Pencarian Pedang Naga

Putri Kanilaras perlahan melangkahkan kakinya mendekati semak belukar yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan kewaspadaan yang tinggi Putri Kanilaras menghunuskan pedangnya pada semak belukar yang terus bergoyang, ketika dia semakin dekat seekor kelinci melompat dari sana.

"Rupanya itu kamu, Petak. Aku pikir musuhku," kata Kanilaras yang menggendong kelinci peliharaannya yang selamat dari tragedi semalam.

Lalu siapa yang berbisik tadi? Tidak mungkin aku berkhayal, gumam Kanilaras dalam hati.

...****************...

Pagi ini tidak seperti pagi yang biasanya, yang di dengar telinga Kanilaras bukanlah kicauan burung, melainkan suara-suara sendu diiringi rima kepedihan. Jika dulu keluar pintu istana akan bertemu bunga maka hari ini akan bertemu duka. Hati Kanilaras masih sangat terpukul dan tidak terima, tapi putri dari Raja Daneswara itu harus bangkit untuk memenuhi wasiat sang ayah.

Kanilaras bersiap-siap untuk pergi mengembara demi melaksanakan pesan Ayahandanya, untuk mencari pasangan dari pedang Bulan yaitu pedang Naga yang saat ini di percayai oleh sebagian orang hanyalah sebuah legenda. Namun, ada juga yang berusaha mencari informasi tentang keberadaan pedang Naga tersebut.

Sebelum Putri Kanilaras meninggalkan tanah kelahirannya, dia pergi ke makam kedua orang tuanya untuk meminta restu sekaligus berpamitan, dengan raut wajah yang sendu Putri Kanilaras pergi menaiki kudanya.

Ayahanda, Ibunda, Laras pergi dulu. Suatu saat nanti, Laras pasti akan kembali ke sini dengan membawa pedang Naga tersebut. Laras berjanji akan menjaga pedang ini walau nyawa jadi taruhannya! batin Kanilaras seraya mengusap kedua kelopak mata indahnya.

Kanilaras keluar dari puing-puing istananya, sesekali dia memandangi runtuhan istana itu dan meneteskan air mata. Masih segar diingatan bayangan kejadian malam itu, tersimpan dendam dan amarah kepada Raja Gendra yang telah membunuh kedua orang tuanya serta menghancurkan kerajaan yang dia bangga-banggakan.

“Tunggu pembalasanku Raja Gendra! aku akan membalas perbuatanmu itu, setelah aku berhasil menemukan Pedang Naga untuk membinasakan mu!” gumam Kanilaras saat menaiki kudanya.

Putri Kanilaras menunggangi kudanya yang berlari cepat masuk kedalam hutan, karena banyaknya akar pohon besar di tanah Putri Kanilaras memutuskan untuk turun dan menuntun kudanya, Putri Kanilaras berjalan hingga menemukan sebuah pohon besar.

“Aku akan beristirahat di sini terlebih dahulu,” ucapnya lirih sambil mengikat kudanya di batang pohon kecil tidak jauh darinya.

Kanilaras duduk bersandar di bawah pohon itu sambil memejamkan mata. Namun, istirahatnya terganggu oleh suara segerombolan orang yang sedang tertawa.

“Ketua sepertinya kita akan berpesta malam ini. Lihatlah gadis itu dan sepertinya dia bukan dari golongan rakyat biasa, pasti dia memiliki banyak kepingan emas,” ungkap salah satu dari mereka.

Walau kelopak matanya terkatup rapat Kanilaras dapat mendengar pembicaraan mereka. Rupanya ketiga pria itu adalah perampok yang mendiami hutan ini.

Kanilaras membuka matanya dan berdiri membereskan barang bawaannya, belum sempat Kanilaras menaiki kuda dia sudah dihadang oleh orang-orang itu.

“Mau kemana gadis cantik? bermalam dan berpestalah bersama kami di sini,” ucap salah satu perampok itu.

“Mau apa kalian?” bentak Kanilaras.

“Jarang sekali aku melihat ada gadis cantik sendirian di hutan ini,” katanya sambil berusaha memegang rambut Kanilaras.

“Jangan kurang ajar! Siapa kalian?” bentak Kanilaras menghindari sentuhan mereka dengan cepat.

“Ha-ha-ha ... aku siapa itu tidak penting. Aku ingin kau menurut dan serahkan semua harta yang kau punya, termasuk tubuh indahmu itu!” sahut Aji sambil terus menggoda Kanilaras.

Mereka adalah perampok tombak merah yang terkenal dengan perlakuan kejinya terhadap siapapun yang melintas ataupun berpapasan dengan mereka. Tombak merah juga tidak pandang bulu dalam melakukan aksinya jika ada yang melawan, mereka tidak akan segan-segan untuk membunuh.

Tombak merah juga terkenal dengan senjata tombaknya yang memiliki racun mematikan dan sampai saat ini belum ada yang bisa menaklukkan kelompok perampok tombak merah tersebut.

Kanilaras menepis tangan dari Aji yang hendak menyentuh lengan mulusnya.

“Kurang ajar! Beraninya kau melawanku. Kalian tangkap wanita itu dan seret dia ke kediamanku!” perintah Aji kepada dua anak buahnya.

“Baik ketua!” seru kedua anak buahnya yang berwajah sangar.

Kanilaras mundur perlahan berusaha untuk meraih pelana kudanya, tetapi gerak tubuh Kanilaras kalah cepat. Salah satu tangannya di tarik oleh perampok itu.

“Lepas!" bentak Kanilaras dengan mata yang melotot, "kalian jangan macam-macam denganku!” acamnya memberi peringatan.

“Ha-ha-ha ... memangnya kamu bisa apa gadis manis? Mari kita bersenang-senang.” Perampok itu berusaha memeluk Kanilaras.

Namun, tangan Gendro ditendang Kanilaras sehingga dia jatuh tersungkur. Alih-alih membantu Kendil malah mentertawakan temannya yang gagal menyentuh wanita yang ada di hadapannya.

“Pergi dari hadapanku!” pekik Kanilaras seraya memalingkan wajahnya.

Gendro bangkit dan menarik paksa putri dari kerajaan Kastara. Dengan sigapnya Kanilaras menyikut wajah kedua perampok itu.

“Argh ...!” jerit kesakitan Gendro dan Kendil membuat Aji menaikan sebelah alisnya.

“Kurang ajar! Jangan kau pikir kau wanita, kami akan lemah lembut terhadapmu!” pekik Kendil dan kedua perampok tersebut mulai menyerang kembali Kanilaras.

Walau gadis itu terlihat masih sangat muda tapi dia memiki seni bela diri yang mumpuni. Banyak tekhnik bela diri yang dikuasainya, baginya sangat mudah untuk menghadapi kedua perampok itu. Pukulan demi pukulan diterima Gendro dan juga Kendil.

Dua orang tersebut tidak mampu menyentuh sehelai rambut dari Kanilaras, hingga mereka terduduk di tanah karena tidak mampu lagi melawan putri Raja Daneswara.

Melihat hal itu, Aji sang ketua perampok pun akhirnya turun tangan.

“Rupanya kau lumayan juga. Kita lihat, apa kau bisa menghadapi aku!” Aji mengacungkan tombak beracunnya ke arah Kanilaras.

“Kau jangan meremehkan aku, bedebah!” Kanilaras mengeluarkan Pedang Bulan yang berada di belakang punggungnya.

Saat Pedang Bulan dikeluarkan dari sarungnya, mata Aji terbelalak melihat penampakan pedang Bulan. Terlihat ukiran-ukiran indah yang tidak dimiliki oleh pedang lain, serta kilauannya sangat terpancar membuat Aji sangat ingin memilikinya.

“Rupanya kau memiliki barang bagus. Aku tidak salah memilih mangsa hari ini,” ucap Aji menyeringai.

Aji menghunuskan tombaknya ke arah Kanilaras, ketua perompak itu bukanlah orang sembarangan. Dia terkenal sangat kejam dan memiliki ilmu kanuragan yang cukup tinggi.

Kanilaras mengangkat kedua tangannya dan berlari menghadapi ketua perampok yang telah mengganggunya. Sedangkan Aji masih berdiri santai dengan senyumnya yang menyimpan banyak misteri.

Sorot mata yang sendu kini berubah menajam, sangking tajamnya tatapan itu mengalahkan sorot mata elang yang menukik mengancam mangsanya. Pedang bulan dan juga tombak merah beradu sampai lengkingan pusaka itu memekakkan telinga, Lagi-lagi Aji menyeringai saat menatap Kanilaras yang menegang.

"Menyerah saja cah ayu! Kau itu bukan lawanku," tutur Aji penuh percaya diri.

"Cih, lebih baik aku mati dari pada disentuh olehmu!" cemooh Kanilaras.

Mendengar cemoohan Kanilaras, amarah Aji memuncak. Tangannya semkin erat menggenggam tombak itu dan diputar tombaknya sampai ujung tombak merah menghunus ke leher Kanilaras.

Terpopuler

Comments

Yuna DR¹

Yuna DR¹

ayok kalisha kalah kan mereka

2023-03-31

1

Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ

Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ

belum tahu dia siapa Laras

2023-03-31

1

༺T͢aᷞ͢nᷝ͢nᷪ͢eᷟ͢a͢༻㊍㊍

༺T͢aᷞ͢nᷝ͢nᷪ͢eᷟ͢a͢༻㊍㊍

semoga ada org yg membantu laras secepatnya kasian sendirian 🙄🙄🙄

2023-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!