"Semoga aku bisa terus bersabar Tuhan." Doa Olivia dalam hati.
Olivia menatap punggung Reza yang pergi dengan membawa berkas-berkas di tangannya. Mungkin saja lelaki itu pulang hanya berkas pekerjaan yang tertinggal di rumah.
"Ah semangat kamu Oliv, tidak perlu memikirkan apapun juga. Yang penting berusaha dulu dari nol. Sekarang kau hanya seorang pedagang nasi uduk keliling, siapa tahu suatu saat bisa memiliki depot atau bahkan restoran." Olivia menyemangati dirinya sendiri lalu menggeleng tatkala merasa mimpinya terlalu tinggi.
"Kun fayakun, apapun yang menjadi kehendak Allah SWT tidak akan pernah mustahil." Olivia masuk ke kamar mandi saat badannya sudah terasa lengket karena keringatan.
Setelah mandi Olivia masuk ke dapur dan melihat nasi yang dia masak masih sama banyaknya saat dia tinggal pergi.
"Mas Reza nggak makan, mungkin malu kali karena nggak ngasih uang belanja," tebak Olivia.
"Atau mungkin lauknya yang nggak cocok," imbuhnya.
Olivia langsung memeriksa omlet yang dibuatnya tadi pagi. Mau masak apalagi sebab yang ada cuma telur dan mie di dapur hasil belanjaan semalam di warung dekat rumah.
"Ternyata habis." Olivia meletakkan piring kosong di atas wastafel. Reza memang tidak makan nasi, tetapi omlet yang diperuntukkan sebagai lauk dihabiskan semuanya.
Olivia langsung memasak mie goreng instan kesukaannya. Selain rasanya yang enak dia juga suka memasak mie instan saat dirinya malas ataupun lelah sehabis berbelanja seperti sekarang ini.
Setelah mie masak Olivia langsung memakannya dengan nasi. Olivia bukanlah berasal dari orang kaya sehingga makan menu seperti ini saja sudah nikmat menurutnya.
Selesai makan Olivia mencuci piring dan perabotan dapur yang belum dia sempat cuci tadi pagi.
"Akhirnya kelar juga." Olivia kembali ke dalam kamar dan duduk bersandar pada ranjang. Dia mengambilnya ponselnya dan langsung menghubungi Marisa untuk menanyakan keadaan ibunya.
"Bu!" seru Olivia saat panggilan teleponnya diangkat oleh sang ibu.
"Ada apa Oliv?"
"Bagaimana dengan keadaan nenek?"
"Baik kok Oliv, semalam saat kamu mentransfer uang, ibu langsung membawanya ke rumah sakit. Kata dokter ibu membawa nenek di waktu yang tepat sehingga nenek bisa langsung diobati dan tidak perlu opname."
"Syukurlah kalau begitu Bu, boleh kita alihkan panggilannya ke video call pun, Olivia kangen sama nenek."
"Baiklah ibu hidupkan data dulu."
"Ya." Olivia pun mematikan sambungan telepon dan beralih ke wa untuk melakukan video call.
"Ini nenekmu." Marisa mengalihkan kamera pada ibu mertuanya yang duduk di kursi roda sambil disuapi olehnya.
Melihat hal itu Olivia bernafas lega dan tersenyum. Ternyata sang ibu benar-benar mengambil alih tugas Olivia. Olivia senang ibunya sekarang menyayangi neneknya.
"Nenek apa kabar? Sudah baik kan?" Olivia melambaikan tangan ke arah neneknya sambil tersenyum bahagia.
Sang nenek hanya menjawab dengan anggukan karena mulutnya penuh dengan nasi.
"Ya sudah nenek makan saja ya, Olivia video call lain kali saja," ujar Olivia dan sang nenek mengangguk.
Olivia memutus panggilan video call nya dan beralih menscroll di medsos untuk mencari-cari lowongan pekerjaan juga mencari resep cemilan yang sekiranya bisa laris terjual. Olivia ingin dirinya tidak hanya mengandalkan penjualan dari nasi uduk, tetapi dari penjualan lainnya.
Sementara di tempat lain Marisa memberikan piring dan sendok ke tangan ibu mertuanya.
"Nih, makan sendiri! Jangan manja dan suka menyusahkan orang lain. Masih hidup kan? Berarti bisa melakukan semua hal sendiri!" Setelah mengatakan kalimat itu Marisa meninggalkan ibu mertuanya di teras rumah sendirian.
Sang ibu hanya diam dan menunduk. Beberapa saat kemudian mengambil piring dan sendok serta mencoba makan sendiri meski tangan dan lengannya terlihat bergetar.
Dengan susah payah wanita tua itu menyuapkan makanan dengan sendok ke mulutnya sendiri sambil menitikkan air mata.
***
Esok hari Olivia bangun pagi-pagi dan menyiapkan dagangannya. Jam 6 pagi nasi uduk sudah dimasukkan ke dalam kotak.
Reza mengernyit saat melihat Olivia memasukkan nasi dan lauk Pauk ke dalam sterefoam dan jumlahnya amatlah banyak.
"Kalau Mas Reza mau makan ambil yang sudah siap dikotak. Bisa dimakan di sini ataupun dibawa ke kantor, tapi kalau mau aku siapkan di piring aku akan buatkan."
"Tidak usah, saya ke dapur hanya ingin mengambil air minum. Kalau soal makan, makanan di kantor enak-enak."
Olivia mengangguk dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Reza keluar dari dapur dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
Setengah jam kemudian Olivia sudah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan Reza sudah pergi ke kantor.
Olivia langsung memasukkan kotak nasi tersebut ke dalam plastik besar setelah sebelumnya dimasukin ke dalam plastik kecil tiap-tiap kotaknya.
"Ya Tuhan semoga engkau lariskan daganganku," doa Olivia saat dirinya berdiri di depan pintu lalu mencium kedua tangannya.
Olivia menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengunci pintu dan meninggalkan rumah.
"Kemana Neng?" tanya sopir angkot saat Olivia naik ke atas angkot.
"Kampus terdekat di mana ya Pak?"
"Oh mau jualan yang Neng?"
"Iya Pak, jual nasi nih. Barangkali mahasiswa ada yang mau beli nasi uduk."
"Di depan sana Neng nggak jauh dari sini, tapi kantinnya kayaknya sudah menjual makanan."
"Nggak apa-apa Pak, barangkali ada beberapa orang yang mau membeli pada saya."
"Iya sih Neng. Namanya rejeki ya, siapa tahu, kantinnya tidak menjual nasi uduk atau mungkin nasi buatan Neng lebih enak."
"Aamin."
Sopir angkot pun menurunkan Olivia di depan sebuah kampus besar di kota tersebut.
"Nasi, nasi Mas, Mbak!" Olivia menjajakan dagangannya.
"Nasi apa Mbak?" tanya salah seorang yang berkumpul dengan teman-temannya di depan pagar kampus sambil berbincang-bincang sebelum memasuki area kampus.
"Nasi uduk Mas?"
"Berapa?"
"Kalau nasi uduk yang komplit 35 ribu kalau nasi uduk ayam goreng 25 ribu. Kalau yang pakai lauk tahu tempe 12 ribu."
"Kalau begitu nasi uduk ayam goreng saja Mbak."
"Baik."
"Saya yang komplit saja Mbak biar puas."
Olivia pun melayani para mahasiswa yang ingin membeli nasinya.
"Saya yang tahu tempe saja, biasa lagi berhemat," ujar mahasiswa yang lainnya.
Olivia mengangguk dan melayani mereka satu persatu.
"Wei beli apa?" teriak mahasiswa dari dalam pagar.
"Nasi uduk nih, bisa beli sesuai badget kita," jawab seorang mahasiswa yang sekarang memegang kotak nasi uduk di tangannya.
Semua mahasiswa atau mahasiswi yang ada di dalam pekarangan kampus pun berlarian keluar dan berebutan membeli sehingga nasi uduk Olivia terjual habis.
"Saya yang komplit Mbak, lapar nih!" pesan seorang mahasiswi.
"Adu maaf ya Mbak sudah habis semua. Besok ya Mbak, insyaAllah aku kembali berjualan ke sini," ujar Olivia merasa tidak enak.
"Iya nggak apa-apa Mbak, santai saja. Saya masih bisa beli bakso kok di kantin."
Olivia mengangguk dan tersenyum. Semua mahasiswa masuk ke dalam kampus karena kelas akan segera dimulai sedangkan Olivia meninggalkan area kampus dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan.
"Alhamdulillah, ternyata Tuhan memudahkan semuanya."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments