Kematian Olan

Beberapa worker berjalan dengan tegas memasuki halaman taman yang dipenuhi dengan bunga, lampu hias tumbrl dan lilin. Hidangan per hidangan telah tersaji di atas meja, Kendrick menarik piring berisikan Wagyu Kobe Steak.

Perlahan pria itu mengiris daging dan melahap penuh selera. Kendrick mengangkat gelas bergagang dan melirik ke arah worker-nya, tanpa diperintah lagi Fenty mendekat dan menuangkan red wine.

Diputar-putarnya gelas berisi red wine tersebut dan gelas itupun didekatkan ke hidungnya—aroma wangi red wine membuat pria itu menarik sudut bibirnya yang membentuk menyeringai kecil.

Kenapa dia suka menyeringai seperti itu? batin Kanilaras dengan mata yang menatap lurus pria yang mengenakan stelan jas berwarna putih.

"Nikmat," ucapnya lirih seraya menyesap pelan minuman mahal tersebut.

"Apa kau mau, Aras?" tanya Kendrick dengan wajah datarnya.

Mau ditanya model bagaimana pun, gadis ini tidak akan pernah menjawab. Namun, Kendrick dapat membaca gimik wajah Kanilaras walau tidak dijelaskan.

"Tidak perlu bersusah payah menggerakkan mulutmu! Aku sudah tahu jawaban yang akan kau lontarkan," ucapnya sambil memotong daging steak.

Seakan berkomunikasi secara langsung, Kanilaras menjawab ucapan Kendrick.

Kalau sudah tahu jawabannya, untuk apa kau bertanya bodoh! gerutu Kanilaras bersungut-sungut.

"Besok aku akan pergi ke Qatar, menemui rekan kerjaku. Jadi, kau tidak boleh pergi ke mana-mana!" titah Kendrick pelan.

Pria itu kembali melahap steak itu sampai habis. Kendrick menarik piring berisikan dessert—pay buah kesukaannya sejak kecil. Saat suapan terakhir tandas ke mulutnya, dia mengingat Olan—worker yang dia beri tugas untuk mengantar jari orang kepercayaan Ares.

"Bagaimana paket yang ku kirim?" Suara bariton Kendrick membuyarkan kefokusan Bibi Kenny.

"Olan sudah sampai di rumah Tuan Ares, mungkin saat ini dia sedang berbincang."

Benar, perkiraan Bibi Kenny sangat tepat. Saat ini Olan tengah duduk santai di pinggir kolam menanti kedatangan Ares—anak pertama keluarga Adinata. Seorang pengusaha besar dan terkaya di Indonesia.

Langkah kaki Ares terhuyung menghampiri Olan yang memegang kotak berbungkus kertas kado berwarna merah jambu. Pria itu menyunggingkan senyuman jahat melihat Olan.

"Hai, gadis cantik!" sapa Ares dengan tangan melambai.

"Apa ... kau wanita yang aku pesan,heum?" ucapnya tersengal-sengal.

Pria berjambang itu tengah dipengaruhi minuman keras hingga dia tidak dapat membedakan prajurit perang dengan wanita penghibur. Langkah kaki yang tidak seimbang mengakibatkan dia jatuh tersungkur di lantai, melihat itu Olan membantunya untuk berdiri.

"Terima kasih Sayang! Kau memang wanita yang aku dambakan, bukan seperti gadis yang ada di dalam sana!" Ares terus meracau tidak karuan.

Ketika tangan Ares mulai berbuat kurang ajar Olan menepis tangan besar itu. Bukannya marah pria itu malah menyunggingkan senyuman kecil, lantas dia kembali menyusup diantara pegangan tangan Olan. Gadis bermata sipit itu kini tidak dapat mentolerir sikap kurang ajar kakak tuannya, tamparan keras mendarat tepat di pipi Ares.

"Keparat! Berani-beraninya kau menyentuh wajahku!" sergah Ares bersungut-sungut.

"Maaf Tuan! Bukan maksud saya kurang ajar. Namun, ini perlu saya lakukan, karena Tuan sedang tidak sadar." Kepala Olan tertunduk saat menjelaskan perilakunya.

"Kau menghinaku!" bentak Ares dengan mata yang melotot, tapi tubuhnya masih terhuyung.

"Bukan Tuan, maafkan saya jika Tuan tersinggung!" sahutnya pelan.

Ares mendudukkan dirinya di kursi dan menatap tajam gadis yang berdiri dihadapannya.

"Siapa kau sebenarnya! Dan apa tujuanmu?"

"Saya Olan, worker Tuan Ken." Berdiri dengan tegap, tapi kepalanya masih tertunduk menatap lurus ubin yang dia injak.

"Ck, kau tidak cocok menjadi anggota Ken. Lebih baik kau jadi temanku saja," kata Ares disela tawa menggoda Olan.

"Maaf Tuan, kedatangan saya ke sini hanya menyampaikan salam Tuan Ken." Olan mendekat dan menyodorkan kotak berbungkus kertas kado berwarna pink.

Alis Ares tertaut kala melihat kotak berbentuk persegi panjang, digoyang-goyangkan kotak tersebut dan dia kembali menatap penuh penasaran isi kotak itu.

"Apa yang dia kirim untukku?" tanya Ares dengan mengangkat sebelah alisnya.

Olan mengangkat sedikit kepalanya, "Saya tidak tahu menahu atas isi kotak tersebut. Yang pasti itu kado spesial untuk Tuan, karena Tuan Ken belum pernah memberi kado kepada siapa pun."

Lagi-lagi Ares mengangkat sebelah alisnya, sedikit tidak percaya dengan pernyataan utusan Kendrick. Selama ini kakak beradik ini belum pernah akur sejak kecil.

"Apa ucapanmu dapat aku percaya?" Menatap penuh kecurigaan.

"Terserah Tuan, saya tidak bisa menekan atau memerintahkan Tuan untuk percaya dengan saya. Silakan Anda buka kadonya dan saya pamit undur diri," ujar Olan sembari menarik langkah kakinya kebelakang.

Ketika gadis itu berbalik dan melangkahkan kakinya Ares berteriak memberhentikan gerak langkah Olan.

"Tunggu!"

Segera Olan berbalik menatap kakak dari tuan mudanya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Menunggu kepastian dari pria yang tengah linglung menatap kotak yang dia pegang sedari tadi.

"Pergilah!" usir Ares, tangan kirinya mengibas seakan mengusir serangga.

Walau curiga Ares membuka pengait kado itu dan saat semua pembungkus tandas dilantai, perlahan dia membuka penutup kotak itu. Jelaga hitam tersebut mendelik melihat isi kotak itu dan dia lempar jauh-jauh kado yang dia terima, rupanya isi kado tersebut adalah jari Zain—orang yang dia kirim untuk memberi salam pertemuan kekediaman Ken yang terletak jauh dari tempat tinggalnya.

"Seret gadis itu kemari!" teriak Ares memerintah para bodyguard-nya.

Tanpa butuh waktu lama, Olan dan sopir yang mengantarnya telah diseret paksa menghadap Ares.

"Kau bilang itu kado spesial!" Mencengkram erat pipi Olan.

"Karena ini kali pertama Tuan Ken mengirim hadiah," jawabnya tanpa takut.

Rahang Ares semakin mengetat mendengar ucapan Olan.

"Berani kau menjawab ucapanku, bedebah!" Matanya melotot tatkala menatap lekat wajah kecil Olan.

"Karena saya tidak salah!" katanya tanpa keragu-raguan.

Ares yang tersulut emosi mencekik leher jenjang gadis muda itu.

Matanya melebar dan kedua tangan Olan berusaha melepas cengkraman tangan kekar Ares. Namun, tenaga Olan tidak dapat menandingi kekuatan Ares.

"L-lepaskan saya, Tuan!" Olan memohon dengan suara yang terbata-bata.

"Aku tidak akan melepaskan orang yang telah menghinaku!" desisnya penuh amarah.

"T-tuan Ken t-tidak akan membiarkan ini terjadi," ucap Olan tergagap-gagap.

Ares tertawa terbahak-bahak dan tawa itu memenuhi ruangan, dengan kasarnya pria itu mendorong Olan ke belakang. Gadis itu bangun memegangi lehernya yang sakit dan dia kembali berdiri dengan tegap seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

"Kau kesakitan gadis cantik? Tapi, sepertinya kau menikmati siksaanku!" Setelah melontarkan pertanyaan Ares melepas gesper yang dia kenakan.

Lantas dia memecutkan gasper tersebut ke lantai, tanpa basa-basi lagi Ares mengarahkan pecutan gasper tersebut ke tubuh serta kaki Olan. Tercetak jelas luka di kaki Olan akibat pecutan itu, betisnya yang mulus kini terluka dan berdarah, tapi gadis itu masih memasang wajah yang tenang bahkan Olan tidak berdesis sama sekali.

Hal itu membuat Ares semakin murka sehingga dia mengarahkan revolvernya ke arah Olan. Suara letusan terdengar, tidak cukup sekali. Ares memuntahkan timah panas itu berulang kali sampai pesta yang dia adakan terhenti karena suara tembakan.

...****************...

Di Black house, Kendrick menerima laporan dari soldier yang mengantar Olan ke rumah Ares.

Sendok dan Garpu yang dia genggam terlepas begitu saja setelah mendengar kabar kematian Olan. Mata Kendrick memerah rahangnya mengetat, tangan kanannya mengepal kuat bisa dirasakan amarahnya saat ini.

Meja makan yang dia gunakan tadi di dorong sampai semua piring dan juga gelas hancur berkeping.

"Siapkan pasukan! Malam ini kita buat perhitungan dengan biadab itu!" kata 'biadab' lebih dia tekankan.

Dia juga berbisik di telinga Beril, entah rencana apa yang dia bicarakan dengan kaki tangannya itu—yang jelas pria itu kembali menyeringai kecil.

Terpopuler

Comments

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ

Ares kenapa jagad juga ini, masak gara gara dapat kado aja jadi pembunuh kayak gini

2023-03-27

1

👑Ria_rr🍁

👑Ria_rr🍁

Kalangan Mafia itu bentuk peringatan agar tidak bertindak melakukan hal yang sama

2022-12-12

1

Hanum Anindya

Hanum Anindya

apa ada ancaman ya Ares membunuh Olan? apa gara gara ngasih kado itu?

2022-12-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!