Happy reading 😘😘😘
Dua hari sebelum berangkat ke Kalimantan, Cantika mengunjungi salon atas permintaan Dafa. Ia juga mengunjungi butik Jasmine dengan ditemani oleh Vay--calon ibu mertuanya.
Sesampainya di butik Jasmine, Cantika dan Vay disambut oleh Valonia Jasmine, pemilik butik tersebut.
"Apa kabar, Tante Vay?" Valonia menyapa Vay dengan tersenyum ramah dan memberi pelukan singkat. Vay pun membalas pelukan Valonia diiringi sebaris senyum yang terlukis indah di wajahnya.
"Alhamdulillah baik, Valo. Bagaimana denganmu?" Vay ganti bertanya sembari mengurai pelukan.
"Baik juga, Tante."
"Oya, Valo. Perkenalkan, gadis cantik yang datang bersama tante ini ... Cantika, calon menantu tante." Vay memperkenalkan Cantika pada Valonia.
"Hai, Cantika." Valonia mengulas senyum dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Cantika.
"Hai, Nona Valo!" Sama seperti Valonia, Cantika pun mengulas senyum dan menyambut uluran tangan Valonia.
"Senang berkenalan denganmu, Cantika."
"Saya juga, Nona Valonia."
"Panggil saya Valo, Tika! Tidak usah dengan embel-embel 'Nona'! Lagi pula saya sudah menikah. Kurang pantas jika dipanggil dengan sebutan 'Nona'," pinta Valonia pada Cantika.
"Tapi --"
"Turuti permintaan Valo, Sayang! Supaya kalian bisa cepat akrab." Vay memangkas ucapan Cantika sembari mengusap bahu calon menantunya itu dengan lembut.
Cantika menarik kedua sudut bibirnya lalu mengiyakan permintaan Valonia dan Vay.
"Baiklah, saya akan memanggil Valonia ... 'Valo'."
"Thanks, Cantika."
"Sama-sama, Valo." Cantika membalas ucapan Valonia diikuti senyuman manis.
Valonia lantas memandu kedua tamunya dan memperlihatkan semua gaun hasil rancangannya.
Cantika berdecak kagum saat indera penglihatannya menangkap gaun pengantin berwarna biru muda yang terpajang di sudut ruang. Ingin rasanya ia memiliki gaun itu dan mengenakannya di hari pernikahan.
"Masya Allah, cantik sekali gaun pengantinnya," ucap Cantika seraya memuji gaun rancangan Valonia disertai binar yang terpancar di kedua netra beningnya.
"Kamu menyukainya, Tika?" tanya Valonia.
"Iya, saya sangat menyukai gaun pengantin hasil rancanganmu itu, Valo."
"Bagaimana, jika gaun pengantin itu saya berikan sebagai hadiah pernikahanmu?"
"Eng, terima kasih, Valo. Saya hanya menyukai gaun pengantin itu dan tidak berniat untuk memilikinya karena Mas Dafa kurang menyukai warna biru. Mas Dafa lebih menyukai warna gelap." Cantika berkilah dan menolak dengan tutur katanya yang terdengar halus.
"Sayang, ambilah gaun pengantin itu jika kamu sangat menyukainya!" Vay menimpali ucapan Cantika.
"Tapi, Mas Dafa --"
"Tidak usah khawatir, Sayang! Serahkan saja pada Bunda! Bunda yakin, Dafa tidak akan keberatan jika calon istrinya memilih gaun pengantin secantik itu, meski dia kurang menyukai warna biru. Bunda juga yakin, kamu akan terlihat semakin cantik jika mengenakannya dan Dafa pasti akan bertambah cinta."
"Iya, Bunda. Terima kasih."
"Kembali kasih, Sayang. Sekarang, cobalah gaun pengantin itu!"
"Baiklah, Bunda." Cantika tersenyum dan mengangguk pelan. Ia pun lantas menerima gaun pengantin berwarna biru muda yang ditaksirnya dari tangan Valonia. Kemudian ia masuk ke dalam ruang ganti untuk mencobanya.
"Masya Allah, cantik sekali," puji Vay begitu Cantika keluar dari ruang ganti dengan mengenakan gaun pengantin yang ia coba.
Cantika bertambah cantik dengan balutan gaun pengantin rancangan Valonia Jasmine. Gaun pengantin tersebut memiliki beberapa lapis rok, dengan hiasan lampu yang menyala dalam gelap saat dikenakan.
"Ya, cantik sekali. Seperti Cinderella." Valonia pun turut memuji kecantikan Cantika.
Rona merah tercetak di kedua pipi Cantika kala mendengar pujian yang terlontar dari bibir Vay dan Valonia.
"Terima kasih, Bunda, Valo," ucap Cantika tanpa terlupa mengiringinya dengan senyuman.
"Oya, untuk pasangannya, saya sudah menyiapkan atasan berwarna biru tua dan celana panjang putih."
"Wah, pasti Dafa akan terlihat semakin gagah dan tampan, seperti seorang pangeran jika mengenakannya." Vay menyahut ucapan Valonia.
"Kalau boleh saya tahu, berapa harga gaun pengantin ini, Valo?" Cantika melontarkan tanya sambil menunjuk gaun yang ia kenakan.
"Gaun pengantin itu tidak saya jual, Tika. Jadi, saya tidak memberinya harga. Saya ingin memberikan gaun cantik itu sebagai hadiah pernikahanmu dengan Dafa. So, kamu tidak perlu membayarnya."
"Terus terang, saya tidak enak hati. Gaun pengantin secantik ini pasti harganya sangat mahal. Bagaimana jika kamu memberikan potongan harga saja untuk saya, Valo?" tawar Cantika dan Valonia menanggapinya dengan menggeleng kepala.
"No. Bagi saya, harga gaun pengantin rancangan saya itu tidak sebanding dengan kebaikan yang pernah dilakukan oleh Tante Vay dan keluarganya. Mereka sangat baik. Di saat bisnis saya berada di ujung tanduk, Tante Vay dan Om Airlangga mengulurkan tangan mereka untuk membantu saya," terang Valonia. Netranya berkaca-kaca kala mengingat masa-masa sulit yang pernah ia alami sebelum bisnisnya sesukses saat ini.
"Selain itu, saya juga berhutang nyawa pada Ata, putra bungsu Tante Vay. Ata pernah menyelamatkan nyawa suami saya. Saat Keyan--suami saya mengalami musibah kecelakaan, Ata yang kebetulan berada di tempat kejadian, bergegas mengeluarkan Keyan dari dalam mobil sebelum mobil yang dikendarai oleh suami saya itu meledak. Dia juga mendonorkan darahnya untuk Keyan sehingga nyawa Keyan tertolong," sambungnya diikuti helaan nafas dalam.
"Masya Allah, mulia sekali putra bungsu Bunda Vay. Saya malah baru tahu, Bunda memiliki putra selain Mas Dafa. Yang saya tahu, Bunda hanya memiliki satu orang putri dan satu orang putra, Kak Sari dan Mas Dafa."
Vay menarik kedua sudut bibirnya dan mengusap hijab yang membalut rikma Cantika.
"Sayang, Bunda dan Ayah Airlangga dianugerahi tiga buah hati. Mereka adalah Sari, Dafa, dan Ata. Ata, putra bungsu Tante itu mempunyai kepribadian yang unik. Meski dikenal badung oleh guru dan teman-temannya di sekolah, sebenarnya ia anak yang sangat baik. Hanya saja karena pergaulannya di sekolah dan kurangnya perhatian dari kami, ia pun sering membuat ulah. Bunda dan Ayah Airlangga terlalu fokus memperhatikan kesehatan Dafa dan kurang memperhatikan tumbuh kembang Ata. Dari kecil, Dafa sering sakit-sakitan dan membutuhkan perhatian lebih dari kami. Sementara Ata, dia anak yang kuat dan jarang sekali sakit. Kami menitipkan Ata kecil pada Bi Ijah, asisten rumah tangga yang sudah kami anggap sebagai keluarga. Keputusan kami menitipkan Ata pada Bi Ijah waktu itu ternyata salah. Sampai sekarang, Ata tidak mau pulang ke rumah. Ia memilih tinggal bersama Bi Ijah dan terkadang menginap di rumah Sari--kakaknya. Bukan hanya itu saja. Ata meminta kami untuk menyembunyikan identitas aslinya. Ia tidak ingin dikenal sebagai putra Airlangga, sehingga guru dan teman-temannya di sekolah tidak mengetahui bahwa sebenarnya Ata adalah putra dari pemilik salah satu yayasan yang terkenal di kota ini. Terkecuali Nofi, putri Bi Ijah. Dari TK hingga SMA, Nofi dan Ata menuntut ilmu di sekolah yang sama. Mereka sepasang sahabat yang tidak pernah terpisahkan," tutur Vay panjang lebar.
"Jika saya boleh tahu, di SMA mana Ata dan Nofi menuntut ilmu saat ini, Bun?"
"Mereka menuntut ilmu di SMA --"
Ucapan Vay terpangkas saat terdengar suara langkah kaki diikuti sapaan.
"Selamat malam, Nyonya Valo. Ada paket untuk anda --" ucap seorang pemuda bertubuh gagah dengan masker dan kaca mata hitam yang menutupi wajahnya.
Pemuda itu lantas menyerahkan sebuah kotak berwarna kuning keemasan pada Valonia, kemudian memberi kode dengan gelengan kepala yang ia tujukan pada Vay.
Entah, siapa pemuda itu?
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf jika ada salah kata dan bertebaran typo. 🙏
Jangan lupa, beri semangat author dengan meninggalkan jejak like 👍
tabok ❤ untuk favoritkan karya
bijaksanalah memberi bintang ⭐
beri gift atau vote jika berkenan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Nofi Kahza
siapa ?? siapaaa??
2023-01-02
1
Nofi Kahza
kok aku jadi sedih ya? apa lagi mengingat sikap daffa di bab sebelumnya.. daffa kayak gk suka gt ma andrea🤔
2023-01-02
1
Nofi Kahza
uluuhhh.. tp nanti yg keliatan gagah so bontot.. bukan daffa😄
2023-01-02
1