Benar-benar Bangkit

Suara gemuruh mulai terdengar, seisi lembah berguncang hebat membuat Alingga beberapa kali terjatuh, tanah di sekitar lembah mulai terbelah hingga ada yang longsor menuju pemukiman penduduk.

Hingga sampai saat di mana bulan menutup sempurna dan berada tepat di atas altar, cahaya merah tiba-tiba muncul dari langit memancar lurus ke arah altar dengan seorang gadis tergeletak di atasnya. Cahaya itu masuk menembus altar batu hingga membuat guncangan hebat untuk ke sekian kalinya.

Dinding di sekitar ruangan itu mulai bergerak, beberapa anak tangga juga tertimpa tanah dari atas, Alingga dengan sigap mendatangi Raja Gendra.

“Paduka kita harus segera keluar dari sini! Tempat ini akan runtuh," ucap Alingga panik, netra pria berpakaian perang itu menelisik semua sudut goa.

“Kita tidak bisa pergi sebelum dia bangkit!” ucap Raja Gendra yang tetap berdiri tegap memperhatikan sekitar altar.

Cahaya merah yang sedari tadi menembus altar kini telah menghilang. Cahaya itu berpindah ke tubuh gadis yang dijadikan persembahan, tubuhnya dipenuhi sinar merah. Darah di sekitar altar pun bergerak diserap masuk ke dalam tubuhnya.

Secara tiba-tiba tubuh gadis itu terangkat sampai mencapai batas goa tersebut dan luka yang ditimbulkan oleh pedang Raja Gendra pun ikut menghilang.

Perlahan jari-jari gadis itu bergerak, kepala yang tertunduk lemas pun mulai terangkat mengambang di udara.

“Ha-ha-ha ... kita berhasil Alingga. Kita telah berhasil!” Raja Gendra tertawa lepas melihat korban persembahannya bergerak.

Mata gadis itu pun terbuka. Secara perlahan dia turun dan duduk di atas altar, saat tubuh molek itu terduduk semua obor yang berada di sana menyala dengan sendirinya.

Dengan sorot mata yang tajam dia memandangi Raja Gendra sambil menyeringai lebar.

“Sungguh besar nyalimu membangunkan ku!" ucap Ratu Kegelapan dengan kontak mata yang terfokus dan tidak mengerjap.

"Ribuan tahun berlalu dan ribuan manusia pula berusaha membangunkan aku, tapi hanya kau yang berhasil” tukasnya penuh penekanan.

“Jika benar begitu, maka aku patut mendapatkan pujian!” sahut Raja Gendra penuh arogansi.

“Rupanya sekarang dunia ini di penuhi oleh manusia-manusia kotor! Aroma kebusukan tercium jelas darimu. Ha-ha-ha ... sungguh manusia-manusia bodoh yang haus akan kekuasaan,” ejeknya dengan mata yang memicingkan serta menatap penuh keseriusan.

“Kau jangan kurang ajar kepada Raja kami!” bentak Alingga yang tidak terima akan cibiran Ratu Kegelapan.

Mendengar perkataan Alingga, gadis jelmaan Ratu Kegelapan menjentikkan jarinya.

Tubuh Alingga yang besar kekar itu terangkat dan terlempar jauh dari tempatnya berdiri. Tubuh panglima perang Raja Gendra hancur menjadi enam bagian. Hanya satu jentikan jari saja bisa membuat lawan tewas—apa lagi jika dia beranjak dan menyerang dengan kedua tangannya, mungkin saja akan menghancurkan seisi alam ini.

“Alingga!" teriak Raja Gendra tidak percaya.

"Apa yang kau lakukan terhadap panglimaku?” Raja Gendra mengeluarkan pedangnya yang bersiap menyerang.

Secara mengejutkan gadis jelmaan Ratu Kegelapan itu berpindah tempat dengan sekejap ke samping Raja Gendra.

“Hmm ... rupanya pedang ini yang kau gunakan untuk membangkitkan aku.” Menggulirkan bola matanya menatap lekat pedang yang ada di tangan kanan Raja Gendra.

“K-kau bagaimana mungkin!” Raja Gendra terkejut mendapati gadis itu sudah berada di sampingnya.

“Sudahlah berhenti bermain-main! Apa tujuanmu?” ucapnya sambil melipat kedua tangan.

“Aku sudah berhasil membangkitkan mu, maka kau juga harus bersedia membantuku!” Raja Gendra memasukkan kembali pedangnya.

“Itu perkara mudah hanya dengan ujung jariku saja aku bisa membuat dunia dan seisinya hancur, lalu apa yang aku dapat?” Menaikan dagu seraya tersenyum penuh misteri.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Raja Gendra.

“Aku menyukai manusia sombong sepertimu," katanya jumawa, "buat orang-orang menyembah dan tunduk kepada ku! Setiap bulan purnama mereka harus memberikan persembahan untukku, bagaimana?” ujarnya dengan bibir tersenyum miring.

Tanpa berpikir panjang Raja Gendra mengiyakan usulan dar Ratu Kegelapan itu.

“Itu hal yang mudah bagiku, tapi kembalikan dulu panglima ku!” pinta Raja Gendra penuh penegasan.

“Untuk apa orang tidak berguna seperti dia?” tanya Arimbi dengan mata melirik tajam.

“Dia adalah hambaku yang setia. Hidup dan matinya ada di tanganku!” bentak Raja Gendra tanpa ras takut sedikitpun.

“Terkabulkan." Hanya kalimat itu yang di dengar Raja Gendra.

Arimbi kembali menjentikkan jarinya, lagi-lagi dia melihat cahaya merah menyelimuti tubuh Alingga yang hancur secara tidak masuk akal. Empat bagian tubuh Alingga terangkat ke udara secepat kilat tubuh panglima tersebut menyatu kembali seperti sedia kala. melihat hal itu pun Raja Gendra terperangah dibuatnya, belum pernah dia menyaksikan hal menakjubkan seperti ini.

“A-aku masih hidup! Aku kembali hidup yang Mulia Raja, ha-ha-ha ....” Alingga tertawa senang sambil meraba-raba ke seluruh tubuhnya.

“Heum, dasar manusia bodoh!” cetus Arimbi meremehkan.

Alingga yang tersulut emosi hendak menghunuskan pedangnya. Namun, tindakan itu dihentikan oleh sang raja dengan gerakan kepala kecil, agar abdi setianya tidak bertindak gegabah dengan gadis setengah siluman itu.

“Siapa namamu?” tanya Raja Gendra yang melirik sekilas.

“Kau bisa memanggilku Arimbi,” sahutnya yang saat ini masih melayang di udara.

“Baiklah Arimbi. Selamat bergabung di kerajaan kami dan mari kita naik ke atas kita pulang ke kerajaanku!" ajak Raja Gendra sambil mempersilakan Ratu Kegelapan untuk berjalan lebih dahulu.

Bola mata Arimbi bergolak malas melihat manusia yang membangkitkannya memberi jalan.

"Kau pikir aku sama dengan kalian?" Pernyataan Arimbi kembali membuat bingung Alingga dan juga Raja Gendra.

“Mendekat kepadaku! Aku akan mengantar kalian ke atas." Matanya yang tajam kini berubah menjadi tatapan sendu.

Meski tidak begitu mengerti maksud Arimbi. Alingga dan Raja Gendra berjalan mendekatkan diri mereka, tanpa Alingga sadari—mereka bertiga sudah berpindah ke tempat para prajurit berada.

“Paduka Raja?” Salah satu prajurit bingung melihat Raja Gendra tiba-tiba berada di belakang mereka.

“Suruh semua prajurit kembali ke kerajaan!” perintah Alingga.

“B-baik!” jawab prajurit itu gugup.

Alingga, Raja Gendra dan juga Arimbi menuruni bukit dan langsung naik ke dalam kereta menuju kerajaan Durgajaya. Sebelum mereka benar-benar keluar dari lembah kesunyian, Arimbi mengulurkan tangannya keluar kereta

Jari lentiknya memberi isyarat agar siluman kecil yang berada di dekat mereka menjauh—tidak mengganggu kepergian mereka.

Sementara itu seluruh penduduk desa gempar karena terjadi guncangan hebat akibat bangkitnya Ratu Kegelapan, beberapa rumah tertimbun tanah yang longsor serta penduduk di pesisir pantai juga terkena imbasnya. Rumah-rumah mereka di hantam ombak tinggi hingga banyak warga yang hanyut ke tengah lautan.

Kebangkitan Ratu kegelapan bak bencana mengerikan bagi penduduk desa, hingga banyak korban yang berjatuhan.

Terpopuler

Comments

Yuna DR¹

Yuna DR¹

hmmm kayaknya Risa harus bangkit juga supaya menghilangkan kekuatan dan menghancurkan ratu kegelapan itu

2023-03-31

1

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ

benar benar iblis semua ini

2023-03-27

1

KANG SALMAN㊍㊍

KANG SALMAN㊍㊍

wuah....sunarman ngamuk....eh....
sunami ya....
untung yang perempuan sunami....
kalo sunarman.....kimat....hehehe

2023-03-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!