Satu jam Olivia menangis sesenggukan di dalam kamar dan selama itu pula Reza tidak kembali ke dalam kamar. Hal itu tentu saja menambah sesak di dada hati Olivia.
Olivia mengusap air mata dengan kedua tangannya lalu masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Dengan Kimono yang dipakainya semalam ia merias diri di depan meja rias.
Olivia tidak boleh tenggelam dalam kesedihannya, dia harus bangkit. Saat ini Olivia hanya perlu pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan bagi Reza juga untuk dirinya sendiri. Wanita itu berencana untuk menjelaskan pelan-pelan tentang yang telah terjadi sebelumnya, siapa tahu Reza mau mengerti dan menerima Olivia apa adanya.
"Haah kenapa aku tidak jujur sebelumnya? Kalau begitu kan Mas Reza tidak akan sekecewa ini." Olivia mendesah sendiri lalu berjalan ke arah dapur.
"Mau kemana Non?" tanya Bik Ipah saat Olivia mendekat ke arahnya.
Olivia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaan asisten rumah tangganya itu.
"Mau minum atau sarapan? Maaf ya Non sarapannya belum matang semua. Biasanya jam segini sudah siap sih tapi tadi pagi bibik kebablasan tidur. Semalam anak bibi yang di kampung nelpon katanya cucu saya masuk rumah sakit, jadi semalaman bibik kepikiran dan tidak bisa tidur. Pas tidur, bangun-bangun sudah jam 5 pagi.
"Nggak apa-apa Bik, saya juga nggak biasa makan pagi juga," ujar Olivia.
"Apa yang harus saya kerjakan Bik?"
"Sudah tidak perlu, Non Olivia tunggu saja di meja makan, bibik tidak mau nanti malah saya yang dimarahi Den Reza karena menyangka telah menyuruh Non Olivia masuk dapur. Lagipula Non Olivia dan Den Reza kan baru menikah? Masa pengantin baru sudah masuk dapur?"
"Tidak apa-apa Bik, lagipula ngapain aja aku kalau nggak bantu masak. Malas jika harus berdiam diri. Saya orangnya nggak bisa diam Bik, nggak enak kalau nggak ngapa-ngapain."
"Nona Olivia yakin?"
"Yakin Bik."
"Ya sudah tolong ayam yang di ungkep itu digoreng ya Non, bibi mau buat sambal bajak sekarang."
"Oke Bik siap." Olivia pun menaruh wajan di atas kompor dan menghidupkan kompor setelah dituangkan minyak goreng dan minyaknya sudah panas Olivia langsung menggoreng daging ayam yang ada di dalam sebuah panci.
"Ini digoreng semua Bik?"
"Iya Non."
"Baiklah."
Tidak menunggu lama akhirnya sarapan sudah dan keduanya menghidangkan dia atas meja makan.
"Ada lagi yang harus dibawa Bik?"
"Itu Non kuah lodeh nya ketinggalan. Tolong bawakan ya Non saya akan menata menu di meja makan.
"Baik Bik."
Olivia pun mengambil baskom dan mengisinya dengan kuah lodeh dan diberikannya pada Bik Ipah.
"Den Reza mana Non?" tanya Bik Ipah sesaat semua menu sudah terhidang di meja makan.
"Dia keluar tadi, bibi tidak melihatnya?"
"Tidak Non, memang tidak pamit pada Non Olivia?"
Olivia menggeleng.
"Aneh, kalau di rumah Tuan dan Nyonya bisanya kalau tidak pamit pada orang tuanya pasti Den Reza nitip salam pada bibi agar disampaikan pada Tuan Tomi dan Nyonya Wati."
"Mungkin Mas Reza terburu-buru tadi Bik."
"Mungkin saja dan mungkin juga dia lupa sebab kan baru hari ini tinggal bersama Nona Olivia."
"Mungkin saja sih Bik."
"Kalau begitu Nona Olivia makan saja sendiri."
"Tidak Bik biar saya nunggu Mas Reza saja."
"Baiklah kalau begitu. Nona bisa jalan-jalan dulu di sekitaran rumah dan bibi mau mengepel dulu."
"Iya Bik."
Olivia pun melangkah ke arah luar rumah dan berjalan-jalan di sekitaran rumah barunya itu.
"Wah ada tamannya." Olivia segera berlari ke arah belakang rumah dan menikmati bunga-bunga yang bermekaran dengan kupu-kupu yang tampak hinggap di atasnya.
Olivia mencoba menangkap kupu-kupu itu dengan tangannya. N namun saat tampil tertangkap kupu-kupu itu langsung terbang.
"Yaaa ...." Olivia kecewa, tetapi mencoba menangkap kupu-kupu yang lainnya. Kali ini kupu-kupu tersebut berhasil ditangkapnya.
"Wah sayapmu indah sekali, kau penuh warna dan bisa terbang pun kemana dirimu suka." Olivia membayangkan jika hidupnya penuh warna dan bebas memilih layaknya kupu-kupu dengan sayap berwarna-warni seperti yang ada di tangannya saat ini.
Nyatanya hidup Olivia selalu dalam genggaman Marisa sang ibu yang selalu bertindak semaunya sendiri.Kalau saja dia mampu melawan sang ibu tentu saja nasibnya tidak akan seperti sekarang ini. Menikah paksa dengan Reza dan malah membuat pria itu kecewa.
Andai saja waktu itu Marisa tidak memaksa Olivia untuk mengantarkan pesanan nasi uduk ke rumah seorang pria pastilah saat ini Olivia bisa menjaga kesuciannya untuk sang suami. Saat itu sebenarnya Olivia sudah menolak berkali-kali karena memiliki firasat yang tidak baik. Namun, Marisa bersikukuh agar Olivia tetap mengantarkan pesanan tersebut dengan ancaman jika Olivia tidak mau maka neneknya yang akan menjadi taruhannya.
"Non Olivia ada yang mencari!" panggil Bik Ipah sambil berjalan ke arah Olivia.
"Mas Reza sudah datang Bik?" Raut wajah Olivia tampak bahagia. Semoga saja kali ini Reza mau mendengarkan penjelasannya.
"Bukan Non, tapi suruhan dari Nyonya Wati."
Raut wajah Olivia berubah kecewa.
"Ada apa katanya Bik?"
"Dia membawakannya koper mungkin baju-baju Non Olivia."
"Kenapa tidak bibik ambilkan saja? Saya hanya memakai handuk seperti ini."
"Nggak apa-apa Non, kan handuk seperti itu tertutup juga seperti pakaian baby doll celana," ujar Bik Ipah lalu terkekeh.
"Ada-ada saja nih bibik, tetap aja Oliv canggung."
"Bukannya bibik nggak mau mengambilkannya sih Non. Cuma pesuruh itu ingin agar Nona Olivia mengecek sendiri. Jika ada yang kurang maka dia akan menyampaikan pada Nyonya Wati. Saran saya Nona lihat saja langsung."
"Baiklah Bik." Mereka berdua pun kembali ke dalam rumah.
"Bagaimana Nona Oliv ada yang kurang?" tanya seorang pria saat Olivia sudah melihat isi dalam koper.
"Sudah cukup Pak malah ini ditambahkan oleh mama."
"Ya sudah kalau begitu, saya pamit pergi."
"Baik Pak terima kasih."
"Sama-sama Non."
"Eh pak tunggu dulu!"
"Ada apa Non, kenapa tidak minum-minum dulu? Biar saya buatkan dulu."
"Tidak usah Non Oliv saya terburu-buru. Mungkin lain kali saja jika saya ke sini lagi."
"Baiklah kalau begitu, sampaikan ucapan terima kasihku pada Mama!"
"Siap Non."
Setelah pria itu pergi, Olivia menyeret koper menuju kamar.
"Saya bantu bawakan Non?" Bik Ipah menawarkan diri.
"Tidak perlu Bik biar saya bawa sendiri. Bibik pasti capek," tolak Olivia terus melanjutkan langkahnya.
Sampai di dalam kamar Olivia langsung merombak isi koper dan akan menata pada sebuah lemari pakaiannya khusus untuknya.
"Ya ampun, apa-apaan ini mama." Olivia memeriksa baju lingerie yang dibelikan mama mertuanya dimana di celah-celah antara baju lingerie satu dan yang lainnya ada kertas yang bertuliskan 'pakai baju ini saat tidur niscaya suamimu akan tambah sayang.'
Olivia menggeleng melihat kelakuan mama mertuanya. "Bukan tambah sayang tapi kayaknya jadi meriang." Olivia terkekeh, merasa lucu dengan sikap mertuanya.
"Apalagi ini?" Olivia meraih sebuah botol yang juga berada dalam koper tersebut.
"Jamu? Jamu apa ini? Mama aneh sekali, tapi aku senang mama perhatian padaku."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments