Ketakutan Doni langsung sirna ketika mata tua ibunya mulai terbuka. Seulas senyum yang selalu menyejukkan terukir di bibir Ibu Ratih.
" Kamu sudah datang, Ibuk kira kamu tidak akan datang seperti biasanya . Tapi syukurlah kamu sudah sedikit peduli dan tidak mengabaikan panggilan Ibuk. " Ibu Ratih bangkit dari tidurnya hendak duduk. Dan akhirnya Doni membantu untuk meninggikan bantal agar ibunya bersandar dengan nyaman.
" Ambilkan obat Ibu, Nak. Di laci kedua nakas itu ! " Tunjuk Ibu Ratih.
" Ibuk sakit ? Koq nggak ada yang kasi kabar ke Doni ? " Tanya Doni sedikit kesal sembari mengambil obat yang Ibu Ratih maksud.
" Ibuk kan selalu seperti ini sejak Ayah tiada. Selalu mengkonsumsi banyak obat jika Ibuk ingin tetap sehat dan kuat lebih lama. Padahal Ibuk sudah lelah, tapi apa boleh buat Ibuk harus bertahan agar bisa mendampingi kamu lebih lama. " Keluh Ibu Ratih, tak lupa dengan wajah menyedihkan yang terlihat alami.
" Jangan bilang begitu, Ibuk masih kuat dan pasti berumur panjang. " Ucap Doni menyemangati Ibu Ratih.
" Panjang umur pun untuk apa, Don. ! Toh Ibuk tetap saja kesepian dan tua sendirian hingga akhir hayat. Menyedihkan.... " lirih Ibu Ratih.
Doni yang memahami maksud Ibunya merasa bersalah. Tapi apa yang bisa dilakukan nya, dia sudah terlanjur nyaman hidup seperti ini. Tidak ada niat baginya untuk mencari pendamping sesuai dengan keinginan ibunya.
" Nanti Doni telpon Iyan, siapa tahu dia bersedia pindah ke sini. Akan lebih baik dia bantu Doni di perusahaan kita dari pada memajukan perusahaan orang lain. Dan Ibuk pasti tidak kesepian, ada mantu dan cucu cucu Ibuk yang menemani Ibuk nanti. " Ucapan Doni tak membuat Ibu Ratih merasa lebih baik.
" Jangan usik Iyan, biarkan dia melakukan apa yang dia suka. Ibuk tidak mau dia melakukan nya karena terpaksa. Apalagi alasannya Ibuk." Tolak Ibu Ratih atas usulan Doni.
Arrayan Aksa adalah adik Doni yang kini menetap di Malaysia. Sudah menikah dan memiliki tiga orang Anak. Dia bekerja menjabat sebagai wakil Direktur di perusahaan Jepang cabang Malaysia yang bergerak di bidang produksi alat pertanian .
" Tapi, Buk...
" Dari dulu dia tidak berminat dengan perusahaan kita, Don. Jangan memaksanya. Alasannya sangat jelas karena dia menyukai jurusan Teknik Mesin dari dulu. Kenapa tidak kamu saja yang menikah dan beri Ibuk cucu. " Ibu Ratih langsung menyela ucapan Doni.
" Ibuk.... Doni tidak ingin menikah. Dan Ibuk tahu alasannya. " Doni bicara dengan lembut sembari berdiri dari duduknya. Mengambil gelas yang berisikan air putih di atas nakas. Sengaja dilakukannya agar Ibu Ratih segera meminum obatnya. Dan sekalian menghindar dari tatapan sendu ibunya.
" Minum dulu obatnya , Buk !" Ucapnya sambil menyerahkan gelas itu pada ibunya. Setelah Ibu Ratih meminum obatnya, Doni mengambil alih sisa obat dan gelas kosong kemudian menyimpan nya di nakas.
" Sekarang Ibu istirahat, ya. Ini sudah larut. " Ucap Doni sambil membantu Ibu Ratih kembali berbaring. Tapi tangannya dicekal Ibu Ratih sembari berkata...
" Doni... sekali ini saja dengarkan Ibuk. Anggap ini permintaan Ibuk yang terakhir padamu. " Pinta Ibu Ratih dengan suara terdengar bergetar.
" Jangan berkata begitu, Buk. " Ucap Doni gusar.
" Ibuk sudah teramat lelah, Nak. Jika sudah saatnya Ibuk ingin pergi dengan tenang. Temui seseorang untuk Ibuk, sekali ini saja. Setelah itu Ibuk tidak akan memaksa. " Terdengar isakan pilu di ujung kalimat Ibu Ratih yang membuat Doni urung melangkah. Doni meraih kedua tangan yang telah membesarkan nya itu kemudian menciumnya penuh perasaan.
" Apa maksud Ibuk. " Tanya Doni lembut.
" Temui seorang wanita , namanya Cahaya. Dia wanita yang bersahaja dan penyayang keluarga. Seorang ibu yang tangguh juga pekerjaan keras. Yang pasti dia wanita sholehah. Seorang janda beranak dua. Kamu mau, kan ? " Ucap Ibu Ratih antusias.
" Janda... ? Kenapa... ? Apa suaminya meninggal ? " Tanya Doni.
" Bercerai , dua tahun yang lalu. " Jawab Ibu Ratih.
" Bagaimana Ibu yakin dia baik untuk ku sementara dia janda cerai, Buk. Ibu kenal di mana ? Jangan jangan dia hanya pura-pura baik sama Ibuk, karena dia tahu kalau Ibuk punya anak seorang duda kaya. " Ucap Doni yang khawatir jika ibunya terperdaya oleh wanita jahat.
" Dia teman SMA Nia. Baru ketemu beberapa waktu lalu setelah Nia pindah ke sini. Tanya saja sama Nia, mereka sahabat dekat. Don.....dia memang tidak secantik Tiara, tapi dia juga tidak buruk. Percaya sama Ibuk kali ini. " Ucapan Ibu Ratih dibalas helaan napas lelah oleh Doni.
" Baiklah, Buk. Doni akan temui sesuai keinginan Ibuk. Tapi... jika Doni tidak berminat padanya, Doni mohon jangan paksa Doni ya .... Buk !? " Doni berusaha bersikap diplomatik agar tidak terlalu mengecewakan ibunya.
" Iya... baiklah kalau begitu, tapi berusahalah untuk membuka hati. Tak baik terlalu larut dalam kesedihan. Setidaknya temui Cahaya dengan melepaskan beban di hati mu. Siapa tahu hati mu bisa terisi dengan hal hal yang baru. " Nasehat Ibu Ratih.
" Baik Buk, Doni coba...
*****
Keesokan harinya tepat hari libur bagi sebagian orang. Weekend yang selalu ditunggu untuk melepas lelah setelah seminggu beraktivitas. Begitu juga dengan Rania, tanpa menunggu lebih lama lagi Rania langsung menghubungi Cahaya . Apalagi kalau bukan untuk menjalankan misi perjodohan.
Sesuai janjinya dengan Rania, Cahaya juga sudah bersiap menunggu kedatangan Rania beserta anak anaknya. Rencananya mereka akan pergi ke puncak dan menginap di Villa milik keluarga suami Rania.
Tanpa rasa curiga Cahaya langsung menyetujui ajakan Rania. Selain dirinya juga butuh refresing, Aya juga ingin anak anaknya bahagia karena healing adalah hal yang mahal bagi mereka. Mumpung gratis kenapa nggak, Rania temannya ini.
Menempuh perjalanan hampir dua jam akhirnya sampailah mereka di tempat tujuan. Meski tetap melewati kemacetan yang lumayan melelahkan. Tapi semua sirna setelah disuguhi pemandangan yang menyejukkan mata.
" Wow... Villa nya cantik banget, Rania. Suami kamu pasti super tajir. " Ucap Aya mengungkapkan kekaguman nya. Baru saja mereka sampai di gerbang Villa.
" Punya keluarganya, bukan punya suami ku. " Jawab Rania sambil memarkirkan kendaraan yang mereka tumpangi . " Ayo turun... masih banyak hal yang lebih menarik jika kita sudah sampai di dalam. " Ucap Rania dengan senyuman penuh misteri.
Dan benar saja, Villa yang berlantai dua itu memiliki halaman belakang yang luas dengan pemandangan balkon menghadap ke pegunungan hijau yang sangat indah . Terdapat kolam renang dengan fasilitas air hangat. Sungguh sesuatu yang luar biasa bagi Aya.
Setelah selesai tour keliling Villa dan menikmati pemandangan mereka pun akhirnya bersih bersih karena sore telah membawa udara yang cukup menusuk tulang. Mereka bersiap untuk Barbeque nanti malam yang telah disiapkan oleh beberapa pelayan .
Dan disinilah mereka. Selesai sholat Maghrib Rania meminta para pelayan menyiapkan acara bakar bakarnya. Sengaja tidak terjun langsung karena Rania ingin punya banyak waktu untuk bicara dengan Cahaya.
Menunggu para pelayan membakar beberapa jenis olahan daging dan sate juga jagung Rania menarik Cahaya untuk duduk sedikit menjauh dari anak anak mereka. Dan tidak lupa minuman hangat menemani waktu santai nya.
" Koq kita kesini, sih. Bukannya bantu bakar. " Tanya Aya heran.
" Sudah ada mereka, kita tunggu matang saja. Ngapain repot repot kan kita kesini buat refresing, Aya... " Jawab Rania.
" Benar juga... ternyata enak ya jadi orang kaya. " Seloroh Cahaya asal.
" Kamu mau nggak jadi orang kaya ? " Tanya Rania penuh maksud.
" Mau lah ! Mana ada orang menolak kaya. " Jawab Cahaya jujur. " Tapi bagi aku mah cuman mimpi... he... he.. "
" Mau mimpinya jadi kenyataan nggak ? " Balas Rania lagi.
" Aku bukan tukang mimpi, Nia. Aku orangnya RE A LIS TIS. " Jawab Cahaya menekankan setiap suku kata terakhir nya.
" Aku juga bicara realita, sayang. Mana mungkin aku ngomong kosong sama kamu. Tapi bukan itu inti yang ingin aku bicarakan. Ada yang ingin aku tanyakan padamu. " Ucapan Rania yang mulai serius membuat Cahaya menatap sahabatnya itu.
" Ada apa, koq aku mulai was was. " Alis Cahaya terlihat menyatu seperti memikirkan sesuatu.
" Ya... apa kamu tidak ingin menikah lagi. ? Pertanyaan Rania membuat Aya yang tadi tegang, menghela napas panjang.
" Aku kira mau nanya apaan. " Tanggapan Cahaya jauh dari perkiraan Rania.
" Jawab, Nyonya.... " Rania nampak kesal.
" Hah... kalau boleh jujur jauh dalam hati aku ingin, Nia. Menjadi seorang ibu sekaligus ayah itu sulit. Aku hampir tak mampu pada titik titik tertentu. Tapi... jika mengingat masa lalu aku memilih untuk tidak menikah lagi. Rasa nyeri itu masih terasa. Ketakutan itu lebih mendominasi hati ku dari pada lelahku." Terang Cahaya sambil menatap anak anaknya yang berlarian di halaman Villa.
" Tidak selamanya pernikahan itu seperti yang kamu alami, Ya. Aku contohnya dan tidak semua pria sama seperti mantanmu itu. " Rania mencoba membuka pikiran Cahaya.
" Kamu benar, Nia. Tapi pengalaman hidup membuatku pesimis. Takut memulai dan berharap. Aku hanya perlu membiasakan diri dan menerima kenyataan ini saja. " Lirih Cahaya.
" Bukankah itu ucapan orang orang yang berputus asa, Aya. Bagaimana kalau ada seseorang yang ingin menjadikan mu seorang istri. Yang bisa mengayomi dan menjadi ayah bagi anak anakmu. Setidaknya secara materi. Bukankah itu lebih baik, bagimu maupun untuk masa depan mereka . " Rania berkata seraya menunjuk anak anak Cahaya dengan dagunya.
...****************...
Happy Reading💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Zainab Ddi
mulai aksi rania
2024-02-25
2
N Wage
aku juga mau😜✌
2024-02-10
0