Bahaya

Situasi Kanilaras sangat berbahaya, dia juga tidak tahu kalau senjata Aji—tombak merah adalah senjata mematikan. Apabila tergores sedikit saja akan membuat mangsanya lemas dan tidak sadarkan diri hingga lumpuh untuk sementara waktu dan yang paling parah akan tewas di tempat.

Aku tidak boleh anggap remeh lawanku ini. Ilmu kanuragannya lumayan bagus, apa aku bisa mengalahkannya? kata hati Kanilaras.

Gadis itu masih berusaha bertahan dengan posisinya yang semkin terdesak. Sesekali Kanilaras memutar tubuhnya untuk mengecoh pergerakan dari Aji.

Suara benturan tombak dan pedang bulan yang memekakkan telinga dan kedua pengikut Aji terbelalak menyaksikan perlawanan Kanilaras, selama ini belum pernah mereka berdua melihat pendekar wanita mampu bertahan menerima serangan dari sang ketua.

Berkali-kali Kanilaras menghindar dari serangan Aji—ketua perompak itu masih menyerang dengan sangat cepat. Membuat Kanilaras sedikit kewalahan menghadapinya, apa lagi saat ini Kanilaras sedang kelelahan akibat dari perjalanannya tadi.

“Argh ...!” Kanilaras mengerang kesakitan karena lengannya tergores oleh tombak merah milik Aji.

Sekejap mata darah Kanilaras mengalir, mendapat goresan di lengannya yang membuat dia bersandar di salah satu pohon sambil memegangi luka yang terus mengeluarkan darah. Melihat itupun, Aji memanfaatkan situasi untuk melumpuhkan Kanilaras. Namun, lagi-lagi Kanilaras masih bisa menghindar dari serangan Aji—pemimpin perampok tombak merah.

Gadis muda itu mulai merasakan hal aneh pada tubuhnya dia merasa sangat pusing dan lemas, wajah cerahnya pun berubah menjadi pucat disertai keringat dingin terus keluar dari tubuhnya. Kedua kaki jenjangnya mulai goyah dan hilang keseimbangan, hanya pedan bulan yang menjadi tumpuannya untuk tetap berdiri.

“Ha-ha-ha ... racun itu sudah mulai menyebar di seluruh tubuhmu! menyerahlah dan serahkan pedangmu itu kepadaku,” tukas Aji dengan sombongnya.

“Tidak akan aku biarkan siapapun menyentuh pedang ini! Apalagi dengan tangan kotormu itu!” bentak Kanilaras dengan sekuat tenaga.

“Kurang Ajar!” Aji kembali maju menyerang gadis yang berdiri sempoyongan di hadapannya.

Merasa sudah tidak mampu menahan serangan Aji lagi, Kanilaras berusaha mencari celah untuk kabur. Kedua matanya melirik ke sana kemari mencari kuda yang dia tunggangi tadi, tapi entah ke mana perginya kuda tersebut. Dengan tenaga yang tersisa Kanilaras menyerang balik Aji, hal itu membuat Aji terkejut karena dia tidak menyangka akan diserang balik oleh Kanilaras, karena selama ini tidak satupun orang yang mampu berdiri ketika terkena tombaknya.

Apa racun tombakku sudah tidak berfungsi? Tapi, mana mungkin! Tadi pagi tombak ini sudah memakan korban, gerutunya dalam hati.

Disela tanyanya dalam hati Aji kembali menghunuskan tombaknya ke arah lawannya—pendekar wanita berparas cantik dan bertubuh molek. Dengan lihai Kanilaras mengayunkan pedangnya hingga mengenai paha kiri Aji, saat itulah Kanilaras memanfaatkan kelengahan lawannya, lalu dengan keras dia menendang perut Aji hingga pria itu jatuh tersungkur.

Dengan langkah kaki yang tertatih Kanilaras berlari sambil terus memegangi lengannya yang terluka, rupanya Aji dan anak buahnya tidak menyerah mereka masih mengejar Kanilaras hingga ke sebuah jurang yang membuat langkah Kanilaras terhenti.

“Cepat kau serahkan pedang itu!” tukas Aji dengan kedua mata yang melotot.

Tidak ada pilihan lain lagi, aku harus terjun kebawah! Kanilaras melirik ke bawah sana.

"Gadis bodoh, cepat serahkan pedangmu!" perintah Aji dengan suara yang sangat lantang.

“Cih, lebih baik aku mati bersama pedang ini! Dari pada harus menyerahkan pedang ini kepada kalian,” seru Kanilaras, tampak lengkungan di bibirnya yang membuat Aji jengkel.

“Dasar wanita sialan. Cepat serahkan pedang itu padaku!” pekik Aji seraya maju mendekati Kanilaras.

Lagi-lagi Kanilaras tersenyum jahat melihat raut wajah Aji. Dengan detak jantung yang tidak beraturan dia mengumpulkan keberanian untuk terjun ke jurang itu. Aji dan anak buahnya terus melangkah maju mendekati Kanilaras yang perlahan-lahan mulai melangkah mundur sambil sesekali menoleh ke belakang.

Kanilaras menghentikan langkahnya sambil tersenyum dan menatap tajam ke araah Aji. Gadis itu membalikkan badannya dan langsung menerjunkan tubuhnya ke jurang itu tanpa mengetahui arus sungai yang ada di bawahnya. Benar saja tubuh Kanilaras hanyut terbawa aliran sungai yang cukup deras.

“Kurang ajar! Dia memilih mati dari pada menyerahkan pedang itu,” tutur Aji sangat kesal.

“Sabar ketua, lagi pula kita tidak bisa menemukan mayatnya walau di cari sekalipun,” ucap salah satu anak buah yang melihat dari atas jurang.

Benar, siapapun yang hanyut di kali Brantas itu akan hanyut dan hilang begitu saja. Putri Kanilaras hanyut terbawa derasnya arus sungai dan racun yang di tubuhnya mulai menjalar merasuk ke dalam aliran darahnya.

Keparat, kenapa tubuh ini mati rasa seperti ini? Jika terus begini aku akan mati sia-sia tanpa bisa membalas dendam pada iblis itu, geram Kanilaras di batinnya.

Tangannya yang lemas berusaha mengeratkan tali yang mengikat pusaka turun temurun yang diberikan ayahnya. Belum selesai mengeratkan tali kesadaran Kanilaras menghilang begitu saja dan kepalanya terbentur batu di tengah kali Brantas.

Terpopuler

Comments

Yuna DR¹

Yuna DR¹

kasian kamu kalisha ,semoga bisa selamat nya

2023-03-31

1

Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ

Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ

Mungkin memang masih harus banyak berlatih

2023-03-31

1

Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ

Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ

yah kok gitu, ayo Laras masak kalah

2023-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!