"Masuk!" perintah Jack William dengan tatapan membunuhnya membuat nyali Reza langsung ciut. Dia tahu pasti dirinya akan terkena amarah karena telah membuat keributan di kantor.
Reza mengangguk dan masuk ke dalam ruangan sang atasan dengan posisi wajah yang menunduk.
"Duduk!"
Reza pun duduk.
"Kau tahu kenapa saya panggil ke sini?"
"Tidak Tuan." Berpura-pura tidak tahu meskipun dalam hati yakin karena telah membuat keributan.
"Oh tidak tahu ya? Frans apa hukuman bagi orang yang munafik?"
Reza langsung menatap wajah Frans.
"Katakan saja agar Tuan Jack tidak mutlak," saran Frans dengan suara yang tegas.
"I–ya Tuan, karena saya telah membuat keributan," jawab Reza gugup.
"Itu saja?"
"Karena saya telah mengganggu aktivitas kantor. Teman-teman yang biasanya sudah beraktivitas di dalam kantor menunda pekerjaan karena lebih tertarik melihat keributan yang tidak sengaja saya ciptakan," jelas Reza panjang lebar. Pria itu berharap dengan mengakui kesalahannya, Jack akan memberikan maaf atau paling tidak hukuman untuknya akan lebih ringan.
"Ada lagi?"
Reza menggelengkan kepala.
"Aku benci dengan pria yang kasar," ucap Jack kemudian.
"Kau tahu tindakanmu pads istrimu itu bisa saya laporkan dengan tuduhan kdrt," tambahnya.
"Ampun Tuan jangan lakukan itu," mohon Reza. Dia yang sedari tadi tidak berani menatap wajah atasannya terpaksa menatap Jack William.
Jack William tersenyum sinis.
"Dan tadi kau menyeret istrimu tanpa ampun? Miris sekali dirimu.
"Itu terpaksa Tuan." Reza mulai mencari-cari alasan.
"Karena kamu merasa dia mempermalukanmu dengan menjual nasi uduk?"
Reza mengangguk.
"Wow jantan sekali dirimu. Jika punya rasa malu kenapa tidak melaksanakan kewajibanmu untuk memberikan apa yang menjadi haknya? Saya rasa yang memalukan itu bukan dia tapi dirimu sendiri!" tuding Jack William ke arah Reza.
Sebenarnya Reza kesal setengah mati dengan atasannya itu. Namun, karena takut dipecat Reza hanya bisa mendumel dalam hati.
"Kau tahu, bahkan aku yang tidak berguna dekat dengan perempuan sangat menghargainya perempuan itu."
"Maaf Tuan, tapi saya terpaksa memarahi istri saya itu sebab dia selalu membuat saya kesal."
"Kalau tidak ingin membuatku kesal maka jangan bikin dia kesal padamu. Padahal sesederhana itu menghargai hati perempuan, tetapi kamu malah tidak bisa melakukannya. Kau tidak pantas menikah." Jack William menekankan pada kalimat terakhirnya.
Reza sekuat hati menahan amarah.
"Itu karena Tuan tidak berada di posisi saya. Kalau Tuan tahu Tuan pun akan melakukan hal yang sama dengan saya. Siapa yang tidak akan murka ketika ditipu oleh seorang wanita dan wanita itu pun menjadi istri sendiri."
Jack William mengerutkan kening.
"Maksudku apa?"
"Apa yang akan Tuan lakukan jika mendapati istri Tuan dalam keadaan yang tidak suci lagi, tetapi sebelum menikah tidak ada kejujuran sama sekali? Dan siapa yang menjamin wanita seperti itu akan setia dengan pernikahannya?"
Jack William menggeleng mendengar ocehan Reza.
"Picik sekali dirimu. Okelah aku mengerti engkau kecewa, tapi sikapmu lebih mengecewakan. Kalau memang tidak sesuai dengan ekspektasi kenapa tidak diceraikan saja? Kenapa malah lebih memilih menyiksa perempuan? Namun yang pasti lebih baik mengaca dulu apakah kamu memang pantas untuk mendapatkan yang sempurna. Apakah kau yakin dirimu sudah sesempurna itu?"
"Tuan tidak akan mengerti dan tidak akan paham dengan kehidupan keluarga kami. Lagipula ini sudah diluar masalah kantor bukan?"
"Wah mulai lancang dirimu. Apa-apa yang dibawa ke kantor akan menjadi urusanku. Kau telah mengganggu ketentraman penghuni perusahaan ini."
.Reza diam melihat atasannya terlihat murka kembali. Reza langsung menutup mulutnya yang sudah tidak bisa menahan untuk melayangkan protes pada sang atasan.
"Frans bawa dia keluar dan potong gajinya!"
"Tuan kumohon jangan!"
"Keluar kataku! Atau kau tidak akan hanya keluar dari ruangan ini, tapi juga dari kantor ini!" tegas Jack.
"Mari keluar dan jangan buat masalah dengan Tuan Jack!" Frans masih bicara dengan ramah.
Reza terpaksa mengangguk dan keluarga dari ruangan Jack William.
"Saya boleh pergi juga Tuan?" tanya karyawan yang memiliki rekaman tadi.
"Ya kau juga pergi dan gajimu juga dipotong." Sontak pria itu langsung terbelalak tidak percaya.
"Apa kesalahan saya Tuan? Bukankah saya tidak melakukan apapun?"
Dalam hati pria itu melayangkan protes. "Bukannya dikasih hadiah karena telah membantu dengan menunjukkan rekaman, eh malah dihukum juga?"
"Ya, karena kamu bukannya menolong seseorang yang ditindas malah asyik-asyikan merekam," ujar Jack William membuat pria itu tepuk jidat dan langsung menunduk.
"Baiklah Tuan asal gaji bulan ini saja yang dipotong ya, bulan-bulan berikutnya jangan." Karyawan tersebut antara pasrah dan melakukan penawaran.
Jack William memalingkan muka lalu tersenyum.
"Sudah keluar sana!"
Pria itu menggaruk kepalanya dan berjalan gontai keluar ruangan.
"Kenapa jadi seperti itu?" tanya Frans setelah kembali mengantar Reza keluar. Frans melakukan itu karena tidak mau Reza kembali dan membuat atasannya semakin bertambah marah. Dia tahu seperti apa jika Jack William benar-benar murka. Bisa saja dirinya ikut terkena getahnya.
"Gaji saya juga akan dipotong karena telah merekam kejadian tadi. Kenapa Pak Frans tidak mengatakan sih kalau saya juga akan terkena hukuman hanya gara-gara punya rekaman itu? Kalau tidak tadi saya biarkan saja Pak Frans ke ruangan cctv untuk mencari tahu sendiri."
"Kemungkinan perusahaan tidak memiliki rekaman itu sebab kejadian tadi berada di luar area perusahaan. Bapak tenang saja, saya jamin gaji Bapak akan tetap itu."
"Wah terimakasih Pak Frans, Pak Frans sangat baik dan perhatian tidak seperti Tuan–"
"Sst, nanti didengar Tuan Jack. Sebenarnya beliau baik hanya saja hatinya masih beku karena masih merasa kehilangan Nyonya Dianaz."
Karyawan itu mengangguk.
Frans mengeluarkan dompet dari saku celananya dan memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Ini hadiah dari saya karena telah membantu dan meringankan pekerjaan saya." Frans meraih tangan pria itu dan menaruh uang tersebut dalam genggaman.
Karyawan tersebut membelalakkan mata tidak percaya.
"Ini beneran Pak?"
Frans mengangguk. "Ambil dan kembalilah pada pekerjaanmu sebelum aku berubah pikiran!"
Pria itu mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Setelah mengambil uang tersebut pria itu kemudian berlalu pergi.
"Ingat kalau melihat kejahatan di depan mata jangan hanya jadi penonton saja, tetapi tolonglah sesuai kemampuan kamu!"
Karyawan tadi berbalik dan mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya kembali sementara Frans kembali ke samping Jack William.
"Frans, cari tahu biodata wanita itu dan selidiki tentang kehidupan dan masa lalunya!" Setelah mengatakan hal itu Jack William keluar meninggalkan ruangan.
"Tugas lagi, tugas lagi. Tugasku nggak kelar-kelar," keluh Frans lalu memutuskan untuk mengutus orang lain agar menyelidiki semuanya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments