Selesai makan Tomi Barata membayar semua menu yang dipesannya di meja tersebut. Olivia baru mengerti mengapa ibunya memilih menu yang harganya mahal. Rupanya karena ada yang mentraktir.
Selesai membayar mereka langsung menuju ke butik langganan Wati.
"Lik carikan mantu saya ukuran gaun yang pas tapi yang klop ya dengan baju pilihan Reza kemarin!"
"Baik Nyonya. Ayo Nona kita ke dalam."
Pemilik butik pun mengandeng tangan Olivia masuk ke dalam ruangan dan memperlihatkan baju-baju di butiknya.
"Kemarin calon suamimu pilih baju yang berwarna putih dan saya punya beberapa stok gaun berwarna putih dan bercorak sama. Kau tinggal pilih yang mana yang sesuai dengan seleramu."
"Terserahlah Bu yang penting muat saja di tubuhku." Olivia masa bodoh dengan gaun tersebut toh dia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini.
Lilik sang pemilik butik paham bahwa perempuan yang berdiri di sampingnya saat ini sama sekali tidak menginginkan pernikahan tersebut. Dari raut wajah yang Olivia tunjukkan, Lilik dapat menebak Olivia terpaksa menyetujui rencana pernikahannya dengan Reza.
Lilik menghela nafas, dalam hati dia berkata mana ada perempuan yang sudi menjadi pengantin pengganti buat orang lain, apalagi diantara keduanya sama-sama tidak ada rasa cinta. Kalau dirinya juga berada di posisi Olivia pasti tidak mau hanya dijadikan pelarian semata demi menyelamatkan nama baik keluarga orang lain. Baginya keluarga Tomi Barata memperlakukan Olivia seperti menangkap burung di udara saja.
"Kalau begitu coba yang ini saja, sepertinya gaun yang ini cocok untukmu." Lilik mengambil desain terbaiknya dan menyerahkan pada Olivia.
"Ayo ganti di sana! Nanti kalau kebesaran akan segera saya kecilkan, tapi kalau tidak sesuai dengan keinginanmu bisa pilih yang lain saja."
Olivia yang tidak ingin merepotkan orang lain segera membawa gaun tersebut ke ruang ganti dan mencobanya.
Beberapa saat kemudian dia tampak keluar dengan gaunnya itu.
"Pas Bu," lapornya pada pemilik butik.
"Wah kamu cantik sekali dengan gaun itu," puji Lilik, pemilik butik.
"Gaunnya yang cantik, orangnya mah nggak Bu," ujar Olivia.
"Dua-duanya lah cantik kalau nggak pasti ada yang kurang. Nah ini kamu terlihat sempurna padahal belum disentuh olesan make up dari tukang rias."
"Ah Ibu terlalu berlebihan." Olivia tampak tersenyum malu-malu.
"Nggak beneran kok. Ini aku memuji kamu bukan karena pakai gaun saya loh, tapi saya benar-benar kagum dengan kecantikanmu."
Terima kasih kasih Bu." Olivia tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Tuh lihat di cermin kalau tidak percaya."
Olivia mengangguk dan mendekat ke arah cermin.
"Bagaimana pilih gaun yang itu atau pilih yang lainnya saja?"
"Kalau aku tanya ibu dulu bagaimana?"
"Silahkan, meminta pendapat mereka juga baik."
Olivia mengangguk dan berjalan keluar.
"Ibu!" panggilnya.
"Wauw cantik sekali kamu Oliv," ujar Wati dan Olivia hanya tersenyum manis.
"Rez, nggak rugi kamu ditinggalkan oleh Tania sebab Olivia jauh lebih cantik," bisik Wati di telinga Reza.
"Iya Ma."
"Kamu beruntung dapat dia. Ingat jangan disia-siakan!" nasehat Tomi.
"Iya Pa."
"Bagaimana Bu?" tanya Olivia lagi sebab ibunya masih fokus melihat-lihat baju yang dipajang di depan butik.
"Ah iya apa katamu tadi Oliv?"
"Gaunnya bagus nggak?"
"Bagus sih cuma lebih baik tanya Reza saja, jangan tanya ibu sebab yang mau bersanding denganmu kan dia, bukan ibu."
Olivia tampak cemberut.
"Menurut kami bagus sih, coba menurutmu Rez?" tanya Tomi.
Reza mendekat ke arah Olivia dan menatap perempuan itu dari atas sampai bawah membuat Olivia langsung menunduk.
"Bagus, kamu cocok dengan baju itu. Terlihat anggun dan tambah cantik saja, tapi alangkah baiknya coba gaun yang lain dulu siapa tahu ada yang lebih bagus saat melekat di tubuhmu."
Olivia mengangguk.
"Temani dia ke dalam Rez!" perintah Wati.
"Iya masa calon pengantin sendiri-sendiri," goda Tomi.
"Baiklah ayo aku temani Oliv." Reza menggandeng tangan Olivia dan membawanya ke dalam ruangan.
"Bagaimana Mas Reza?" tanya Lilik.
"Bagus sih Bu, tapi aku ingin dia mencoba yang lain barangkali ada yang paling bagus nih."
"Boleh saja."
"Coba ambilkan yang itu!"
Lilik mengangguk dan mengambil gaun yang ditunjuk oleh Reza.
"Ini Mas."
Reza meraih dan memberikan ke tangan Olivia.
"Dicoba dulu yang ini!"
Olivia mengangguk dan langsung masuk ke ruang ganti.
"Wah kau sepertinya akan cantik memakai gaun apapun." Reza benar-benar meralat perkataannya tempo hari yang sudah mengatakan penampilan Olivia kampungan. Mungkin saja waktu itu Olivia benar-benar tidak memperhatikan penampilannya, begitu pikir Reza dalam hati.
"Dari beberapa baju yang kamu coba tadi kira-kira kamu pilih yang mana?" tanya Reza setelah Olivia mencoba satu persatu baju yang diserahkan Reza ke tangannya.
"Jujur aku nyaman yang pertama," jawab Olivia.
"Kenapa? Apa alasannya?"
"Nggak ribet dan nyaman menyentuh kulit. Kainnya terasa dingin jadi saya kira bisa menyerap keringat dan melindungi tubuh dari cuaca panas," jelas Olivia.
Mendengar penuturan Olivia, Reza manggut-manggut.
"Baiklah Bu Lilik kita pilih gaun yang pertama saja. Nyaman untuk dia harus menjadi prioritas bukan?"
"Iya Mas Reza harusnya memang begitu agar hubungan suami-istri selalu harmonis."
"Ya begitulah. Kalau begitu kami pamit saja dulu. Kami butuh banyak istirahat," ujar Reza.
"Ya, ya, ya, calon pengantin memang harus banyak beristirahat biar nanti pas malam pertama punya tenaga ekstra," kelakar Lilik.
"Ya begitulah," ujar Reza sedangkan Olivia hanya menunduk malu.
"Ya sudah sana, jangan bicara mesum di sini kasihan calon istri kamu mukanya memerah," ujar Lilik lagi.
"Aish kan yang ngomong mesum itu Bu Lilik bukan Reza," protes Reza.
Mereka berdua pun keluar di susul Lilik di belakangnya.
Sebelum pulang Wati masih terlihat berbincang-bincang dengan Lilik sedangkan Olivia tampak melihat-lihat baju yang dipajang di sana.
"Kalau suka ambil saja Oliv biar saya yang bayar," ujar Reza.
"Nggak Mas, nggak usah. Saya hanya melihat-lihat saja," tolak Olivia.
"Wah boleh dong ibu ditraktir juga Nak Reza?" Marisa menimpali.
"Ibu!" protes Olivia.
"Boleh, ibu tinggal pilih saja biar saya yang bayar nanti."
Olivia menggeleng, ibunya sangat memalukan.
"Mengapa menggeleng seperti itu? Kesempatan tidak akan datang 2 kali," gumam Marisa di dekat telinga Olivia.
"Jangan mempermalukan diri sendiri Ibu. Lebih baik memakai apa yang kita punya daripada harus meminta-minta pada orang lain."
"Ckk, siapa yang minta-minta sih Oliv? Orang Reza nya mau bayarin. Kamu aja yang goblok nggak menggunakan kesempatan. Kalau sudah jadi istri Reza jangan bodoh seperti itu lagi."
Olivia hanya menggeleng dan beristighfar dalam hati melihat kelakuan ibunya.
"Reza sepertinya Olivia tidak seperti Marisa jadi kau tenang saja. Papa yakin dia akan menjadi istri yang baik."
"Iya Pa."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
bunda syifa
oohh... jadi buat pengganti toh, trus pengantin aslinya kemana Thor, kabur kah atau ketauan selingkuh
2024-01-04
1
Radiah Ayarin
Hem...ada saja tingkah ibu dan anak
2023-02-19
2
Tatya Faza
sueeebeelll sama marisaa...
ga tau malu banget deh...
2022-12-04
2