Kini tibalah di hari H dimana pernikahan antara Olivia dan Reza pun dilangsungkan.
Sudah sejak pagi Olivia dirias oleh seorang MUA yang terkenal memiliki polesan make up yang membuat siapa saja yang mendapat sentuhan tangannya akan terlihat jauh lebih cantik dari biasanya.
Wanita yang memiliki wajah pas-pasan saja mampu disulap menjadi wanita cantik apalagi Olivia yang memang memiliki basic kecantikan paripurna.
Reza yang melihat Olivia berjalan dengan anggunnya menuju meja ijab ditemani Marisa dan pihak MUA yang memegang ujung gaunnya benar-benar terpana melihat kecantikan calon istrinya yang tiada tara. Rasanya dia ingin cepat menghalalkan gadis itu.
"Rez sabar sebentar lagi dia akan menjadi milikmu seutuhnya." Sang papa yang melihat arah pandangan Reza yang begitu takjub ke arah Olivia mengerti dengan jalan pikiran putranya.
Reza menoleh ke arah sang ayah dengan tersenyum dan mengangguk.
Beberapa menit menunggu akhirnya sampai juga Olivia di samping Reza.
"Bagaimana sudah siap?" tanya pak penghulu setelah Olivia sudah duduk dengan sempurna.
Reza melihat ke arah Olivia dan Olivia tersenyum lalu mengangguk.
"Siap Pak," jawab Reza begitu bersemangat.
"Wah pengantin prianya sudah tidak sabaran ternyata," goda pak penghulu sedangkan Reza hanya tersenyum saja.
"Baiklah kita segera mulai. Maaf walinya dimana?"
"Dia tidak punya ayah Pak, juga tidak punya saudara," terang Marisa.
"Mungkin ada pihak lain yang bisa menjadi wali. Saudara laki-laki dari ayahnya atau kakek dari pihak ayah?" tanya Pak penghulu lagi.
"Tidak ada Pak, dari pihak ayahnya hanya ada neneknya saja," jelas Marisa lagi.
"Baik kalau begitu saya wakilkan saja ya?"
"Iya saya serahkan ijabnya pada pak penghulu saja," jawab Marisa.
Pak penghulu membaca doa sebentar lalu mengulurkan tangannya ke depan Reza. Reza pun menjabat tangan pak penghulu.
"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau ananda Reza Wahyu Barata dengan ananda Olivia Arya Damayanti dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 10 gram dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Olivia Arya Damayanti dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Dengan sekali hentakan Reza mengucapkan kalimat qabul dengan lantang.
"Bagaimana para saksi sah?"
"Sah."
"Sah."
"Saaaah."
Kata sah pun terdengar dari semua penjuru di kediaman Tomi Barata.
"Alhamdulillah." Semua orang mengucapkan kalimat syukur atas sah nya pasangan pengantin ini.
Pak penghulu pun membaca doa dan semua orang mengaminkan.
Kedua pengantin saling bertatap muka sambil tersenyum. Wati memberikan kotak cincin kepada Reza. Reza membuka dan meraih tangan Olivia lalu menyelipkan cincin tersebut di jari manis Olivia.
Setelah Reza mengecup tangan Olivia barulah giliran Olivia yang menyematkan cincin di jari manis Reza dan lalu menyalami tangan Reza.
Reza mengecup kening Olivia sebelum keduanya melakukan sungkeman pada masing-masing orang tua.
Saat sampai pada kedua orang tua Reza mereka berdua mendapatkan wejangan atau nasehat-nasehat dari keduanya sedangkan tatkala sampai pada Marisa, Olivia mendapatkan tatapan tidak enak dari ibunya. Marisa sangat kesal dengan Olivia yang tidak menuruti keinginannya agar meminta mas kawin rumah.
Olivia sebelumnya memang sudah dipesan oleh Marisa agar meminta mas kawin rumah. Wanita itu yakin keluarga Reza akan menyanggupi syaratnya itu mengingat Olivia sudah mau menyelamatkan nama baik keluarganya. Namun Olivia tidak mau dan hanya meminta mas kawin seperangkat alat shalat saja.
Emas seberat 10 gram saja itu ditambahi sendiri oleh keluarga Tomi Barata sebab tidak ingin terlihat miskin jika hanya memberikan seperangkat alat shalat saja.
"Bu." Reza mengulurkan tangannya ke arah Marisa yang tidak melepaskan tangan Olivia saat bersalaman.
"Ah maaf Nak Reza saya hanya merasa kagum saja pada anak saya yang bisa menjadi secantik ini setelah dirias." Melepas tangan Olivia dan berganti bersalaman dengan dengan Reza.
"Tidak apa-apa Bu."
Setelah acara ijab dan sungkeman selesai kedua pengantin dipersilakan naik ke pelaminan. Semua tamu naik ke atas secara bergiliran untuk memberikan selamat. Setelah selesai mereka pun dipersilahkan untuk menyantap hidangan yang sudah disediakan oleh pihak catering.
Para keluarga naik ke depan dan mengabadikan momen dengan cara berfoto bersama.
Di saat sedang asyik-asyiknya berfoto Reza melihat sahabatnya yang tadinya ingin menghampiri dirinya malah berdiri mematung di sana.
"Harlan?" Reza terlihat kaget melihat Harlan menatapnya dengan ekspresi kecewa.
Bukan cuma Reza, Marisa pun kaget melihat kedatangan Harlan di pesta pernikahan Reza dengan Olivia.
"Dia kan pemuda itu?"
Flashback.
"Wah cantik banget tuh gadis!" Seorang pria sedang mengagumi seorang gadis yang berjalan di depan tempatnya dia duduk. Pria itu sedang duduk santai di taman kota sehabis lari pagi.
"Namanya Olivia, dia setiap hari menjajakan nasi uduk keliling," bisik pria lain yang duduk bersama Harlan saat ini. Sebenarnya pria itu tidak mengenal Olivia hanya tahu saja dari orang-orang.
Harlan tidak mendengarkan perkataan Reza, dia terus saja memandangi Olivia tak berkedip sampai gadis itu menghilang di balik tanaman hias yang menjadi penambah segarnya udara di taman kota.
"Kau menyukainya?" tanya Reza melihat sahabatnya terus saja menatap kepergian Olivia.
"Ya." Harlan tak segan-segan mengakui perasaannya.
"Yakin?" tanya Reza lagi.
"Yakinlah memang kenapa?" tanya balik Harlan.
"Lihatlah penampilannya, kampungan banget, baju kucel seperti itu kau kagumi?" ledeknya pada Harlan.
"Tak perduli apapun penampilannya dia tetap cantik di mataku, seperti Cinderella dalam dunia nyata."
"Cih Cinderella, Cinderella di atas sandal jepit, hahaha." Reza tertawa lepas meledek Harlan.
Pria itu merasa aneh pada sang sahabat sebab di kota itu sangat banyak wanita cantik dan seksi, tetapi Harlan malah mengagumi gadis yang tidak banget di mata Reza.
***
Kau mau membeli bunga untuk siapa?" tanya Reza heran melihat Harlan menepikan mobilnya dan berhenti sejenak di toko bunga milik seorang florist bernama Mikhayla yang terkenal di kotanya.
Kebetulan siang itu mobil Reza masuk bengkel dan terpaksa nebeng pada Harlan.
"Siapa lagi kalau bukan gadis yang yang beberapa hari ini aku kagumi dan pertama kali aku lihat di taman bunga itu," jawab Harlan santai.
Reza menganga mendengar jawaban Harlan. "Kau serius ingin menjalin hubungan dengan gadis itu?" Reza menggeleng tidak percaya.
"Apa kau pernah melihatku tidak serius dengan ucapanku?" tanya Harlan dengan ekspresi tenang.
"Ada bunga mawar merahnya Mbak?" tanya Harlan kemudian kepada penjaga toko.
"Bunga hidup atau yang terbuat dari plastik Mas?" tanya balik penjaga toko.
"Yang dari bunga mawar hidup Mbak kalau bunga imitasi nanti dikira cintaku imitasi lagi," canda Harlan.
"Oke kalau begitu saya rangkaian dulu sebentar ya Mas. Apa Mas nya bersedia menunggu?"
"Iya Mbak saya akan menunggunya."
"Baik Mas silahkan duduk dulu!"
Harlan mengangguk dan duduk, Reza pun ikut duduk di kursi yang berada di samping Harlan sambil melihat ke sekeliling ruangan toko yang begitu nampak cantik dipenuhi oleh bunga hidup maupun bunga imitasi atau yang terbuat dari plastik.
Hening, tak ada yang bersuara dalam ruangan tersebut. Semua orang fokus pada kesibukannya masing-masing. Reza sibuk melihat bunga-bunga sedangkan penjaga toko sibuk membuat buket bunga pesanan Harlan dan Harlan sendiri terlihat merenung memikirkan tentang Olivia yang sejak semalam selalu terbayang-bayang dibenaknya.
Entah apa yang terjadi pada diri Harlan sejak beberapa hari ini. Jujur pria itu sudah menyukai Olivia sejak baru pertama kali. Namun, tidak segelisah hari ini.
"Sudah Mas pesanannya." Penjaga toko tersebut memperlihatkan hasil rangkaian tangannya. Harlan menoleh dan tersenyum. Sepertinya pria itu benar-benar puas dengan hasil tangan perempuan yang duduk di hadapannya.
"Kalau misal ada yang kurang Mas komen saja biar saya perbaiki," ujar penjaga toko itu lagi.
"Memang boleh Mbak?" tanya Harlan tak percaya. Bagaimana mungkin buket bunga yang sudah jadi akan penjaga toko tersebut bongkar lagi apabila tidak sesuai dengan keinginan pelanggannya.
"Boleh Mas demi kepuasan pelanggan akan saya lakukan."
Harlan mengangguk.
"Tapi sepertinya tidak perlu dirombak sih Mbak sebab menurut saya sudah bagus. Berapa Mbak?"
"Tiga ratus ribu Mas."
Harlan mengangguk, merogoh dompet dalam saku celananya lalu mengeluarkan 3 lembar uang seratus ribuan kemudian menyerahkan uang tersebut kepada penjaga toko lalu pamit pergi.
"Ayo Rez, kita cabut sekarang!" ajaknya pada Reza yang masih fokus menyentuh bunga-bunga hidup yang menjadi sampel di toko tersebut.
"Yuk!"
Mereka pun kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Setelah mengantar Reza ke depan rumahnya barulah Harlan pergi ke rumah Olivia. Dia sudah tahu dimana Olivia tinggal sebab sudah pernah memata-matai Olivia saat kembali dari berjualan keliling.
"Mau bertemu siapa?" Marisa langsung melayangkan pertanyaan pada Harlan.
"Olivia nya ada Bu?"
"Kau menyukai putri saya?" Menatap buket du tangan Harlan.
"Iya," jawab Harlan jujur.
"Kau punya apa?" tanya Marisa lagi.
"Mobil," jawab Harlan menunjuk mobilnya.
"Rumah sudah punya sendiri?"
"Masih nebeng pada orang tua."
"Kalau begitu kembalilah saat kau sudah memilki rumah sendiri. Jika kau sudah memiliki rumah untuk mas kawin buat anak saya maka saya akan menerima lamaranmu."
"Baik Bu." Harlan berbalik. Dalam hati dia ingin mengatakan pada pamannya bahwa dia akan menyertaiku ajakan pamannya untuk bekerja ke luar negeri.
"Bagus aku tunggu dirimu!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
waduh
2023-02-19
1
nctzen💋
waduhhh pas tau olivia udah gak perawan lagi gimana ya reza??
2022-12-06
2