Arimbi

Alingga berbalik menatap junjungannya dengan tatapan penuh tanya, “Ada apa paduka? Apakah ada sesuatu yang berbahaya?”

“Jangan sampai kamu menginjak ilalang hitam itu! Jika kau menginjaknya tubuhmu akan hancur menjadi abu,” tutur Raja Gendra.

Segera Alingga mundur. Raja Gendra pun mengeluarkan pedangnya dan menebaskan kearah ilalang hitam itu, dengan ajaib ilalang itu seperti menajuh hingga terbentuk sebuah jalan setapak menuju ke susunan batu besar yang da di tengah padang ilalang.

“Kalian tetap disini! Alingga kau ikut denganku dan bawa kedua gadis itu!” perintah Raha Gendra tegas.

“Baik Paduka!”

Alingga menyeret kedua gadis itu dengan paksa, karena tangan dan mulut mereka ditutup agar tidak bisa berbuat apa pun.

Gendra dan Alingga berjalan menuju batu besar itu, saat mereka masuk seketika ilalang yang berada di belakang mereka menutup kembali.

“Paduka ilalang hitam ini menutup jalan kita,” kata Alingga panik.

“Jangan panik terus saja berjalan!” tukasnya dengan gerak yang pasti tanpa ragu

“Baik paduka," sahut Alingga mengekor di belakang sang raja.

Raja Gendra dan Alingga pun sampai di lingkaran batu tersebut, Alingga kembali kaget karena di tengah jejeran batu itu terdapat rumput yang hijau tidak seperti di sekitarnya yang penuh dengan ilalang hitam.

“Ha-ha-ha… selangkah lagi aku akan membangkitkan mu!” ucap Raja Gendra penuh semangat.

Mereka berjalan ke tengah rerumputan hijau itu, Raja Gendra menancapkan pedangnya ke tanah. Seketika langit yang tadinya cerah berubah menjadi mendung disertai angin kencang.

Raja Gendra mengangkat kedua tangannya mengarahkan telapak tangan itu ke atas.

Kilatan cahaya memancar ke setiap batu dan mengalir ke pedang Raja Gendra, membentuk sebuah pola cahaya aneh di tanah, rumput yang tadinya hijau sekarang berubah menjadi hitam.

Tanah mulai bergetar, angin berembus semakin kencang. Beberapa pohon yang ada di sekitar tumbang dan para pengawal juga ikut tumbang, rumput ilalang hitam itu juga layu dan mati.

Para gadis yang akan dijadikan persembahan mulai ketakutan melihat fenomena mengerikan di depan mata mereka, salah satunya berusaha berontak dan memohon agar di lepaskan.

“Paduka hamba mohon lepaskan hamba, apa salah hamba?" Gadis itu terisak dengan tubuh yang gemetar.

“Diam kau! sebentar lagi Paduka Raja Gendra akan menjadi orang yang tak terkalahkan di muka bumi ini." Alingga tertawa bangga melihat keberhasilan rajanya.

“Hamba mohon jangan sakiti hamba Paduka.”

Tamparan keras tangan Alingga mendarat ke pipi gadis itu, hingga dia tersungkur dan tidak sadarkan diri.

Simbol-simbol cahaya mulai bersatu membentuk sebuah lingkaran, tanah di sekitarnya bergetar hebat hingga membuat suara gemuruh seisi lembah. Tiba-tiba saja tanah yang berada di dalam lingkaran cahaya tersebut runtuh membentuk sebuah lubang besar.

Raja Gendra perlahan berjalan mendekati lubang tersebut.

“Ha-ha-ha ... rupanya memang benar apa yang diceritakan petapa tua itu. Alingga seret kedua gadis itu untuk ikut bersamaku!” titah Raja Gendra penuh kebanggaan.

“Baik Paduka, tapi hamba harus membuat obor terlebih dahulu sepertinya di bawah sana sangat gelap,” sahut Alingga sambil menyeret kedua gadis itu.

Dengan tertatih kedua gadis itu terpaksa mengikuti perintah dari Alingga, mereka terlihat pasrah dengan berlinang air mata.

Sebelum masuk Alingga membuat sebuah obor untuk penerangan sang raja, Alingga mengeluarkan serbuk getah pohon damar yang sengaja dibawanya dari istana yang biasa dipakai untuk menyalakan obor untuk penerangan di luar istana.

Alingga mulai meniupnya, hanya dengan sekali tiupan dari mulut Alingga serbuk damar itu langsung terbakar. Alingga membaluri ujung dahan pohon dengan damar yang telah terbakar dan meniupnya kembali dengan sekejap obor buatan Alingga menyala, lantas dia memberikan obor itu kepada sang raja.

“Bagus kau memang selalu bisa di andalkan Alingga,” ujar Raja Gendra yang saat ini mendahului perjalanan mereka.

“Hamba merasa tersanjung atas pujian paduka,” balas Alingga dan tersenyum tipis.

Raja Gendra mulai melihat kearah dalam lubang tersebut dengan obor rupanya di dalam sana terdapat sejumlah anak tangga, tanpa pikir panjang Raja Gendra menuruni anak tangga tersebut disusul oleh Alingga dan para gadis untuk persembahan.

Suasana di dalam sangat lembab dan juga gelap, mereka terus menyusuri anak tangga hingga mereka sampai di sebuah ruangan yang sangat luas penuh dengan ukiran-ukiran aneh serta sebuah singgasana. Di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah altar yang terbuat dari batu dengan ukiran-ukiran yang tidak pernah mereka temui.

“Alingga bawa dia kemari!” perintah Raja Gendra sambil menunjuk salah satu gadis itu.

“Ayo jalan!” Alingga menyeret gadis yang diminta rajanya.

“Paduka jangan sakiti hamba. Hamba mohon!” ucapnya sambil menangis.

Raja Gendra memukul tengkuk gadis itu hingga gadis itu pingsan.

“Ambil darahnya, tampung di mangkuk itu sampai penuh!" titah Raja Gendra seraya menunjuk mangkuk perunggu yang ada di tengah altar.

“Baik Paduka!" Alingga berjalan mengambil mangkok yang dimaksud junjungannya—Raja Gendra.

Panglima perang terbesar menghunuskan belati ke leher gadis persembahan. Perlahan darah segar mengalir memenuhi mangkuk perunggu itu, Raja Gendra kemudian mendatangi gadis yang masih tersadar tersebut dan menyeretnya.

“Jangan Paduka hamba mohon lepaskan hamba,” cicitnya sambil terus menangis.

“Sayang sekali kau harus aku korbankan gadis cantik,” tuturnya merayu.

Lagi-lagi Raja Gendra memukul tengkuk gadis bertubuh kecil itu hingga tersungkur dan tidak sadarkan diri. Raja Gendra melepas ikatan yang ada di tangan dan membaringkannya di atas altar batu.

“Paduka kenapa gadis yang satunya lagi di letakkan di sana?” Netra Alingga menatap serius gadis yang tengah terbaring lemah.

“Di situlah tempat jiwa Ratu Kegelapan di kunci, aku hanya butuh darah dan tubuh mereka untuk menyempurnakan jiwanya. Kita tinggal menunggu munculnya gerhana bulan malam ini," ungkap Raja Gendra pada panglima perangnya—Alingga.

“Tapi bagaimana kita mengetahui terjadinya gerhana bulan sementara kita berada di dalam paduka?” pungkas Alingga seraya menelisik tubuh gadis yang terbaring lemah di atas altar.

Walau hatinya sudah mati, tapi dia masih memiliki keprihatinan.

“Mengetahui gerhana bulan itu perkara yang sangat mudah." Seringai bagai singa yang mengawasi mangsanya.

Raja Gendra menaiki altar batu itu dan berdiri di atasnya, Raja Gendra mengeluarkan jurus tapak Mustika miliknya, dan mengarahkan telapak tangannya ke atas langit-langit yang di penuhi berbatuan.

Suara gemuruh serta retakan-retakan tanah mulai terasa, berbatuan yang ada di atas satu persatu berjatuhan.

Samar-samar terdengar suara retakan dinding dan langit-langit goa. Tanah hingga pepohonan yang berada di atasnya pun perlahan terangkat hanya dengan kekuatan satu tangan Raja Gendra, Alingga hanya bisa terperangah melihat kekuatan dari raja yang di agung-agungkannya.

Raja Gendra mengeluarkan kekuatan tenaga dalamnya untuk meleburkan apa yang ada di atasnya, seketika langit-langit yang tadinya berupa batuan dan tanah kini sudah menghilang. Yang terlihat sekarang adalah hamparan langit yang sesungguhnya.

Rupanya langit sudah mulai gelap bulan juga terlihat jelas berada tepat di atas kepala mereka.

"Lihatlah Alingga ini hari keberuntunganku semesta seakan mendukungku,” Raja Gendra tertawa senang.

“Benar sekali Paduka, sekarang bulan penuh berada tepat di atas kita. kita hanya perlu menunggu saja, Paduka!” sahut Alingga bangga.

“Lihatlah sepertinya bulan akan segera menutup Alingga, berikan darah gadis itu kepadaku. Aku akan memulai ritual,” ujarnya seraya menadahkan tangan.

Alingga mengambil mangkuk yang telah penuh dengan darah dan menyerahkannya kepada Raja Gendra.

Sang raja berdiri di atas gadis itu sambil menyiramkan darah tersebut ke seluruh tubuh sesembahannya. Raja Gendra mengeluarkan pedang dan menghunuskan tepat di perut gadis tersebut; menusuknya sampai menembus ke punggung.

Kedua darah gadis itu menjadi satu membasahi seluruh altar batu. Raja Gendra mencabut pedangnya dan turun dari altar tersebut.

Raja Gendra melihat kearah langit dan bulan telah tertutup setengahnya, Raja Gendra mengangkat kedua tangannya kearah bulan.

“Wahai kau penutup cahaya bulan, pemancar kegelapan semesta berikan aku kekuatanmu untuk membangkitkan Ratumu!” teriak Raja Gendra.

Seketika seisi lembah menjadi gelap gulita, angin berembus kencang sampai memadamkan obor yang dinyalakan oleh Alingga. Melihat hal tersebut Alingga berusaha menyalakannya kembali. Namun, tidak berhasil seakan-akan tidak mengizinkan sedikit cahaya pun terlihat hanya kegelapan yang menyelimuti mereka.

“A-apa yang terjadi? K-kenapa kekuatanku tidak berfungsi!” ucap Alingga panik.

“Malam ini yang terang akan hilang tertutup oleh kegelapan,” sahut Raja Gendra dengan suara datar.

Merasa bingung dengan ucapan Gendra Alingga hanya terdiam dalam kegelapan.

Suara gemuruh mulai terdengar, seisi lembah berguncang hebat membuat Alingga beberapa kali terjatuh, tanah di sekitar lembah mulai terbelah hingga ada yang longsor menuju pemukiman penduduk.

Hingga sampai saat di mana bulan menutup sempurna dan berada tepat di atas altar, cahaya merah tiba-tiba muncul dari langit memancar lurus ke arah altar dengan seorang gadis tergeletak di atasnya, cahaya itu masuk menembus altar batu hingga membuat guncangan hebat untuk ke sekian kalinya.

Dinding di sekitar ruangan itu mulai bergerak, beberapa anak tangga juga tertimpa tanah dari atas, Alingga dengan sigap mendatangi Raja Gendra.

“Paduka kita harus segera keluar dari sini! Tempat ini akan runtuh!” ucap Alingga.

Terpopuler

Comments

@ᵃˢʳʏ ᵛᵃʳᴍᴇʟʟᴏᴡ🐬

@ᵃˢʳʏ ᵛᵃʳᴍᴇʟʟᴏᴡ🐬

rasakan kalian harus merasakan itu sangat pantas buat kalian ,iih kesel bngt dah

2023-04-01

0

Yuna

Yuna

jahat kenapa harus darah 2 gadis sih,kan bisa ditukar dengan yang lain

2023-03-31

1

༺T͢aᷞ͢nᷝ͢nᷪ͢eᷟ͢a͢༻㊍㊍

༺T͢aᷞ͢nᷝ͢nᷪ͢eᷟ͢a͢༻㊍㊍

ngeri sadis nya 😱😱😱

2023-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!