Happy reading 😘😘😘
Rinai hujan membasahi bumi diiringi gelegar suara petir yang memekakkan telinga.
Cantika berusaha melawan rasa takut kala indera pendengarannya terusik oleh suara yang mengerikan itu dengan memejamkan netra dan menutup kedua telinga dengan telapak tangan.
Namun semakin ia melawan, ketakutan yang ia rasa malah kian mendominasi.
Tubuh Cantika bergetar hebat diiringi buliran kristal bening yang mengalir dari kedua sudut netra.
"Arga, maaf. Maafkan aku!" ucap Cantika lirih disertai isak tangis.
Sepasang kelopak mata Andrea terbuka perlahan saat mendengar suara Cantika yang menyayat hati.
Andrea terkesiap kala melihat keadaan istrinya yang jauh dari kata baik-baik saja. Ia pun bergegas membawa tubuhnya bangkit dan berusaha membangunkan Cantika yang tengah terisak dengan mata yang masih terpejam.
"Sayang, apa yang terjadi? Kenapa kamu seperti ini?" Andrea melontarkan tanya dengan perasaan cemas.
"Arga, maaf --" Cantika kembali berucap lirih. Dari nada suaranya menyiratkan penyesalan yang dalam.
"Sayang, buka matamu! Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi dan jelaskan siapa Arga!" Andrea kembali berusaha membangunkan Cantika dengan mengusap lembut pipi mulus wanita yang telah menjadi kekasih halalnya itu.
Cantika merespon sentuhan tangan Andrea dengan membuka sepasang jendela hatinya. Lalu ditatapnya wajah Andrea yang memenuhi ruang pandang dengan tatapan sendu.
"Mas --"
"Sayang, apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis dan menyebut nama Arga? Siapa dia?" cecar Andrea sembari menyeka buliran bening yang membasahi wajah Cantika dengan jemari tangan.
"Dia --" Pita suara Cantika tercekat. Ia tidak sanggup melanjutkan ucapannya kala teringat kejadian lima tahun silam.
Waktu itu Cantika berusia 18 tahun dan ia baru saja lulus dari SMA.
Karena parasnya yang cantik dan hatinya baik, banyak teman laki-laki yang menaruh hati padanya. Salah satu dari mereka bernama Arga.
Meski berulang kali ditolak oleh Cantika, Arga pantang menyerah dan melakukan segala usaha untuk meluluhkan hati Cantika.
Malam itu, hujan deras mengguyur bumi disertai amukan petir.
Arga yang tengah berjuang untuk meluluhkan hati Cantika, nekat bersimpuh di halaman rumah gadis pujaannya dengan membawa buket bunga mawar merah tanpa memedulikan gelegar suara petir yang terdengar bersahut-sahutan.
Berulang kali Cantika meminta Arga untuk segera bangkit dan berteduh di rumahnya. Namun Arga menolak dan malah mengajukan syarat. Ia bersedia bangkit dan berteduh setelah Cantika menerima cintanya.
Naas. Menit berikutnya tubuh Arga tersambar petir dan menyebabkan pemuda itu kehilangan nyawa dengan cara yang sangat tragis.
"Arga --"
Cantika berteriak dan menangis histeris saat menyaksikan kejadian yang sangat mengerikan itu. Ia menyalahkan dirinya sendiri atas nasib tragis yang dialami oleh Arga.
Sejak saat itulah, Cantika teramat takut setiap mendengar suara petir yang menggelegar. Ia mengalami trauma dan tersiksa oleh rasa bersalah.
"Sayang --" Andrea merengkuh tubuh Cantika lalu membawanya ke dalam pelukan.
Ia kecup dalam pucuk kepala Cantika seraya mentransfer energi positif agar Cantika merasa tenang.
Tangan Cantika yang semula menjuntai, terulur untuk membalas pelukan Andrea.
Cantika merasa teramat nyaman berada di dalam pelukan Andrea. Ketakutan yang ia rasa pun mulai berkurang saat ia menyandarkan kepala di dada bidang suaminya.
"Mas --" ucap Cantika lirih sambil mengeratkan pelukannya.
"Apa, Sayang?"
"Mas, aku takut dengan suara itu --"
"Suara apa?"
"Suara petir yang menggelegar."
"Kenapa kamu takut, Yang?"
"Karena ... suara itu mengingatkan aku pada Arga."
"Siapa Arga?" Andrea kembali melontarkan tanya dengan mengangkat satu alisnya. Sebagai seorang suami, Andrea merasa kurang nyaman saat Cantika menyebut nama laki-laki lain.
"Dia teman sekelasku sewaktu SMA, Mas --" Cantika menjeda sejenak ucapannya dan meraup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
Kemudian ia mulai menceritakan kejadian naas yang dialami oleh Arga pada Andrea.
"Sejak saat itu, aku sangat takut setiap mendengar suara petir yang menggelegar. Rasa bersalah kembali hadir dan memelukku erat saat bayangan kejadian lima tahun yang silam kembali hadir. Bertahun-tahun aku berusaha melawan rasa takut dan menghilangkan trauma yang aku alami dengan segala cara. Namun tetap tidak bisa, Mas. Terkadang aku berpikir, mungkin Allah tengah menghukum aku, sehingga rasa takut dan trauma itu tidak bisa hilang. Aku sungguh menyesal. Aku merasa bersalah pada Arga. Andai dulu aku menerima cintanya, mungkin dia tidak akan tersambar petir," ucap Cantika seraya mengakhiri cerita.
Andrea mengeratkan pelukannya dan melabuhkan kecupan di pucuk kepala Cantika. Ulu hatinya terasa nyeri saat ia mengetahui kekasih halalnya itu mengalami trauma dan tersiksa oleh rasa bersalah.
"Sayang, mulai saat ini jangan lagi menyalahkan dirimu sendiri! Apa yang terjadi pada Arga sudah menjadi kehendak Allah. Lagi pula, Sayang sudah berusaha membujuk Arga supaya dia segera bangkit dan berteduh. Namun karena obsesinya untuk meluluhkan hatimu, dia keras kepala dan malah menjemput kematiannya sendiri dengan cara yang sangat tragis. Apa yang Sayang lakukan waktu itu sudah benar. Sayang berhak menerima dan menolak Arga karena cinta tidak bisa dipaksakan," tutur Andrea seraya menenangkan Cantika.
"Lebih baik, Sayang segera mengambil air wudhu dan menunaikan sholat lail untuk menenangkan diri. Doakan Arga supaya Allah mengampuni dosa-dosa almarhum dan memberinya tempat yang indah," sambungnya.
"Iya, Mas." Cantika mengangguk pelan.
Andrea dan Cantika lantas mengurai pelukan. Keduanya saling melempar tatap dan menerbitkan senyum.
"Mas Andrea juga ikut menunaikan sholat lail ya!" pinta Cantika pada Andrea.
"Iya, Sayang," sahut Andrea sembari menoel hidung mancung Cantika.
Sepasang suami istri itu kemudian beranjak dari ranjang, lalu mengayun langkah untuk mensucikan diri dengan berwudhu.
Selesai berwudhu, mereka membentangkan sajadah dan bersiap untuk menunaikan ibadah sholat sunah lail.
"Allahu Akbar." Andrea melafazkan takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangannya dan diikuti oleh Cantika.
Kedua insan itu tampak khusyu'. Keduanya tenggelam dalam kenikmatan beribadah.
Setelah mengucap dua salam dan membaca hamdalah, Andrea dan Cantika menengadahkan kedua telapak tangan seraya melangitkan pinta pada Sang Maha Kasih.
Andrea dan Cantika memohon ampunan kepada Illahi atas segala dosa serta khilaf yang telah mereka lakukan. Keduanya juga memohon ampunan untuk almarhum Arga dan memohon agar Illahi berkenan menempatkan almarhum di surga-Nya.
Seusai melangitkan pinta, Andrea merotasikan tubuhnya hingga berhadapan dengan Cantika.
Cantika menggamit tangan Andrea dan mencium punggung tangan suaminya itu dengan takzim.
Andrea mengulas senyum dan mengusap lembut kepala Cantika yang terbalut mukena berwarna putih. Kemudian ia labuhkan kecupan dalam di kening Cantika.
Seketika Cantika memejamkan netra kala merasakan gelenyar aneh dan menentramkan jiwa yang hadir saat Andrea mengecup keningnya.
Di dalam benak, ia melafazkan rasa syukur kepada Sang Maha Cinta yang telah menganugerahinya seorang imam pengganti yang mampu membuatnya merasa nyaman--Andrea Winata, muridnya yang dikenal badung. Namun ternyata memiliki sisi positif dan kelebihan yang menakjubkan.
Tiba-tiba Cantika teringat perkataan Valonia Jasmine tentang Ata yang ternyata adalah Andrea Winata, lelaki yang kini telah menjadi imamnya.
"Cangkang boleh saja jelek, tetapi dalamnya bagus dan tidak mengecewakan."
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf jika ada salah kata dan bertebaran typo.
Jangan lupa, beri semangat author dengan meninggalkan jejak like 👍
tabok ❤ untuk favoritkan karya
bijaksanalah memberi bintang ⭐
beri gift atau vote jika berkenan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
JANGAN MENILAI SESUATU ITU DARI LUARAN NYA..
2025-01-12
0
Sinta Sinta
cocuit bangeut 🥰
2023-03-30
1
Sulaiman Efendy
BRRTI ALLAH TK MRIDHOI TIKA DIMILIKI ARGA, DN KDEPANNYA ARGA BKN IMAM YG BAIK BUAT TIKA, DN ALLAH TAU YG TRBAIK BUAT TIKA.. KMATIAN ARGA YG TRSAMBAR PETIR ITU BISA DIKATAKN MATI SCARA SYU'UL KHOTIMAH.
2023-03-18
1