Hari belum begitu siang saat Olivia kembali ke rumah. Wanita itu masuk ke dapur sebelum membersihkan diri sehabis dari luar.
"Wah nasinya sudah habis ternyata." Olivia baru sadar bahwa semua nasi tadi pagi ia masukkan ke dalam kotak dan dijualnya.
"Lebih baik aku masak nasi dulu."
Olivia mendidihkan air dan mencuci beras. Setelah itu barulah menuangkan pada magic com. Setelah menekan tombol cook barulah Olivia mencuci peralatan memasak yang menumpuk dan belum sempat dicucinya tadi pagi.
Setelah selesai Olivia mengecek lauk. Dia bersyukur ayam goreng dan bihun bercampur potongan wortel dan kol masih ada. Dia hanya tinggal menghangatkan saja.
Selesai membereskan pekerjaan dapur Olivia beralih membersihkan rumah.
"Ya Tuhan seharusnya ini adalah tugas tadi pagi, tapi karena sibuk harus ditunda sampai siang seperti ini. Sepertinya besok alu harus bangun lebih dini lagi. Mungkin jam 2 malam aku sudah harus masuk dapur."
Apalagi Olivia berniat untuk membuat tahu krispi juga sebagai tambahan jualannya. Tentu waktu yang dibutuhkan sangatlah lebih banyak.
"Aku lelah, sebaiknya aku mandi dan langsung tidur." Olivia masuk ke dalam kamar berniat untuk membersihkan diri kemudian beristirahat. Pekerjaan yang dilakukannya sendiri sedari pagi-pagi buta ini sangatlah menguras tenaganya. Untung saja jualannya cepat laris, kalau tidak pastilah saat ini dirinya berkeliling jalan kaki sambil menjajakan dagangannya.
Saat hendak masuk ke kamar mandi, langkah Olivia terhenti saat melihat baju-baju Reza dan juga miliknya ada di keranjang pakaian.
Olivia langsung menepuj jidatnya. "Ya ampun ternyata aku melupakan kalau aku belum mencuci pakaian."
Olivia menenteng keranjang pakaian dan memasukkan baju-baju ke dalam mesin cuci.
"Untung ada kamu, kalau nggak energi darimana lagi yang akan aku salurkan." Olivia menepuk badan mesin cuci. Setelah memutar tombol dia menunggu dengan menyandarkan diri pada sebuah kursi kayu. Rasanya lelahnya sedikit berkurang setelah dibawa duduk-duduk.
Kini Olivia membawa cucian itu keluar dari rumah dan menjemurnya. Dia menepuk kedua tangannya setelah cucian selesai dijemur.
"Akhirnya kelar juga." Olivia bisa bernafas lega setelah pekerjaan rumah beres. Dia kembali ke dalam kamar dan masuk kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah keringatan sedari tadi.
Lelah, tubuhnya sangat lelah sehingga sesudah mandi dia langsung merebahkan tubuhnya di lautan kapuk. Tidak menunggu waktu lama, Olivia langsung terlelap.
Sore hari Olivia terbangun saat mendengar suara berisik dari luar. Olivia langsung bangun dan mengeceknya. Matanya yang masih belum terbuka sempurna membuat Olivia mengucek-ngucek matanya.
"Wah enak ya jadi istrimu. Suami kerja dia malah asyik tiduran di rumah. Suami datang tidak disambut pula." Terdengar protes dari suara seorang wanita yang Olivia kenal.
Olivia lalu berusaha membuka mata lebar-lebar.
Deg.
Jantungnya berdetak kencang saat melihat siapa wanita yang berdiri di hadapannya.
"Kak Meilin? Jadi Mas Reza masih berhubungan dengan wanita itu?" Olivia tampak tertegun. Wanita itu kira Reza sudah tidak bersama Meilin lagi sebab tidak pernah membawa wanita ini lagi ke dalam rumah. Olivia
"Kenapa kaget ya?" Meilin tersenyum penuh arti.
Olivia malas, dia kembali ke dalam kamar.
"Hei! Mau kemana kamu? Suami datang nggak dilayani. Ya Jangan salahkan kalau suaminya selingkuh. Orang istrinya nggak repect banget," sindir Meilin.
"Dilayani aja selingkuh ya udah sekalian nggak usah dilayani. Kan sudah ada kekasih kesayangan. Biarkan saja dia yang melayani." Olivia memandang ke arah Reza dengan kesal.
Brak.
Olivia membanting pintu dan masuk ke dalam lalu menguncinya. Di dalam kamar dia menangis tanpa suara.
"Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan? Jujur aku sakit melihat kekakuan Mas Reza seperti ini. Dengan membawa wanita ke dalam rumah saja harga diriku sebagai seorang istri serasa terkoyak-koyak apalagi wanita yang ditengarai merupakan kekasihnya itu adalah kakakku sendiri." Olivia menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Rasanya aku ingin lepas, tapi apa yang akan terjadi pada nenek jika aku bercerai dari Mas Reza? Ibu akan mengusir kami dan dimanakah aku bisa membawa nenek berteduh nantinya? Akh!" Olivia menjambak kasar rambutnya sendiri. Dia benci dengan dirinya yang lemah. Wanita itu merasa dilema.
Dalam keadaan dirinya yang bersedih malah mendengar suaran tawa dari Reza dan Meilin di luar sana dan hal itu tentu membuat hati Olivia bertambah nyeri.
Olivia tertidur karena kelelahan menangis. Hingga tak terasa ketika dia bangun saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.
"Aku belum makan malam," gumam Olivia tatkala mendengar perutnya berbunyi. Wanita itu
masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka sebelum akhirnya masuk ke dapur.
Sebelum memasak nasi uduk dan menggoreng tahu krispi terlebih dulu Olivia menggoreng telur dadar sebagai lauk untuk makan saat ini juga.
Sambil menggoreng telur Olivia megecek nasi.
"****!" Olivia mengumpat kala melihat nasi tinggal sedikit. Dia dapat menebak bahwa bukan hanya Reza seorang diri yang memakannya tapi Meilin juga. Olivia tahu porsi makan Reza yang tidak banyak meski hubungan dirinya bisa dikatakan tidak baik dengan sang suami.
Buru-buru Olivia mencentong nasi ke dalam piring dan makan dengan telur dadar.
Setelah selesai barulah dia beraktivitas di dapur seperti pagi sebelumya.
Seperti biasa jam setengah 7 pagi jualan Olivia sudah siap di jual. Prediksi waktunya sangat tepat sehingga meskipun jenis jualannya bertambah Olivia tetap bisa menyelesaikan tepat waktu.
Reza sudah pergi tanpa pamit pada Olivia padahal Olivia berharap Reza menawarkan tumpangan padanya agar tidak perlu menunggu angkot lewat.
"Ya sudahlah mau bagaimana lagi ?" Rasanya Olivia sudah tidak bisa berharap lagi pada Reza. Dia menganggap dirinya seperti seorang janda yang semua harus dilakukan seorang diri meski pada kenyataannya status dirinya masih punya suami.
Olivia melambaikan tangannya ke arah jalan raya saat melihat ada angkot yang bergerak ke arahnya.
"Kemana Neng?"
"Ke kampus di depan Pak!"
Sopir angkot pun menyetir mobilnya kembali.
"Ini Neng kampusnya?"
"Iya Pak, tapi kok sepi ya?"
"Saya mana tahu Neng, mungkin Eneng kepagian jadi para mahasiswa belum datang."
"Kemarin jam segini sudah ramai loh Pak," ujar Olivia.
"Oh katanya mahasiswa di kampus ini diliburkan Dek karena salah satu rektornya ada yang meninggal dunia. Jadi para mahasiswanya melayat ke rumah rektor tersebut," sambung seorang ibu-ibu setengah baya yang duduk di samping Olivia.
"Oh gitu ya Bu?"
"Iya Dek, saya tahu sebab keponakan saya kuliah di sini juga. Adek mau jualan ya?" Ibu itu melirik ke arah plastik besar yang dibawa Olivia.
"Iya Bu, jual nasi uduk sama tahu krispi. Kemarin jualan di sini laris."
"Boleh beli satu Dek?"
"Boleh, boleh Bu. Malah saya senang kalau ada yang mau beli. Nasi atau tahu krispi Bu?"
"Dua-duanya, tapi satu-satu."
Olivia mengangguk dan membuka plastik dan memberikan pada ibu tersebut. Ibu tersebut menyodorkan uang 50 ribuan pada Olivia dan Olivia langsung memberikan kembaliannya.
"Wah masakan Adek enak," ujar ibu tersebut sambil mengunyah makanannya.
"Terima kasih Bu," ucap Olivia."
"Terus rencana Adek sekarang mau jualan ke mana?"
"Nggak tahu Bu mau lihat-lihat situasi dulu kalau ada keramaian nanti saya turun dari angkot."
"Kalau usul saya mending adik jualan di depan sana. Di depan sana ada perusahaan besar, biasanya kalau pagi-pagi perusahaan tersebut tidak melarang penjual keliling untuk masuk ke dalamnya sebelum jam kantor dimulai. Tapi waktunya sudah mepet ya Dek."
"Tidak apa-apa Bu saya akan coba."
Angkot terus berjalan dengan cepat karena belum menemukan penumpang lagi.
"Itu Dek perusahaannya."
"Berhenti Pak."
Setelah membayar ongkos angkot, Olivia turun setelah mengucapkan terima kasih kepada sopir angkot dan ibu yang memberi saran tadi.
"Nasi uduk! Tahu krispi!" Olivia mulai menawarkan jualannya.
Para karyawan yang penasaran dengan dagangan Olivia pun menghampiri dan bertanya-tanya. Ada beberapa yang membeli nasi uduk dan juga ada beberapa pula yang membeli tahu krispi.
Seperti biasa kerumunan selalu mengundang rasa penasaran orang-orang sehingga banyak dari para karyawan maupun karyawati yang lainnya yang berlari menghampiri Olivia.
"Kamu kan istrinya Reza ya?" tanya seseorang yang ternyata mengenali Olivia. Bagaimana tidak kenal sebagian dari karyawan dari perusahaan itu hadir di pesta pernikahan antara Reza dan Olivia.
Olivia kaget sebab tidak tahu kalau perusahaan ini adalah perusahaan tempat Reza bekerja.
Seorang karyawan berlari memanggil Reza dan memberitahukan bahwa istrinya ada di pintu pagar perusahaan.
Reza yang merasa malu langsung berlari ke arah Olivia dan menyeret wanita itu keluar.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
bunda syifa
istri jualan dia malu, tapi gc ngasih nafkah istri dia gc malu tuh, malah masih numpang makan juga saat istrinya masak,🙁🙁... qm sehat mas😒😒😒
2024-01-04
1
bunda syifa
sabar dulu olive, nanti klo dirimu sudah sukses tinggalkan semua yg sudah menyakiti mu
2024-01-04
1
Tatya Faza
reza malu? emang si reza punya malu?
udah punya bini aja bawa selingkuhan ke rumah..
eh tapi lebih gedeg sama si marisa noh.. ibu macam apa dia
2022-12-20
1