"Kalian kenapa?" tanya Olivia melihat Reza dan Marisa sama-sama melihat jauh ke depan dengan termangu.
"Ah tidak apa-apa, kita foto-foto lagi," kilah Reza. Dia merasa tidak perlu memberitahu Olivia karena malas menjelaskan. Lagipula Olivia juga tidak akan mengenal Harlan.
"Oh ya Oliv, ibu turun dulu ya. Lapar," ujar sang ibu sambil memegangi perutnya.
"Iya Bu."
Marisa pun turun dari pelaminan dan berjalan ke arah Harlan. Namun, sebelum sampai di sisinya, pria itu berbalik dan pergi tanpa mengucapkan kata selamat menempuh hidup baru pada Reza.
Melihat pria itu pergi, Marisa langsung beralih menuju meja prasmanan dan bergabung dengan para tamu yang belum menyelesaikan makan mereka.
Seharian itu Reza dan Olivia terlalu sibuk menyambut tamu yang masih berdatangan sampai sore hari.
Reza hanyalah seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan besar di kota tersebut. Namun, hampir semua karyawan yang bekerja di perusahaan tempatnya bekerja diundangnya. Tomi Barata pun yang seorang polisi banyak memiliki sahabat sehingga tamu yang datang pada hari itu benar-benar seperti tidak ada habisnya.
"Mas aku lelah." Olivia merasa pinggangnya sakit setelah seharian menemui tamu. Apalagi dia yang tidak pernah memakai high hills merasa tersiksa setelah seharian mengunakan sandal berhak tinggi itu. Kaki dan betisnya terasa pegal-pegal dan kram.
"Sebentar aku mau ke mama dulu untuk pamit," pamit Reza.
Keduanya berkeinginan untuk meninggalkan pesta. Reza berjalan menuju Wati dan mengatakan apa yang dikeluhkan oleh Olivia.
Sementara Reza berbincang-bincang dengan sang mama, tangan Olivia ditarik oleh Marisa.
"Ibu ngagetin saja," protes Olivia karena dirinya benar-benar syok ada yang menarik tangannya secara mendadak.
"Pokoknya ibu peringatkan padamu! Jangan mau disentuh oleh Reza kalau rumah yang kalian tempati belum atas nama dirimu!"
Deg.
Olivia langsung merasa risau. Bukan karena perintah sang ibu melainkan karena dia jadi teringat bahwa dirinya sudah tersentuh oleh pria lain. Bagaimana kalau Reza menanyakan tentang hal itu?
"Bagaimana Olivia, paham 'kan yang saya maksud? Jadi wanita itu yang mahalan sedikit. Masa mau dinikahi hanya dengan mas kawin seperangkat alat shalat doang. Untung mertuamu tidak bermental kere jadi dia tambahin emas," cecar Marisa.
"Sudahlah Bu. Ibu ini menikahkan Olivia atau mau menjual Olivia sih?"
"Kalau bisa dua-duanya kenapa tidak. Jadi orang tuh harus memanfaatkan peluang yang ada." Marisa mendorong dahi Olivia ke belakang dengan jari telunjuknya dan langsung pergi.
Olivia hanya menggeleng sambil mengusap dahinya. Untung saja tidak ada orang yang melihat ke arah dirinya. Kalau tidak dia pasti akan malu mendapatkan perlakuan seperti itu dari ibunya sendiri.
"Ya sudah mama akan memanggil pak sopir dulu agar mengantarkan ke rumah kalian berdua." Wati dan Tomi sudah menyiapkan rumah untuk ditinggali oleh anak dan menantunya sebab jika harus hidup serumah dengan orang tua takut Olivia canggung.
"Baik Ma. Aku ke sana dulu untuk menjemput Olivia."
"Ya sudah sana."
Reza kembali ke sisi Olivia sedangkan Wati tampak mencari keberadaan sang sopir.
Beberapa saat kemudian Wati sudah kembali dengan sopir pribadi keluarganya dan Reza menggandeng tangan Olivia menuju Wati.
"Kalian pulangnya dengan pak sopir, biar saya yang akan menemui tamunya."
"Tapi benar tidak apa-apa Ma?" tanya Reza ragu. Dia tidak mau keluarganya malu sebab orang-orang akan menganggap pengantin tidak sopan, meninggalkan tamu di pesta pernikahan.
"Kalau akan jadi masalah kita beristirahat di rumah ini saja."
"Nggak apa-apa, biar nanti mama ngomong sama para tamu bahwa kalian pusing dan tidak enak badan. Kalau kalian masih di sini kalian pasti tidak akan bisa beristirahat sendiri. Tahu 'kan gimana sikap teman-teman mama kalau ke sini? Dia pasti akan mencarimu ke kamar dan menggoda kalian."
"Baik Ma kalau begitu kami pamit." Reza menyalami tangan sang mama disusul oleh Olivia juga. Setelah pamit pada Wati mereka langsung menemui Tomi yang tampak mengobrol dengan teman-temannya.
"Wah sepertinya kalian sudah tidak sabar ya! Ini masih jam 7 malam loh Rez," goda salah satu teman Tomi.
Reza dan Olivia hanya menjawab dengan senyuman.
"Baiklah kalian berdua hati-hati ya," nasehat Tomi.
"Iya Pa."
Setelah menyalami tangan sang papa dan semua teman Barata yang berkumpul di tempat tersebut. Olivia dan Reza kini pamit pada Marisa.
"Pergilah!" ujar Marisa dengan raut wajah yang kesal.
"Kenapa ibumu?" tanya Reza melihat Marisa sepertinya tidak senang.
"Entahlah biarkan saja. Dia memang suka berubah-ubah."
"Kayak bunglon dong," kelakar Reza sambil berjalan menjauh dari Marisa masih dengan menuntun tangan Olivia.
"Mending Bunglon warnanya yang berubah bisa dilihat karena menyesuaikan diri dengan habitat. Nah ibu nggak ada angin nggak ada hujan sikapnya memang suka berubah."
"Dan bagaimana caranya menyiasatinya?"
"Selama ini aku biarkan sajalah. Tapi kalau sampai berlebihan terpaksa saya lawan."
Mereka terus berbincang-bincang sambil berjalan menuju parkiran mobil.
Reza sering mengeluarkan gurauannya dan membuat Olivia kadang tertawa renyah. Untuk sejenak wanita itu melupakan kekhawatirannya.
Hingga saat masuk dan bersandar di mobil barulah Olivia teringat lagi akan kegundahan hatinya. Dia menyesal karena sebelum menikah dengan Reza tidak menjelaskan apa yang terjadi padanya.
Namun, bukankah menceritakan aib sendiri adalah suatu dosa?
"Aku harus bagaimana?" Olivia bertanya dalam hati. Pikirannya dia peras agar bisa menolak Reza ketika akan mengajaknya tidur.
Perjalanan yang ditempuh mereka selama 2 jam terasa sangat cepat bagi Olivia. Dalam hati dia berharap agar sampai di rumah saat malam sudah larut sehingga Reza bisa langsung tidur.
"Sudah sampai kita turun!" ajak Reza saat mobil sudah sampai di depan rumah.
Olivia pun mengangguk dan turun.
"Den aku kembali ke rumah Pak Tomi ya," pamit sang sopir.
"Iya Pak hati-hati," sahut Reza.
"Iya Den." Pak sopir memutar setir dan keluar kembali dari pekarangan rumah Reza.
"Bagaimana menurutmu rumahnya? Untuk sementara ini dulu ya. Nanti kalau aku sudah punya uang aku belikan yang lebih besar dan luas."
Tidak ada jawaban dari Olivia.
"Oliv?"
"Ah iya Mas. Apa kata Mas Reza tadi?"
"Kau melamun ya?"
"Iya, eh tidak ... saya hanya grogi saja.
"Grogi? Kenapa harus grogi? Simpan rasa grogimu itu untuk besok saja sebab saat ini kita hanya perlu tidur saja. Bukankah kamu masih capek?"
"Ah iya aku capek sekali Mas, rasanya seluruh tubuhku remuk seharian ini."
"Ya sudah, masuk dan mandi setelah itu kita langsung beristirahat saja."
Olivia mengangguk dengan perasaan sedikit lega. Dalam hati berharap agar Reza terus saja menunda malam pertamanya hingga ia siap menjelaskan tentang semuanya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
kasihh oli
2023-02-19
1
Tatya Faza
gedeg banget yakin sama marisa... pengen tak ganti jedotin pala nya
2022-12-06
2