"Jamu? Jamu apa ini? Mama aneh sekali, tapi aku senang mama perhatian padaku." Olivia bangkit dan menaruh botol jamu tersebut di atas meja rias.
Tok, tok, tok.
Terdengar suara ketukan dari arah pintu kamar.
"Non sudah beres? Kalau belum biar bibik bantu!" seru Bik Ipah dari luar kamar.
Olivia bangkit dan membuka pintu. "Masuk Bik!" perintahnya.
Bik Ipah pun masuk ke dalam dan berjalan ke arah dimana koper Olivia tergeletak.
"Memang Bik Ipah tidak ada pekerjaan lagi?" tanya Olivia dan si bibi mengangguk.
"Mana sini yang bisa bibi kerjakan!"
"Kalau bibi capek, mending bibik istirahat dulu. Olivia bisa kok mengerjakan semua ini."
"Enggak Non, bibik masih belum capek kok. Ayo sini!"
"Baiklah kalau begitu bibi tolong teruskan pekerjaan saya ya memasukkan baju-baju saya ke dalam lemari ini. Olivia mau memasukkan baju-baju Mas Reza ke dalam lemarinya. Semalam saya belum sempat menata dalam lemari karena kecapekan."
"Baik Non." Bik Ipah pun segera menata pakaikan Olivia.
"Kalau untuk baju dalaman biar Olivia tata sendiri Bi," ujar Olivia merasa risih jika Bik Ipah menyentuh pakaian dalamnya.
"Baik Non." Bik Ipa yang menganggap Olivia tidak ingin privasinya dicampuri tidak banyak bertanya, tetapi langsung mengangguk.
Olivia dan Bik Ipah tampak bersaing menata pakaian. Beberapa saat Bik Ipah pun menyelesaikan pekerjaannya dan menawarkan diri untuk membantu Olivia menata pakaian Reza yang banyaknya dua kali lipat dari milik Olivia.
"Nggak usah Bik, kalau pakaian Mas Reza biar aku saja yang mengurusi termasuk mencucinya biarlah menjadi tanggung jawab saya. Bibik cukup mengerjakan tugas yang lainnya."
"Baik Non, karena pekerjaan bibik di sini sudah selesai, bibik pamit keluar ya Non?"
"Iya Bik."
Bik Ipah pun mengangguk dan bangkit berdiri lalu berjalan ke arah pintu.
"Bik!" panggil Olivia saat Bik Ipah hendak membuka pintu kamar.
Bik Ipah berbalik. "Iya Non, ada yang bisa saya bantu lagi? Kalau ada Non Olivia tidak perlu sungkan-sungkan. Langsung utarakan saja pada bibik."
"Iya Bik, terima kasih."
"Kalau begitu ada apa?"
"Eh itu saya hanya ingin bertanya perihal–"
Olivia terlihat ragu untuk bertanya.
"Perihal apa Non?" Bik Ipah mengernyit melihat Olivia tidak jadi melanjutkan pertanyaannya.
"Jamu."
"Jamu?" Bik Ipah mengerutkan dahi. "Jamu apa?"
Olivia meraih botol yang ia letakkan di atas meja rias dan memberikannya pada bik Ipah.
"Ini jamu apa?" tanyanya polos.
Bik Ipah tampak melihat-lihat botol di tangannya.
"Jamu apa Bik, atau itu jenis detergen baru? Mungkin mama menaruh botol tersebut di sela-sela pakaianku karena ingin merekomendasikan detergen ini sebagai sabun cuci untuk baju-baju kami."
"Hahaha .... kau aneh sekali Non. Benda cair seperti ini dibilang detergen." Bik Ipa tertawa sendiri membuat Olivia merasa aneh.
"Terus Bik?"
"Ya benar jamu lah."
"Jamu apa?" Olivia penasaran.
"Jamu yang membuat orang disayang suami," jawab Bik Ipah lalu terkekeh.
"Itu namanya jampe-jampe Bik, ih ngeri kalau begitu benda cair ini."
"Astaghfirullah Non, kok malah kepikiran ke arah situ sih? Bukanlah Non, memang itu dikasih dukun apa. Itu adalah jamu racikan nyonya Wati sendiri."
"Bikinan mama?"
"Iya, Nona Olivia mau tahu khasiatnya?"
Olivia yang penasaran langsung mengangguk dengan bersemangat.
"Baiklah." Bik Ipah pun mendekat dan berbisik di telinga Olivia. Mendengar penjelasan Bik Ipah wajah Olivia langsung bersemu merah menahan malu
"Jadi Non Olivia bisa mengambil satu sendok ramuan itu lalu tuangkan ke dalam segelas air putih. Minum tiap malam setiap kali mau tidur," jelas Bik Ipah lagi.
Olivia mengangguk malu-malu. Dalam hati ingin mencoba ramuan tersebut, siapa tahu benar apa yang dikatakan bik Ipah Reza akan menyayangi dirinya dan akan segera melupakan kekecewaannya.
"Baik kalau begitu bibik permisi ya Non. Semoga berhasil membuat suami tambah sayang sama Non Olivia.
"Amin Bik."
Olivia melanjutkan pekerjaannya menata baju-baju Reza dan juga baju dalamnya sendiri sedangkan bibi keluar dari kamar Olivia dan Reza menuju kamarnya sendiri.
Denting Jam berbunyi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang.
"Ya Tuhan sudah siang begini, kenapa Mas Reza belum pulang juga?" Olivia langsung meraih ponselnya dan menghubungi nomor ponsel Reza. Awalnya panggilan masuk, tetapi kemudian operator di sana menginformasikan bahwa nomor yang dihubungi Olivia sudah tidak aktif.
"Ckk, kenapa ponselnya dimatikan sih," keluh Olivia lalu menghembuskan nafas berat tatkala mengingat kejadian tadi pagi dimana Reza terlihat murka.
Kruk.
Olivia langsung tersadar belum sarapan saat mendengar perutnya berbunyi.
"Ya sudahlah aku makan sendiri saja." Bangkit berdiri dari ranjang dan berjalan ke luar kamar menuju dapur.
"Nona Olivia makanlah duluan jangan tunggu Den Reza sebab bisa saja dia pulang malam," saran Bik ipah.
"Iya Bik, temani aku yuk!"
"Saya sudah makan di dapur Non, Non Olivia makanlah sendiri."
"Tapi makan siang kan belum Bik, temanin yuk! Olivia rasanya tidak punya selera makan hari ini. Mungkin kalau ada temannya selera makanku bisa bangkit kembali. Kalau bukan karena perutku yang terasa sakit dan berbunyi sedari tadi, Olivia pasti memilih untuk tidak makan." Raut wajah Olivia terlihat sedih.
"Den Reza belum kembali?"
Olivia menggeleng lemah.
"Kalian bertengkar semalam? Atau jangan-jangan Non Olivia tadi malam menolak melayani Den Reza ya sehingga Den Reza marah sama Non Olivia?"
Olivia masih menggeleng.
"Terus karena apa?"
Olivia menggeleng lemah lagi.
"Ya sudah kalau tidak mau cerita, Non Olivia sebaiknya makan saja. Biar bibik temenin."
Olivia mengangguk dan akhirnya makan berdua dengan Bik Ipah di meja makan.
Selesai makan Olivia kembali ke kamar. Menyetel televisi lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
"Apakah Mas Reza masih marah? Aaah, maafkan aku Mas, tapi tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan. Olivia menutup wajah dengan kedua tangannya lalu memejamkan mata.
Beberapa saat kemudian Olivia tertidur tanpa sempat mematikan televisinya terlebih dahulu.
Sore hari Bik Ipah mengetuk pintu. Namun, tidak ada jawaban dari Olivia. Mendengar suara televisi yang volumenya sedikit keras, bik Ipah jadi berpikir Olive sedang fokus menonton acara televisi.
"Non nanti kalau mau makan malam langsung ke meja makan ya! Bibik sudah mengikuti dan mohon maaf saat ini bibik harus tiduran karena kepala bibi rasanya mau pecah." Tidak kuat menahan rasa sakit kepala, bik Ipah langsung berlari ke kamarnya sendiri tanpa menunggu jawaban dari Olivia.
Tok, tok, tok.
"Assalamualaikum!" Terdengar suara ketukan pintu disertai salam.
"Mas Reza!" Olivia yang tertidur langsung kaget saat mendengar suara laki-laki. Segera ia bangun dan berjalan ke arah pintu.
Namun, dia kaget tidak mendapati siapapun di pintu. Olivia lalu keluar dari kamar dan memeriksa di segala penjuru rumah, barangkali Reza tadi masuk kamar dan keluar lagi.
"Kok nggak ada, apa aku bermimpi?" Olivia menatap jam dinding di ruang tamu sudah menunjukkan jam 3 dini hari.
"Hah , aku tidur selama ini?" gumamnya kaget.
Tidak mendapati keberadaan Reza di manapun di rumah tersebut akhirnya Olivia memutuskan untuk kembali ke kamar.
Sampai di kamar barulah dia menyadari bahwa suara ketukan pintu dan salam tadi berasal dari dalam televisi.
"Jadi Mas Reza seharian ini benar-benar tidak pulang?"
Olivia tertegun di pinggir ranjang.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments