampun saya kesiangan. " Cahaya tersentak menyadari jam dinding menunjukan pukul lima tiga puluh.
Cahaya bergegas ke kamar mandi , dia harus segera menunaikan sholat subuh yang sangat terlambat. Ketika selesai sholat Cahaya membangunkan Biru dan menyuruhnya untuk sholat juga. Tidak lama kemudian Binar juga ikut terbangun .
" Bunda mau membeli sarapan sebentar , Binar sama Biru Bunda tinggal dulu, ya ? " Ucap Cahaya setelah selesai membantu Binar dan Biru membersihkan badan.
" Jangan lama lama Bunda. " Masih nampak raut cemas di wajah Binar. Dengan senyuman Cahaya membelai rambut Binar dengan lembut.
" Tidak, cuma di kantin rumah sakit.. Jangan takut ya. Kalau ada apa apa tekan saja tombol itu. Maka dokter dan perawat akan segera ke sini. " Terang Cahaya dengan sabar.
Cahaya pun meninggalkan mereka setelah Binar merasa tenang. Baru saja tiga langkah di luar pintu ruang rawat mata Cahaya menangkap sosok yang tidak ingin dia temui. Tapi Cahaya tidak punya kesempatan untuk menghindar karena orang itu sudah menyadari keberadaan Cahaya.
" Aya, bagaimana Binar . Dia sudah sadar ? " Tanya Fakhrul sembari mendekat.
" Iya, sudah. " Cahaya terdiam sejenak sebelum bicara kembali. " Mas maaf, aku tidak bermaksud mengusir mu. Tapi aku mohon pergilah . Jauhi kami terutama Binar. Aku mohon... " Pinta Cahaya pada Fakhrul.
Terlihat raut kecewa di wajah Fakhrul. Sesaat Cahaya merasa tidak tega, tapi apa boleh buat, baik dirinya apalagi Binar tidak nyaman dengan Fakhrul.
" Baiklah, untuk saat ini aku pergi tapi izinkan aku bicara sebentar denganmu." Fakhrul bicara dengan wajah memelas.
" Sepuluh menit ! Anak anak belum sarapan. " Jawab Cahaya.
Akhirnya di sinilah mereka, di kantin rumah sakit sembari menunggu pesanan . Duduk di kursi kantin dengan posisi berseberangan . Setelah beberapa saat Fakhrul tetap diam membuat Cahaya tidak tahan berlama lama.
" Bicaralah ! " Tegas Cahaya.
" Aya, aku baru tahu kalau kita telah bercerai. Tepatnya dia bulan lalu. Selama dua tahun lebih aku tidak bisa datang karena aku dalam pengobatan. " Cahaya hanya mendengar tanpa menyela.
" Aya, bisakah... bisakah kita kembali lagi. Mas sudah sehat, dan kini sudah punya usaha baru tapi sangat maju. Mari kita mulai dari awal yang lebih baik. " Fakhrul bicara dengan semangat .
" Sudah bicaranya ? " Jawaban Cahaya sontak menyurutkan senyum harapan di bibir Fakhrul .
" Cahaya, kasi Mas kesempatan memperbaiki kesalahan. Ayo pergi jauh dari sini . Kita mulai hidup baru dan melupakan semua. Kita carikan dokter terbaik untuk Binar. Kita ke Australia, mas punya restoran di sana. " Fakhrul belum menyerah.
" Janji yang sama indahnya dengan saat kamu melamar aku dulu. Tapi hanya butuh satu tahun kamu bisa membaginya dengan wanita yang lain. Maaf, aku tidak se naif dulu. " Cahaya bicara dengan tenang dan tetap dengan kelembutan. Tapi Fakhrul tahu pasti isinya tegas dan sarkas.
" Aya, maaf untuk semua pengkhianatan yang Mas lakukan. Tapi percayalah, sejak dulu hingga kini aku hanya mencintai mu tak sedikitpun berubah. Dia tidak berarti apa apa." Ucap Fakhrul dengan sungguh sungguh.
" Tapi wanita yang tidak berarti itu mampu bertahan tujuh tahun, dan pada akhirnya wanita itu mampu membuat mu merusak tubuh dan hatiku. Lebih tepatnya mampu menghancurkan aku dan anak-anak hingga jadi debu. " Cahaya terkekeh miris dengan mata yang mengandung cairan bening.
" Maaf... !! " Tidak sanggup lagi bicara Fakhrul memilih untuk menunduk sambil meremas rambutnya kasar .
" Tidak ada yang tersisa, Mas... tidak ada ! " Akhirnya cairan bening itupun luruh.
" Kasi Mas kesempatan terakhir. " Pinta Fakhrul memohon.
" Sudah ratusan kesempatan dalam dua tahun penuh luka itu. Aku sudah berusaha mengabaikan luka akibat pengkhianatan. Aku juga menerima setiap pukulan dan siksaan dari mu. Aku juga mengabaikan lelah ku untuk menghidupi kamu dan anak anak. Apa belum cukup !! " Suara lembut itu berubah meninggi.
" Maaf... . " Lirih dan nyaris tak terdengar. Suara Fakhrul tenggelam dalam parau suaranya yang tengah menahan sesak.
" Tubuh ini sudah penuh dengan jejak mu, Mas. Sekarang pun masih terasa perihnya. Bekas jahitan, gigitan goresan, cakaran dan ini... " Cahaya menunjuk dadanya. " Dua tulang rusuk ini patah hingga dua bulan aku tidak bisa bergerak. " Walau lirih suara Cahaya tapi terasa miris dan menyedihkan.
" Maaf... maaf... aku tidak sadar melakukannya. Maaf, Aya... " Fakhrul merasa ratusan bahkan ribuan maaf tak cukup untuk diucapkan. Tapi hanya itu yang bisa Fakhrul lakukan.
" Apa sekarang masih belum cukup ? Abaikan saja derita yang aku punya, sekarang lihat Binar. Dia masih sepuluh tahun, tapi deritanya belum juga selesai meski sudah terapi selama dua tahun ini. Apa kamu masih memaksakan kehendak mu ! " Cahaya sudah kehabisan kata kata.
" Baiklah.. Cahaya aku akan memberi kamu waktu untuk menenangkan diri. Tapi aku akan kembali. Aku akan membayar semua rasa sakit kalian dengan cinta yang aku punya. Tunggu aku... jaga dirimu. " Fakhrul berdiri dan menatap Cahaya dalam, kemudian melangkah menjauh.
Dua langkah berjalan, Fakhrul terhenti oleh suara Cahaya.
" Tidak ada kesempatan lain. Aku tidak mau kembali. !! "Ucap Cahaya menegaskan.
" Ambil waktu mu, aku akan pergi sementara. Hanya mengurusi pekerjaan. Dan... aku kirim uang ke rekeningmu untuk anak anak. Aku mencintaimu Cahaya... " Fakhrul melanjutkan langkahnya dengan pasti. Dia hanya perlu bersabar. Cahaya masih terluka dan Fakhrul akan menyembuhkan luka itu. Segitu percaya dirinya Fakhrul. Dan dia telah memulai langkah pertama nya.
Tinggal Cahaya yang masih terduduk dengan lesu. Inilah yang ditakutkan nya Fakhrul yang keras kepala. Dan lihat... dia tidak akan menyerah.
...****************...
Happy Reading💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Zainab Ddi
Uda nikah dengan Doni aman bener katanya jadiin dia tameng
2024-02-27
3
Nurgusnawati Nunung
Jangan berlebihan memaksa kehendak, kasihanilah anak mu Fakhrul
2024-02-11
1
Handayanie Nhie
terkadang kaum Adam trllu egois,mereka yg berbuat salah kami yg hrus merasakan penderitaan,tp jika kami yg berbuat salah hingga lubang semut pun akn sllu d ungkit,,egois memang sifat dominan kaum Adam,,
luka trauma itu blum sembuh dgn mudahnya dia mmnta utk rujuk,,😤😤
2023-08-29
2