"Apakah dia Dianaz?"
"Tuan!" seru pak sopir melihat majikannya malah memandang ke depan dengan tatapan mata yang kosong.
Jack William baru tersadar bahwa dirinya kini tinggal seorang diri.
"Ah iya Pak, ayo kita masuk!" ajak Jack pada sopirnya sambil berjalan mendahului sopir tersebut.
"Mari," ujar pak sopir dengan membungkukkan badan padahal Jack William sudah berjalan di depannya. Buru-buru sopir itu berlari ke arah mobil dan membukakan pintu untuk tuannya.
Jack William masuk ke dalam mobil dan sopir itu pun menutup pintu. Setelah itu dengan setengah berlari Pak sopir melangkah ke arah depan dan masuk serta duduk di depan kemudi, kemudian menyetir mobilnya masuk ke dalam perusahaan.
Dalam mobil Jack menyandarkan tubuhnya sambil pikirannya menerawang ke masa lalu.
"Apakah Dianaz masih hidup?"
"Sudah sampai Tuan!"
Jack William kaget, tetapi mengangguk dan langsung turun. Dia berjalan masuk ke dalam perusahaan dengan langkah yang tegap dan tatapan mata yang dingin.
"Frans, kau melihat keributan di luar tadi?" Dengan suara yang tegas Jack langsung menanyakan kejadian yang terjadi di luar perusahaan pada asistennya yang bernama Frans Antolin.
"Saya tidak melihatnya Tuan sebab sibuk dengan pekerjaan ini." Frans Antolin memang tidak perduli dengan sekitar hari ini sebab pekerjaannya sangat banyak dan menumpuk. Semalaman saja dia tidak tidur dan mencoba menggarap kerjaannya hingga lembur sampai pagi. Sekarang pun pria itu masih berkutat dengan laptopnya.
"Payah." Jack duduk dengan kasar membuat Frans merasa tidak nyaman.
"Yang saya dengar hanya keributan salah satu staff kita dengan istrinya Tuan. Apakah itu terlalu penting untuk Tuan?"
"Istrinya?" tanya Jack kaget.
"Ya kalau tidak salah nama karyawan kita yang bertengkar dengan istrinya itu adalah Reza. Apa perlu saya panggilkan dan berikan hukuman karena telah menganggu ketenangan di area perusahaan kita?" tanya Frans lagi. Pria itu menutup laptopnya.
"Saya tidak butuh informasi tentang Reza nya tapi yang saya butuhkan tentang istrinya."
Frans Antoni kaget mendengar penuturan atasannya. Bukannya selama 3 tahun ini Jack William begitu dingin dan acuh terhadap para perempuan? Kenapa kini malah penasaran dengan istri dari seorang pria yang merupakan staff biasa di dalam perusahaannya?
"Kalau Tuan menginginkan rekaman kejadian tadi saya bisa mengusahakannya."
"Lakukanlah!" perintah Jak lalu menutup wajah dengan kedua tangan serta bersandar pada kursi kebesarannya.
"Baik," jawab Frans disertai dengan anggukan lalu bangkit dari kursi dan berjalan keluar ruangan.
Beberapa saat kemudian kembali dengan seorang karyawan.
"Tuan?"
"Kenapa kau malah membawa dia? Bukankah sudah ku perintahkan agar kau mengambil rekaman CCTV?"
"Ayolah Tuan kalau ada yang cepat dan mudah kenapa harus menunggu lama? Tuan pikir tidak membutuhkan waktu lama untuk meminta petugas cctv memberikan rekaman tadi. Kalau ini mah sekilas langsung bisa," ujar Frans.
"Apa maksudmu? Katakanlah tidak usah berbasa-basi!"
Frans menghela nafas. Atasannya itu terlalu serius, tidak bisa diajak santai.
"Apa dia yang namanya Reza?" tanya Jack lebih lanjut sebab Frans tidak langsung menjawab pertanyaan darinya.
"Bukan, tapi pria ini mempunyai rekaman kejadian tadi," jelas Frans.
Jack Wiliam mengangguk.
"Berikan padaku!" Jack memberi kode agar karyawan yang dimaksud asistennya itu mendekat.
Karyawan tersebut mengangguk dan berjalan cepat ke arah Jack William dengan wajah yang menunduk sebab tidak kuat melihat tatapan mata atasannya yang begitu menusuk.
"Ini Tuan." Pria itu menyerahkan ponselnya.
Dengan cepat Jack William meraih ponsel karyawan tersebut dan langsung mengecek ke galeri.
Frans dan karyawan itu diam menyaksikan Jack William yang begitu fokus pada layar ponsel.
Awalnya Jack William tersenyum saat melihat kedatangan Olivia ke perusahaan itu. Wajah perempuan itu benar-benar bisa mengobati rasa rindu Jack pada mendiang istrinya.
Frans mengernyit, sudah lama atasannya itu tidak terlihat tersenyum, tapi kali ini terlihat tersenyum sangat manis kembali.
Frans merasa aneh dan ingin bertanya apakah gerangan yang membuat sang bos yang bisanya terlihat datar dan beku seperti es batu itu kini malah terlihat hangat. Namun, dia tidak berani bertanya sebab takut menghancurkan mood atasannya itu yang kini tampak bahagia.
"Duduk!" bisik Frans pada karyawan yang berdiri di sampingnya sambil menggeser kursi dengan sangat pelan.
"Terima kasih Pak," ujar karyawan tersebut dengan suara yang lirih pula. Mereka tidak mau mengganggu sang atasan yang bisa saja murka jika merasa ada yang mengganggunya.
Senyap, dalam ruangan itu tidak ada seorang pun yang bersuara kecuali hanya suara dari ponsel yang dipegang oleh Jack.
Perlahan senyum Jack memudar tatkala dalam video memperlihatkan Reza yang menyeret tubuh Olivia ke samping pintu pagar di luar perusahaan sehingga dagangan Olivia berceceran.
"****! Benar-benar tidak bisa menghargai wanita. Dia tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan istri." Jack mengepalkan satu tangannya karena geram pada Reza.
"Kamu tahu kenapa laki-laki ini melakukan hal itu pada istrinya?" kalimat tanya yang dilontarkan Jack seolah mengintimidasi karyawan yang duduk di hadapannya kini. Padahal dirinya bukan Reza, tetapi mengapa karyawan tersebut yang merasa takut.
"Di–dia merasa ma–lu karena istrinya berjualan keliling dan malah jualan ke kantor ini," sahut karyawan tersebut dengan gugup.
Jack mengangguk, mungkin saja wanita itu membangkang perintah suaminya meskipun Jack sendiri tetap tidak bisa memaklumi perlakuan kasar Reza pada Olivia.
Jack terus saja menonton video yang berputar di layar ponsel.
"Benar-benar pria tidak bertanggung jawab," ujar Jack saat di video Olivia mengungkapkan keluha bahwa dirinya tidak akan melakukan hal ini jika Reza menafkahi hidupnya.
"Panggil yang namanya Reza!" perintah Jack pada karyawan tersebut.
"Baik Tuan." Karyawan tersebut mengangguk dan pamit keluar.
"Frans, kirim videonya ke dalam ponselku!" perintah Jack sambil memberikan handphone milik karyawan tadi ke tangan Frans.
Frans mengangguk lalu melaksanakan apa yang diperintahkan atasannya.
Beberapa saat kemudian karyawan tadi kembali bersama Reza.
"Selamat pagi Tuan, Pak Frans!" sapa Reza di depan pintu.
"Masuk!" perintah Jack William dengan tatapan membunuhnya membuat nyali Reza langsung ciut. Dia tahu pasti dirinya akan terkena amarah karena telah membuat keributan di kantor.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments