"Sudah cepat Bik! Waktunya mendesak, jadi jangan bertele-tele dan jangan lebay juga!"
Entah mengapa Olivia merasa Reza mengatakan lebay pada dirinya, bukan pada Bik Ipah.
"Kau juga makan Non, saya tinggal dulu. Makan yang lahap ya sebab mulai besok Nona Oliva tidak akan pernah merasakan masakan bibik lagi kecuali pulang ke rumah Nyonya." Setelah mengatakan hal itu Bik Ipah langsung bergegas ke belakang untuk berkemas.
Olivia duduk di samping Reza membuat pria itu berpindah pada kursi yang lain yang tentunya lebih jauh posisinya dengan kursi tempat duduk Olivia.
"Mas mau ambil lauk yang mana? Biar saya ambilkan!"
"Tidak perlu, saya punya tangan sendiri."
Olivia menekan dadanya saat mendengar penolakan dari Reza.
"Apa menurutmu aku najis Mas hingga makanan yang kamu makan saja tidak mau melalui tanganku. Aku hanya ingin menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri." Bola mata Olivia tampak berkaca-kaca.
"Sudahlah tidak usah terlalu lebay, makan sendiri saja!"
Olivia mengangguk. Dia membalik piring dan mengisinya dengan nasi lalu mengambil lauk. Wanita ini diam dan fokus makan, tidak sedikitpun lagi melirik ke arah Reza.
Reza mengernyitkan dahi, bingung dengan perubahan Olivia yang mendadak diam. Namun, dia terlihat santai saja. Dia tidak perduli dengan sikap Olivia terhadapnya. Kalau saja dia tidak ada perjanjian dengan sang mama pastilah Reza akan langsung melepas dan mengembalikan Olivia pada Marisa.
Selesai makan Reza langsung bangkit dari duduknya.
"Mulai besok kau harus masak sendiri! Orang sepertimu tidak usah manja."
Setelah mengatakan hal itu Reza langsung berjalan keluar. Setelah jarak dirinya berdiri sudah jauh dari Olivia, Reza malah berbalik.
"Katakan pada bibik suruh cepat!"
Olivia mengangguk.
"Oh ya nanti malam tidak usah menungguku. Aku mau have fun bareng teman-teman."
Olivia tidak menjawab. Namun, Reza sudah berlalu pergi.
"Non saya kembali ya Non, mungkin Den Reza malu kalau mau mesra-mesraan sama Non Olivia. Kalau tidak ada bibik kalian bebas bermesraan di manapun di rumah ini."
Olivia mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Dia tahu tebakan bik Ipah sama sekali tidak benar.
"Hati-hati Bik!"
"Nona juga hati-hati ya kalau tidak ada Den Reza di sini. Misal belum pulang kerja mending dikunci saja nih rumah."
"Iya Bik. Bik Ipah tenang saja, saya pasti bisa jaga diri."
Bik Ipah pun pergi setelah bersalaman dan mencium pipi Olivia.
Selepas keduanya pergi, Olivia menangis.
"Apa yang harus saya lakukan di rumah ini sendirian?"
Reza pun mengatakan tidak akan pulang malam nanti.
Olivia berjalan ke ruang tamu dan menghidupkan televisi. Dia langsung memutar drakor kesukaannya yang kebetulan tayang di televisi.
Bosan menonton televisi Olivia kembali berjalan-jalan di luar rumah. Mencari angin segar di tengah teriknya panas matahari yang menyengat kulit. Bahkan hawa di dalam rumah pun terasa panas. Angin yang keluar dari kipas pun tidak ada bedanya, seolah mengeluarkan angin panas.
"Ah kenapa aku bodoh, kan di kamar ada AC." Olivia langsung kembali ke kamar. Setelah menyalakan AC langsung merebahkan tubuhnya.
Rasa dingin dari AC membuatnya mengantuk hingga dia pun akhirnya tertidur.
Olivia terbangun saat jam menunjukkan pukul 12 siang. Dia mandi dan langsung melaksanakan shalat, setelah itu langsung makan.
"Ah andai saja hapeku tidak dijual oleh ibu, mungkin sekarang aku masih bisa mengobrol jarak jauh dengan teman-teman. Kemana saja mereka berkuliah?" Bergumam sendiri sambil melayangkan ingatan di waktu dirinya masih berstatus pelajar dan dikelilingi banyak teman-teman. Sekarang dirinya sudah kehilangan kontak teman-temannya.
Olivia menghembuskan nafas kasar mengingat semua teman-temannya semua berkuliah sedangkan dirinya malah menikah dan parahnya lagi sang suami seolah tidak menganggap dirinya sebagai istri akibat kejadian masa lalu yang sama sekali di luar dugaannya.
"Hah, dimana pria brengsek itu? Ingin rasanya ku caci maki dia dan ku patahkan tangannya agar dia menderita seumur hidup." Olivia geram pada orang yang telah memperkosanya dahulu. Kalau bukan gara-gara pria itu pasti Reza tidak akan semarah ini dan mengabaikan dirinya seperti sekarang.
Seharian seorang diri di rumah membuat Olivia bosan. Rasanya Olivia tidak sabar ingin hari berganti esok dan berharap semoga saja hari esok hidupnya lebih baik dari saat ini.
Sore menjelang, Olivia kebingungan seorang diri. Mau masak untuk makan malam makanan tadi pagi masih cukup untuk persediaan makan malam, apalagi dirinya hanya seorang diri.
Tidak ada pilihan akhirnya Olivia memilih membersihkan rumah ketimbang duduk tanpa ada kegiatan. Setelah itu baru menghangatkan sisa makanan tadi pagi dan setelahnya pergi keluar rumah.
Olivia langsung duduk santai di teras rumah sambil menunggu kepulangan Reza, siapa tahu Reza berubah pikiran dan akhirnya pulang ke rumah.
Namun, yang dinanti tak kunjung tiba, hingga hari sudah menggelap, masih tidak ada tanda-tanda kepulangan suaminya.
"Ya Tuhan ternyata dia benar-benar tidak pulang." Olivia kembali ke kamar dan segera menjatuhkan diri dengan kasar di atas ranjang. Tidur adalah satu-satunya cara Olivia untuk melupakan masalah, meskipun setelah bangun masalah tersebut masih akan terus menghantuinya.
Esok hari, pagi-pagi buta terdengar suara bel berbunyi disertai pintu pagar yang diketuk.
Olivia yang masih meringkuk dalam selimut tidak mendengarnya.
"Olivia!" terdengar suara Reza yang berteriak dari luar.
"Seperti suara Mas Reza." Segera Olivia melempar selimut dan berjalan ke arah kaca jendela. Olivia mengintip keluar dari balik gorden yang terbuka separuh.
"Ternyata benar Mas Reza," ucap Olivia saat melihat siluet Reza dibalik pintu pagar.
Segera Olivia berlari keluar rumah kemudian berlari ke arah pagar.
"Mas Re–"
Olivia tidak melanjutkan perkataannya saat melihat orang yang bersama Reza saat ini.
"Mbak Meilin?" Olivia tampak kaget. Meilin adalah putri dari Marta. Anak tiri dari almarhum ayahnya.
"Cepat buka pintunya dia mabuk!" seru Melilin sambil merangkul bahu Reza.
Olivia pun mengangguk dan langsung membuka pintu pagar. Aroma alkohol langsung menyeruak ke hidung Olivia membuat Olivia hampir muntah saja.
Setelah pintu pagar terbuka, Meilin langsung membawa Reza ke dalam rumah dan membaringkan dia di atas sofa ruang tamu.
"Kenapa dia bisa bersamamu?" selidik Olivia. Hubungan dirinya dan keluarga Meilin tidak baik-baik saja meskipun pada kenyataannya mereka bersaudara sebab Marisa disinyalir telah merebut suami dari Marta.
Bagi Olivia aneh saja jika Meilin menolong Reza sebab wanita itu sudah tahu kalau Reza itu adalah suaminya.
"Kalau soal itu tanyakan saja pada dia!" perintah Meilin.
"Sudah aku pulang dulu ya. Kau rawat suamimu dengan baik kalau tidak ingin dia diambil orang," tambahnya.
"Rez aku pulang," pamitnya kemudian pada Reza.
"Jangan pergi Mei!" mohon Reza dengan suara khas orang mabuk.
"Di sini sudah ada istrimu Rez, aku malas kalau harus melayani orang mabuk berat sepertimu."
"Mei, aku sayang sama kamu, jangan tinggalkan aku ya. Kita bercinta sekali lagi seperti semalam."
Sontak saja Olivia menganga dan menutup mulut.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments