Happy reading 😘😘😘
Hari yang dinantikan oleh Cantika telah tiba. Seluruh keluarganya sudah berkumpul di Masjid Al Hidayah untuk menjadi saksi terikrarnya janji suci yang akan dilafazkan oleh Cantika dan calon imamnya.
Rombongan keluarga calon mempelai pria yang sedari tadi ditunggu pun tiba dengan membawa seserahan dan mahar yang diminta oleh calon mempelai wanita.
Namun ada sesuatu yang membuat kedua orang tua dan seluruh keluarga Cantika bertanya-tanya. Dafa--calon suami Cantika tidak turut serta bersama rombongan.
Entah di mana pria yang akan menikahi Cantika itu saat ini berada ....
Meski Hafidz dan Khabibah merasa janggal dengan kedatangan Airlangga beserta keluarga besarnya yang tanpa disertai oleh calon mempelai pria, kedua paruh baya itu berusaha menahan diri untuk tidak langsung bertanya mengenai Dafa pada Airlangga dan mempersilahkan calon besan mereka beserta rombongan untuk duduk di atas permadani yang telah disediakan.
Setelah sejenak berbasa-basi, Hafidz memberanikan diri untuk bertanya pada Airlangga.
"Mas Airlangga, kenapa Nak Dafa belum tiba? Dan kenapa, Nak Dafa tidak turut serta bersama rombongan?" cecarnya dengan merendahkan suara.
Airlangga membenahi posisi duduknya dan menghela nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan yang dilisankan oleh calon besannya.
"Begini, Mas Hafidz. Sebelumnya saya atas nama keluarga mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Tadi, sebenarnya Dafa turut serta bersama rombongan. Kami berangkat bersama-sama. Namun di tengah perjalanan, mobil yang membawa Dafa tiba-tiba saja berbelok arah. Kami lantas mengikutinya. Namun ternyata, mobil yang membawa putra kami tersebut sudah tidak terlihat ketika kami turut berbelok arah. Saya berpikir, mungkin Dafa berniat mendahului kami, karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan calon istrinya. Tetapi, sampai sekarang Dafa malah belum tiba di Masjid Al Hidayah." Airlangga menjeda ucapannya dan kembali menghela nafas.
"Saya sudah menyuruh beberapa orang untuk mencari keberadaan Dafa. Namun belum ada satu pun yang berhasil menemukan keberadaannya. Saya mohon, Mas Hafidz beserta keluarga untuk sejenak bersabar dan berkenan memaafkan kami," sambungnya dengan sedikit menundukkan wajah.
Sebagai seorang ayah, Airlangga merasa dipermalukan oleh putranya sendiri. Ia teramat kecewa dan marah. Namun Airlangga berusaha menahan diri agar tidak meluapkan emosinya saat ini.
Hafidz dan Khabibah saling melempar tatap. Keduanya meraup udara dalam-dalam seraya menghempas rasa sesak di dalam dada dan mengusir pikiran buruk yang tiba-tiba hadir kala mendengar ucapan Airlangga.
Sebagai orang tua, Hafidz dan Khabibah tidak ingin jika pernikahan putri mereka kali ini kembali gagal.
Keduanya sungguh tidak sanggup jika Cantika menjadi gunjingan orang-orang yang sangat senang mencari cela dan tidak bisa menjaga lisan mereka.
Keduanya juga tidak sanggup jika harus menyaksikan putri mereka kembali bertudung mendung dan berkawan dengan duka, sama seperti beberapa tahun yang silam. Saat Cantika gagal menikah dengan Heru, cinta pertamanya.
"Semoga Nak Dafa segera tiba untuk menunaikan janjinya pada putri kami. Sebagai orang tua, saya sungguh tidak sanggup jika harus menyaksikan putri kami gagal menikah untuk kedua kalinya," ucap Hafidz dengan suaranya yang terdengar berat.
Lima belas menit telah berlalu. Namun yang dinanti belum juga tiba.
Hafidz, Khabibah, Vay, dan Airlangga semakin resah. Mereka sangat khawatir jika pernikahan Cantika dan Dafa gagal.
Suasana yang semula hening seketika berubah riuh. Semua orang yang berada di dalam masjid mulai berbisik-bisik. Mereka memperbincangkan tentang Cantika dan Dafa. Bahkan ada juga yang memperbincangkan tentang Najwa dan Ustaz Mirza.
"Mohon maaf, Ustaz Hafidz. Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi, karena masih ada beberapa pasangan yang harus saya nikahkan hari ini juga." Ridwan yang semula diam dan duduk dengan tenang sembari menunggu calon mempelai yang akan ia nikahkan, kini turut bersuara.
"Sabar, Nak Ridwan. Saya mohon tunggu sebentar lagi. Kami sedang berusaha menghubungi dan mencari keberadaan calon mempelai pria."
"Tapi, Ustaz --"
Ucapan Ridwan terpangkas saat tiba-tiba terdengar suara isak tangis. Semua orang yang berada di dalam masjid seketika menoleh ke arah asal suara.
"Tika --" lirih Khabibah. Ia bergegas membawa tubuhnya berdiri lalu berjalan menghampiri putrinya yang tengah menangis.
"Abah, Ummi, Mas Dafa --" Suara Cantika tercekat. Rasa sesak yang tengah meraja membuatnya sulit untuk berlisan.
"Sayang, ada apa dengan Mas Dafa? Mas Dafa baik-baik saja 'kan? Calon suamimu itu tidak mengalami musibah kecelakaan 'kan?"
Cantika menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh Khabibah dengan menggeleng kepala dan memeras kelopak netra.
"Sayang, apa yang sebenarnya terjadi? Katakan pada kami!" pinta Khabibah dengan melirihkan suara dan membawa tubuh lemah Cantika ke dalam pelukan.
"Mas Dafa baru saja mengirim pesan, Ummi."
"Lalu, apa isi pesan yang dikirim oleh Mas Dafa, Sayang?"
"Mas Dafa menggagalkan pernikahan kami karena ada seseorang yang lebih dicintai olehnya. Mas Dafa tidak tulus mencintai Tika, Ummi. Dia hanya menganggap Tika sebagai boneka yang bisa dimainkan semaunya." Air mata yang keluar dari kedua sudut netra Cantika semakin deras mengalir seiring ulu hati yang kian terasa sakit, bagai ditikam ribuan pisau belati.
"Astaghfirullah. Apa kesalahan dan dosa besar yang telah kami perbuat ya Robbi? Sehingga Engkau menghukum kedua putri hamba." Khabibah tak kuasa menahan luapan kesedihan. Tubuhnya bergetar hebat bersamaan dengan air duka yang jatuh membasahi wajahnya.
Bukannya berempati. Segerombol ibu-ibu yang duduk di sudut ruangan malah menyalahkan Cantika dan keluarganya. Mereka beranggapan bahwa apa yang terjadi pada Cantika dan Najwa semata-mata karena karma.
"Ummi, Cantika gagal menikah lagi. Cantika tidak patut dicinta. Cantika tidak pantas mendapatkan imam yang baik. Cantika banyak dosa, Ummi. Cantika lebih baik mati dari pada menjadi aib keluarga." Cantika tampak putus asa. Ia sungguh tidak sanggup menyaksikan kedua orang tuanya menanggung malu karena pernikahannya yang kembali gagal.
"Iya, dia tidak patut dicinta karena suka tebar pesona. Dia juga tidak pantas mendapatkan imam yang baik. Lebih baik, usir saja dia dari kampung ini dari pada menjadi aib keluarga! Apa kata orang, putri seorang Ustaz gagal menikah untuk kedua kalinya? Sungguh sangat memalukan," ujar Westri sambil berkacak pinggang. Ia teramat puas menyaksikan Cantika yang tengah berputus asa.
Westri berniat untuk menjadikan gadis yang selama ini dianggapnya sebagai saingan itu semakin sengsara dengan memperkeruh keadaan dan memprovokasi semua orang yang berada di dalam masjid.
"Siapa bilang Bu Cantika tidak patut dicinta dan tidak pantas mendapatkan seorang imam yang baik? Bu Cantika wanita yang berhati mulia dan salehah. Dia patut dicinta dan berhak mendapatkan seorang imam pengganti yang lebih baik. Allah Maha Kasih. Dia lebih mengetahui mana yang buruk dan mana yang terbaik untuk Bu Cantika," tutur seorang pemuda yang tiba-tiba berdiri di belakang Cantika.
"Dengan mengucap bismillah, saya bersedia menjadi imam pengganti untuk Bu Cantika," sambung pemuda itu dengan nada suaranya yang terdengar tegas dan penuh percaya diri.
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf jika ada salah kata dan bertebaran typo. 🙏
Jangan lupa, beri semangat author dengan meninggalkan jejak like 👍
tabok ❤ untuk favoritkan karya
bijaksanalah memberi bintang ⭐
beri gift atau vote jika berkenan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
NAH KAN KU BILANG JUGA APA,MANA ADA ORANG PACARAN KAYAK DAFA,BARU JUGA JETEMU GAK SAMPAI 10 MENIT UDAH PULANG, JARANG KETEMU,BIASANYA KALO ORANG PACARAN ITU KENGKET KAYAK PERANGKO,APALAGI UDAH MAU NIKAH,INI SIH KAYAK CANTIKA YG CINTA SEPIHAK...
2025-01-12
0
Qaisaa Nazarudin
Wahh udah mau mulai kompliknya,Gak sabaran aku pengen tau apa alasan Dafa sebenarnya gak bisa hadir di hari terpentingnya..
2025-01-12
0
Qaisaa Nazarudin
Semoga aja Dafa gak nyesal telah memilih Jalang dari Cantika,Membuang PERMATA demi BATU KALI..
2025-01-12
0