Kesalahan Fatal

Maheswari menatap tajam Kanilaras, wanita paru baya tersebut memperhatikan keadaan sekitar Kanilaras. Dia takut ada seseorang atau makhluk lain yang mencoba mengganggu tapa kalong yang saat ini dilakukan gadis cantik yang dia angkat sendiri sebagai murid—akan mewarisi seluruh ilmu kanuragan yang dia miliki.

Jangan hiraukan suara itu, Laras. Konsentrasi saja pada tapamu! sergahnya keras kepala, tidak mau membuang waktu Kanilaras kembali memejamkan matanya.

"Apa yang mengganggu pikiran gadis itu?" Mendengus kesal akan pergerakan tidak penting Kanilaras.

Maheswari masih mengawasi Kanilaras dari kejauhan, selain memastikan keselamatan Kanilaras dia memantau kepatuhan gadis muda yang kini telah menjadi muridnya.

Suara gemericik air sungai mengalahkan rasa penantian yang Kanilaras rasakan, tanpa dia sadari tapa kalong yang Kanilaras lakukan selama 3 hati kini telah berakhir. Maheswari menyuruh muridnya turun dari pohon tersebut. Perintah Mahendra membuat Gadis muda yang memiliki tanda lahir di bahunya itu ragu dan takut untuk mengikuti perintah sang guru.

“Jangan takut! Tubuhmu itu ringan melebihi kapas,” pekik Maheswari yang berdiri di bawah pohon randu.

Perlahan Kanilaras melebarkan kedua kakinya dan melompat ke udara, dengan dua kali putaran gadis itu berpijar di atas batu besar di sebelah Maheswari.

“Sudah aku duga kalau kau itu memiliki ilmu, walau cetek!” ucap Maheswari, Kanilaras hanya tertunduk mendengar perkataan gurunya.

“Terima kasih, Guru telah mengangkat ku sebagai murid.”

“Hmm, cepat pulang dan tidurlah lebih awal! Besok kau harus menerima ilmuku lagi,” perintah Maheswari kepada muridnya.

...****************...

Desiran angin pagi seakan menjelma menjadi belati yang sangat tajam—menusuk kulit dan menembus daging sampai ke tulang, hal itu membuat Kanilaras terbangun dari tidurnya yang lelap. Sepasang matanya menatap cakrawala yang memancarkan cahaya kuning yang sangat indah.

Samar-samar telinganya mendengar suara yang begitu familier memanggil namanya, gurunya—Maheswari menyerukan nama muridnya dengan suara mendayu bagai gemerciknya air hujan yang jatuh di atas sungai.

Bergegas Kanilaras keluar menghampiri Maheswari yang telah berdiri tegap di atas pohon beringin. Sang guru memerintahkannya untuk bertapa kembali. Tapanya kali ini di dalam air, tujuannya untuk melatih daya tahan tubuh Kanilaras. Selama bertapa Kanilaras di larang beranjak dari sana walau apa pun yang terjadi.

“Ingat, jangan pernah kau keluar dari air!” titahnya sambil memetik daun untuk ramuan.

Selain berilmu tinggi Maheswari memiliki keahlian lain, yakni meracik obat penangkal racun.

Matahari semakin menyingsing tinggi tepat di atas kepala. Namun, tapa yang Kanilaras lakukan masih belum selesai dan Maheswari juga tidak memerintahkan Kanilaras untuk berhenti, bahkan secara tiba-tiba wanita paruh baya itu menyerang muridnya dengan tongkat kayu yang selama ini menuntunnya ke mana pun dia pergi.

Mendapat serangan mendadak Kanilaras tidak tinggal diam dia melawan, awalnya dia merasa kesulitan dan kewalahan menerima pukulan dari sang guru.

Apa-apaan ini? Kenapa guru menyerang ku? tanyanya lirih di dalam sana.

Kanilaras tidak menyerah dia terus menangkis dan membalas pukulan Maheswari dengan ilmu yang dia dapat dari gurunya di istana, tetapi ilmu yang dia miliki tidak mampu mengalahkan Maheswari. Pada akhirnya gadis muda tersebut tersungkur ke dalam sungai hingga hilang kesadaran.

“Aku sudah keterlaluan terhadapnya,” gumamnya lirih.

Diangkatnya tubuh Kanilaras dan di baringkan di atas batu, cukup tiga totokkan membangunkan Kanilaras dari pingsannya.

“Maaf ... maafkan aku yang terlalu keras mengajarimu,” tutur Maheswari.

“Tidak apa-apa Guru. 'Toh itu demi kebaikanku,” sahut Kanilaras di sela senyuman tipisnya.

“Beristirahatlah! setelah ini akan aku ajari kau ilmu kembang bayangan,” perintahnya dengan ekspresi wajah yang datar.

Kanilaras tersenyum seraya menganggukkan kepala, setelah lama beristirahat. Maheswari meneriaki Kanilaras, dengan cepat dia berlari menghampiri gurunya di atas bukit. Gadis itu belajar jurus kembang bayangan yang di miliki Maheswari, dari gerakan ringan yang dilakukan oleh mereka sampai dengan puncak penurunan ilmu tersebut.

Kanilaras menggerakkan pinggulnya beberapa kali dan dibarengi dengan gerakan tangan yang memutar lembut, tiba-tiba tubuh gadis itu melayang ke udara sampai melampaui pohon palem. Kedua tangannya mengembuskan angin untuk memetik bunga dan dilemparkan bunga tersebut ke sembarang arah, puluhan bunga itu melayang dan menyelinap di antara burung yang beterbangan.

Secepat kilat bunga-bunga itu menghancurkan batu besar yang ada di air terjun dan bunga yang lainnya membentur ke pohon, seketika pohon besar itu terbelah dua.

Gadis tersebut tersenyum dan dia berdiri di atas daun, dengan mata mendelik dia melihat seorang wanita yang sedang dikejar beberapa lelaki. Melihat kejadian tersebut Kanilaras turun menghampiri wanita itu.

“Siapa kau? Jangan sok jagoan!” tegur salah satu bandit dengan suara tinggi.

“Cecunguk macam kalian tak pantas hidup di muka bumi ini,” hina Kanilaras dan kedua bola matanya mendelik.

“Kurang ajar, cepat serang dia!” teriak pemimpin bandit.

“Majulah kalian semua!” pekik Kanilaras dengan mata yang membulat.

Keempat pria tersebut maju dan menyerang Kanilaras dengan pedang. Dengan tangkasnya gadis itu menangkis semua pukulan dari mereka. Kanilaras tidak menyerang dengan sungguh-sungguh dia hanya menghindar dari semua serangan, sampai semua pria itu kelelahan. Saat Kanilaras mengangkat kedua tangannya para bandit tersebut bersujud memohon ampunan.

“T-tolong ampuni kami Nyai! jangan bunuh kami.” Kedua tangan mereka semua menyatu meminta pengampunan.

“Pergilah, jangan muncul di hadapanku lagi! Ingat ... jangan berbuat hal semacam ini lagi,” ujar Kanilaras dengan mata yang melotot.

Keempat bandit lari terbirit-birit. Sedangkan Kanilaras menghampiri wanita yang di kejar-kejar tadi, dengan seulas senyuman manis dia menyapa wanita itu dan melontarkan beberapa pertanyaan. Korban bandit itu bercerita seraya menangis sesenggukan.

Lasmini—wanita yang diselamatkan oleh Kanilaras, dia anak Adipati Sarga yang berasal dari kerajaan Malka. Ayah, ibu beserta keluarganya yang lain dibunuh oleh perampok, sehingga Lasmini pergi dari tanah kelahirannya menuju Desa Peramban mencari pamannya untuk meminta bantuan.

Namun, sayangnya saat Lasmini memasuki wilayah tersebut. Dia di kejar-kejar oleh gerombolan bandit tadi, sampai masuk ke dalam hutan tempat di mana Kanilaras berada saat ini.

“Lantas, di mana rumah pamanmu itu?” tanya Kanilaras penasaran.

“A-ku tidak tahu di mana rumah pamanku. Dulu aku kemari masih kecil dan banyak perubahan saat ini,” jawab Lasmini dengan isak tangis.

“Bagaimana kau akan menjumpai pamanmu? Jika letak rumahnya saja kau tidak tahu,” pungkas Kanilaras.

Lasmini hanya terdiam tanpa mengeluarkan kata sedikitpun. Kanilaras meraih tangan Lasmini dan diajaknya wanita itu pulang ke rumah gurunya, Sesampainya merek di sana terlihat wajah Maheswari yang tampak marah.

Melihat pemandangan tersebut Kanilaras merasa bingung, karena selama dia tinggal bersama Maheswari belum pernah dia melihat ekspresi sang guru seperti itu.

Dengan nada tinggi Maheswari bertanya, “Kenapa kau bawa wanita iblis itu kemari?”

Kanilaras bingung dengan ucapan sang guru, dengan senyuman tipis Kanilaras menghampiri gurunya.

“Dia seorang gadis biasa Guru. Nyawanya tadi terancam dan terpaksa aku bawa dia kemari,” kata Kanilaras kalem.

Wanita yang ditolong Kanilaras memasang wajah khawatir dan berusaha meyakinkan Maheswari.

“Tolong bantu saya, Nyai!” ucapnya lirih, tercetak jelas gurat kekhawatiran di wajah wanita itu.

“Wanita iblis macam dirimu sebaiknya mati!” tutur Maheswari dengan amarah yang berkobar.

Terpopuler

Comments

Yuna DR¹

Yuna DR¹

semangat Risa kamu pasti bisa ,jangan menyerah

2023-03-31

1

Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ

Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ

familiar kali Thor, familier mah mumet ✌️

2023-03-31

1

༺T͢aᷞ͢nᷝ͢nᷪ͢eᷟ͢a͢༻㊍㊍

༺T͢aᷞ͢nᷝ͢nᷪ͢eᷟ͢a͢༻㊍㊍

siapa sih lasmini pasti ada hubungannya sama masalalu guru maheswari smpe guru marah besar

2023-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!