Happy reading 😘😘😘
Sakit memang ditinggal sang kekasih
Tapi kamu harus terima kenyataan
Tetap tenang, positive thinking
Karena dia memang bukan jodohmu
Hey, jangan melamun, gak ada gunanya
Gak akan merubah keadaan
Awas, kamu kesurupan, kemasukan setan
Nanti lupa diri, jadi tambah edan ....
Andrea hampir saja terlonjak saat mendengar nada dering panggilan yang berasal dari gawainya. Sontak ia menggeser posisi duduknya, lalu mengambil gawai yang ia simpan di dalam saku celana.
Setelah membaca nama penelepon yang tertera di layar gawai, Andrea lantas menghentikan suara nada dering dengan menggeser layar seraya menolak panggilan. Kemudian ia menyimpan gawainya kembali ke dalam saku celana.
Cantika yang merasa keheranan dengan tingkah laku anak didiknya itu pun lantas melontarkan tanya. "Loh, kok tidak diangkat, Ndre?"
"Cuma telepon dari orang iseng, Bu." Andrea menjawab asal.
"Bukan telepon dari orang tuamu?" Cantika kembali bertanya. Ia tidak percaya begitu saja dengan jawaban yang dilontarkan oleh Andrea.
"Bukan, Bu."
"Ya sudah. Lebih baik, segeralah pulang! Sudah larut malam. Kasihan ayah dan bundamu, pasti mereka menunggu."
"Di rumah hanya ada kakak dan abang ipar, Bu."
"Memangnya, ayah dan bundamu ke mana?"
"Ayah dan bunda sedang pergi ke luar kota."
"Owh. Karena ibu tidak bisa mengantarmu, ibu pesankan ojek online ya?"
"Tidak usah, Bu. Saya sudah bawa sepeda motor --"
Eng ing eng. Mengucap kata sepeda motor, Andrea seketika teringat pada sepeda motornya yang tertinggal di taman.
"Duh, mati gue." Andrea bergumam sambil menepuk dahinya yang terbalut perban. Ia lupa jika dahinya tengah terluka.
Andrea pun mengaduh dan merutuki dirinya sendiri di dalam hati.
"Ada apa, Ndre?" Cantika bertanya heran.
"Tidak ada apa-apa, Bu. Saya permisi." Andrea membawa tubuhnya berdiri, diikuti oleh Cantika. Keduanya lalu berjalan menuju pintu.
"Loh mana sepeda motormu, Ndre?" Cantika celingak-celinguk mencari keberadaan sepeda motor Andrea. Namun di halaman rumah tak terlihat sepeda motor milik muridnya yang terkenal badung itu.
"Eng, sepeda motor saya ketinggalan di taman, Bu." Andrea menjawab sembari tersenyum nyengir dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"Ibu temani kamu berjalan sampai di taman? Atau ibu pesankan ojek online?"
"Tidak usah, Bu. Saya bisa ke taman sendiri."
"Sudah larut malam. Ibu khawatir kamu dihadang begal di jalan."
"Dan saya lebih khawatir jika ibu yang dihadang begal. Pastinya mereka akan membegal hati ibu." Andrea menimpali ucapan Cantika dengan melontarkan candaan.
"Ada-ada saja kamu, Ndre! Hati saya sudah dibegal oleh seorang Adam. Insya Allah, bulan depan dia akan menghalalkan saya."
"Saya ikut senang, Bu. Tapi bakal ada hari patah hati se SMA Nusa Bangsa."
"Maksudmu?"
"Bu Cantika 'kan idola semua murid laki-laki di SMA Nusa Bangsa, jadi mereka bakal patah hati kalau tahu Bu Cantika akan menikah."
"Tapi tidak termasuk kamu 'kan?" Cantika mengimbangi candaan yang dilontarkan oleh Andrea.
"Iya. Cukup satu kali saja saya merasakan patah hati, Bu."
"Memangnya, kamu pernah patah hati, Ndre?"
"Iya, Bu. Saya diputus dan ditinggalin Ayu," jawabnya sendu.
Cantika menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Tangannya terulur untuk mengusap bahu Andrea seraya menyalurkan energi positif agar anak didiknya itu tak lagi bersedih.
"Semangat, Ndre! Jangan terlalu bersedih hanya karena diputus dan ditinggalkan! Mungkin Allah mempunyai rencana lain. Dia tengah mempersiapkan seorang Hawa yang terbaik untukmu. Lagi pula, pacaran itu tidak baik. Mendekatkan kita pada dosa zina," tutur Cantika diiringi sebaris senyum yang menambah nilai kecantikan parasnya.
"Iya, Bu. Saya inginnya langsung menikah saja. Itu pun jika Sang Penulis Skenario menghendaki --"
Ucapan Andrea terpangkas kala gawainya kembali bersuara.
"Kamu angkat teleponnya, Ndre! Siapa tahu penting."
Andrea mengangguk dan menuruti perintah Cantika. Ia mengambil gawainya lalu menggeser layar benda pipih itu.
"Andreaaaaaaa." Terdengar teriakan begitu Andrea menerima panggilan telepon.
"Apaan sih, Kak? Jangan teriak-teriak! Suara lu sumbang."
"Heh bocah badung! Sekarang kamu lagi di mana?"
"Gue di rumah Bu Cantika, Kak."
"Ya Allah, Ya Robb. Kamu di rumah Cantika? Ngapain? Inget Ndre, Cantika itu calon kakak ipar kamu! Jangan ganggu dia!"
"Gue kaga ngapa-ngapain, Kak. Lagian Bu Cantika kaga tahu kalau gue adiknya Bang Dafa." Andrea berbisik, sehingga Cantika tidak bisa mendengar ucapannya dengan jelas.
"Buruan pulang! Tadi Pak Ogah datang ke rumah. Pak Ogah bilang, kamu melempar kepalanya dengan batu. Bukannya minta maaf, kamu malah melarikan diri dan meninggalkan sepeda motormu di taman."
"Jadi sepeda motor gue udah ada di rumah, Kak."
"Sudah. Kalau kamu nggak segera pulang, kakak bakal ngejual sepeda motormu di tukang rongsok --"
Andrea memutus sambungan telepon tanpa menanggapi ancaman yang dilontarkan oleh Nasari--kakak perempuannya. Lalu ia kembali mengalihkan fokus pada Cantika.
"Sepeda motor saya sudah diantar Pak Ogah ke rumah, Bu."
"Syukur alhamdulillah. Ibu sudah memesan ojek online untukmu. Tunggu sebentar ya!"
"Terima kasih, Bu."
"Hehem. Sama-sama."
Tanpa menunggu waktu lama, ojek yang dipesan oleh Cantika tiba.
Andrea berpamitan pada Cantika, lalu ia mendaratkan bobot tubuhnya di jok sepeda motor bagian belakang--berboncengan dengan tukang ojek yang akan mengantarnya pulang ke rumah Nasari.
Selama berada di perjalanan, gawai Andrea terus memperdengarkan nada dering. Namun Andrea tak acuh. Ia menghirup udara dalam-dalam sembari menatap hampa rupa Sang Dewi Malam. Teringat olehnya kenangan yang pernah ia lalui bersama Ayu, sang mantan kekasih.
"Mas, teleponnya kok ndak diangkat?"
Suara Bambang--si tukang ojek memecah kaca lamun.
Andrea menghela nafas, kemudian menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh Bambang. "Cuma telepon iseng, Bang. Kaga penting diangkat."
"Siapa tahu dari mantannya lho."
"Kaga mungkin."
"Bau-baunya, Mas ini sedang patah hati."
"Kaya' cenayang aja elu, Bang."
"Gue 'pan emang cenayang. Dari nada dering ponsel lu aja udah ketahuan, Tong! Kalau lu ntu sedang terpotek-potek." Bambang menimpali ucapan Andrea dengan Bahasa Betawi tanpa menanggalkan logatnya yang 'medok'.
"Gue emang lagi patah hati, Bang."
"Ck, lu kalah ama gue, Tong. Jelek-jelek begini, gue kaga pernah patah hati --"
"Tapi matahin hati orang, Bang?"
"Bukan."
"Terus?"
"Ya karena gue belum pernah pacaran. Makanye gue belum pernah patah hati. Wkwk cekakak." Bambang mengudarakan tawa. Sementara Andrea berusaha menahan emosi dengan menghirup udara dalam-dalam dan mengelus da-da.
"Tong, lu ntu handsome. Lu harus bangkit! Lupain cewe yang udah bikin lu patah hati. Seperti lagu di ponsel lu ntu. Kaga ada gunanya bersedih mulu. Masih banyak cewe yang mau sama elu. Satu lagi, jangan kebanyakan melamun! Kesambet dedemit baru tahu rasa lu. Mending kesambet dedemit cowo. Kalau kesambet dedemit bencong bisa berabe," sambungnya dan sukses membuat Andrea tertawa.
"Dasar! Ada-ada gajah lu, Bang!"
Andrea dan Bambang mengudarakan tawa. Tanpa terasa sepeda motor yang mereka tunggangi telah sampai di halaman rumah Nasari.
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf jika ada salah kata dan bertebaran typo. 🙏
Jangan lupa, beri semangat author dengan meninggalkan jejak like 👍
tabok ❤ untuk favoritkan karya
bijaksanalah memberi bintang ⭐
beri gift atau vote jika berkenan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Anak didik/adek ipar..Tapi kenapa di luar sekolah manggilnya masih ibu?? Kan calon kakak ipar tuh? Emangnya mereka gak akrab gitu..🤔🤔
2025-01-12
0
Zenun
hehe
2023-04-07
1
Jabrig Anu Jangar
👍 candaan y GK garing
2023-03-05
1