Olivia mendesah. "Bagaimana caranya aku dapat uang secepatnya?" Wanita itu mondar-mandir di dalam kamar. Olivia benar-benar tidak tahu harus mendapatkan uang darimana.
"Kalau menunggu sampai cincin ini terjual berarti harus menunggu sampai besok dong sedangkan nenek harus dibawa ke rumah sakit sekarang juga." Olivia memijit pelipisnya dengan keras mungkin dengan cara seperti itu semua bisa muncul ide di kepalanya. Walaupun kenyataannya itu mustahil.
"Kenapa kamu?" tanya Reza yang kebetulan melintas di hadapannya. Pria itu ingin mengambil baju ganti di kamar.
"Mas aku minta tolong kali ini saja."
Reza mengernyit.
"Aku benar-benar butuh uang untuk pengobatan nenek. Penyakitnya kambuh dan kalau telat sedikit nyawanya bisa melayang." Olivia menatap Reza dengan tatapan memelasnya.
"Kau pikir itu urusanku!"
"Ayolah Mas, kali ini saja kau pakai hati naluri kamu. Aku hanya ingin minjam saja kok, besok aku kembalikan," janji Olivia. Wanita itu terpaksa mengemis pada suaminya lagi.
"Kembalikan? Emang kamu akan dapat uang darimana?" Reza tidak percaya Olivia bisa mengembalikan uangnya nanti jika dirinya diberikan pinjaman.
Dia pun tidak percaya kalau Olivia akan mengembalikan uang tersebut karena berpikir neneknya yang sakit hanya akal-akalannya Olivia saja. Dia pikir Olivia hanya ingin mendapatkan uang Reza semata. Seperti Marisa yang suka memanfaatkan orang lain dan kesempatan yang ada.
"Aku punya cincin, aku akan menjualnya."
"Cih, cincin kawin kau akan menjualnya?" Reza menggelengkan kepala.
"Bukan, tapi cincin pemberian almarhum ayah."
"Kau tidak berbohong, bukan?"
"Tidak, biar aku ambil dulu kalau Mas Reza tidak percaya."
Olivia pun mengambil cincin yang dipegangnya tadi dan menunjukkan kepada Reza.
"Coba lihat, jangan-jangan cincin palsu lagi." Reza pun menarik cincin di tangan Olivia dan memeriksanya.
"Oke, kamu butuh berapa?"
"600 ribu." Sengaja Olivia melebihkan untuk ongkos transfer sekaligus untuk membeli bahan makanan untuk makan besok pagi. Kalau tidak seperti itu mungkin dia akan sangat kelaparan sebab saat ini saja dia belum makan.
"Baiklah aku ambil dulu." Reza pun beranjak ke kamar tamu dan mengambil dompetnya. Setelah itu kembali ke kamar Olivia dan memberikan sejumlah uang sesuai dengan yang diminta Olivia.
"Awas balikin tuh uangnya!"
"Iya Mas. Kalau begitu aku pamit pergi." Olivia pun mengambil jaket dan berjalan ke warung yang tidak terlalu jauh jaraknya dengan rumah yang ditempatinya sekarang.
"Untung saja masih buka," gumam Olivia saat melihat warung kelontong yang dilengkapi dengan agen Brilink itu masih buka padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Kami memang buka 24 jam Mbak," ujar penjaga toko sambil tersenyum ramah ke arah Olivia.
"Syukurlah Mas kalau begitu." Sebenarnya Olivia tahu toko tersebut memang buka 24 jam makanya dia meminta uang cash saja pada Reza bukannya malah meminta langsung di transfer ke ibunya.
Olivia langsung memberikan nomor rekening sang ibu kepada penjaga toko dan mengatakan bahwa dirinya ingin mentransfer uang 500 ribu.
"Oke Mbak siap."
"Oh ya Mas aku ambil rotinya yang ini ya untuk aku makan sekarang," pamit Olivia sebab takut disangka mencuri.
"Ambillah itu harganya 2000 rupiah," ujar penjaga toko sambil mengetikkan nominal uang di mesin transfer.
Olivia mengambil roti cokelat itu, membuka dari plastik lalu mengunyahnya.
"Si Mbak hamil ya, makanya malam-malam masih lapar?" tebak pemilik toko sambil menyodorkan struk bukti berhasil transfer ke arah Olivia.
"Nggak tahu juga Mas, belum periksa." Tidak mungkin bukan jika Olivia mengatakan bahwa dirinya belum makan malam jam segini?
Olivia meraih struk yang disodorkan penjaga toko.
"Coba periksa Mbak, biasanya istri saya pas hamil anak pertamanya seperti itu, suka makan lagi kalau malam hari," saran pemilik toko.
"Iya Mas, nanti saya coba."
Pemilik toko mengangguk. "Ada yang mau dibeli lagi?"
"Berasnya diecer nggak Mas? Kalau bisa aku beli 2 liter saja"
"Ngecer lah Mbak, masa nggak?" Pemilik toko pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah tumpukan beras. Pria itu langsung memasukkan 2 liter beras ke dalam kantong plastik.
"Ada lagi?"
"Telur setengah kilo saja dan Mie goreng instan dua."
"Oke, totalnya 646 ribu Mbak dengan transferannya."
"Tambah minyak goreng 1 liter Mas!"
"Oke, jadi 662 rupiah Mbak." Pria itu menyodorkan kantong plastik berisi belanjaan kepada Olivia dan wanita itu langsung membayar.
"Terimakasih ya Mas, saya pamit," ucap Olivia setelah menerima uang kembalian.
"Sama-sama Mbak."
Olivia pun melangkah pergi dari toko. Namun, pemilik toko itupun memanggil Olivia kembali.
"Mbak! Mbak!"
Olivia pun berbalik. "Ada apa Mas? Ada yang ketinggalan ataupun perhitungannya tadi salah?"
"Tidak Mbak saya hanya mau memberikan Mbak nasi kotak ini, makan ya Mbak. Ini tadi istri saya yang minta dibelikan ternyata dia sudah pesan online, jadi nggak kemakan deh. Daripada mubasir ya aku kasih Mbak nya saja."
"Wah terima kasih banyak ya Mas."
"Iya hati-hati Mbak."
Olivia mengangguk dan buru-buru berjalan ke arah rumahnya sebab malam sudah semakin larut.
Sampai di rumah ternyata Reza sudah tertidur di sofa ruang tamu. Buru-buru Olivia masuk ke dapur dan menaruh barang belanjaannya. Setelah itu membuka kotak nasi dan melihat isinya.
"Wah ikannya ayam bakar." Olivia ingin segera melahapnya. Dia segera mencuci tangan dan makan di dapur. Setelah selesai barulah kembali ke ruang tamu dan membangunkan Reza untuk pindah ke kamar.
Keduanya pun masuk kamar masing-masing.
Esok hari setelah Reza pergi, Olivia pun pergi ke toko emas dan menjual cincinnya itu.
Setelah cincin itu terjual Olivia langsung menghitung uang hasil penjualan cincin tersebut sebelum meninggalkan toko perhiasan. Siapa tahu karyawan toko tersebut salah menghitung uang.
"4 juta setengah, lumayan." Olivia menghela nafas lega.
Setelah selesai menjual cincin Olivia sekarang pergi ke pasar. Wanita itu membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat nasi uduk. Tak lupa pula membeli bahan dapur lainnya untuk kebutuhan makan selama satu minggu ini.
Selesai dengan belanjaannya Olivia pulang dengan menaiki angkot. Uangnya yang tidak seberapa akan berkurang banyak jika harus menaiki taksi. Tidak apa-apa dia berdesakan dalam angkot tersebut asalkan bisa menghemat pengeluaran.
"Wah kamu tuh boros amat dapat uang sedikit langsung belanja," protes Reza. Reza heran sebab Olivia pulang dengan membawa banyak belanjaan.
Olivia tidak menjawab, tetapi terus masuk ke dalam rumah.
"Olivia!" teriak Reza geram karena Olivia mengabaikan dirinya.
"Oh iya mana uangku?" Reza mengejar Olivia sampai ke dapur.
Setelah menaruh belanjaannya barulah Olivia mengembalikan uang Reza yang dipinjam semalam.
"Ini Mas, terima kasih banyak."
Reza mengangguk.
"Oh ya Mas, Olivia belanja sebanyak ini bukan karena boros. Olivia ingin menjual nasi seperti dulu biar bisa punya uang. Mas Reza tidak mau menanggung biaya hidup Oliv, kan?"
"Terserah kamu mau melakukan apa." Reza berbalik dan pergi dengan segenggam uang dari Olivia.
"Hah." Olivia mendesah kasar.
"Semoga aku bisa terus bersabar Tuhan." Doa Olivia dalam hati.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments