Happy reading 😘😘😘
"Bau apa tadi? Napa baunya kek sepatu yang kaga dicuci setahun?" cecar Afri sambil mengendus aroma yang masih menguar dari sepatu Nofia.
Nofia dan Riri terkekeh. Sementara Arya hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Napa kalian kaga jawab? Jangan-jangan, tadi bau kotoran kuda ya?" Afri kembali melontarkan tanya dengan meninggikan suara.
"Asal aja kalo ngomong. Bukan bau kotoran kuda, tapi bau sepatuku. Lagian, napa sih tiba-tiba kamu pingsan dan syulit banget disadarkan? Sesyulit melupakan brewoknya Pak Akbar."
Sontak, Afri ingin memuntahkan semua isi perutnya kala mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Nofia. Ia tidak menyangka, bau yang diendusnya tadi ternyata bau sepatu Nofia.
"Tega banget lu, Fi! Napa lu nyadarin gue pake sepatu lu? Napa kaga pake cara lain? Lebih baik gue nyium bau kotoran kuda ketimbang bau sepatu lu yang kaga dicuci se abad."
"Yaelah, namanya juga darurat, Fri. Nggak ada cara lain, kecuali dengan mengeluarkan jurus andalanku."
"Tapi 'pan masih ada cara lain --"
"Owh iya, aku lupa. Bener bingitz yang kamu bilang. Ada cara lain untuk menyadarkan kamu selain mengeluarkan jurus andalanku," ujar Nofia seraya memangkas ucapan Afri.
"Pegimane caranya, Fi?" Riri menimpali ucapan Nofia dengan melontarkan tanya diikuti kerutan yang tercetak di antara kedua pangkal alisnya.
"Caranya, Afri diberi nafas buatan oleh Arya," Nofia menjawab asal dan berusaha menahan tawanya yang hampir terlepas dengan mengulum bibir.
"Beuh, napa kaga kepikiran tadi?" Sama seperti Nofia, Riri pun berusaha menahan tawa.
Terbayang olehnya jika Arya benar-benar memberi nafas buatan untuk menyadarkan Afri.
"Iya-ya, Mbak. Ke-kenapa tadi nggak kepikiran? Arya bersedia kok memberi nafas buatan untuk a-ayang Afri," ucap Arya polos sambil membenahi posisi kaca matanya.
"Hishhh, enak di lu, kaga di gue. Mending nyium sepatu Fia ketimbang dikasih nafas buatan ama lu. Najis!" Afri menanggapi ucapan Arya dengan melontarkan kata-kata sarkas.
Arya bergeming. Ia enggan membalas ucapan Afri yang sukses menyayat ulu hati.
"Sabar ya, Ar! Jangan dimasukkin ucapan si Afri ke dalam hati!" Nofia mengusap bahu Arya seraya membesarkan hati adik kelasnya itu.
Arya mengangguk pelan dan berniat untuk mengayun langkah. Namun sebelum langkahnya terayun, Afri mencegah dan meminta untuk membantunya berdiri.
"Ar, tunggu! Bantuin gue berdiri!" pinta Afri dengan nada memerintah sembari mengulurkan tangannya.
"I-iya, a-ayang Afri." Arya pun bergegas menyambut uluran tangan Afri dan membantu gadis pujaan hatinya itu untuk berdiri.
"A-ayang Afri kenapa bisa pingsan?" tanya Arya kemudian.
"Gue pingsan karena laper. Gue lupa kaga sarapan dan waktu istirahat tadi gue gunain buat ngerjain PR dari Bu Mita," terang Afri seraya menjawab tanya.
"Owalah, ternyata pingsan karena laper. Kirain pingsan karena lelah mengejar Andrea." Nofia menimpali ucapan Afri.
"Ar, anter gue beli makan! Gue udah kaga tahan. Kalo gue kaga segera makan, gue bakal pingsan lagi," pinta Afri pada Arya tanpa menanggapi celotehan Nofia.
"De-dengan senang hati. Ba-bang Arya akan mengantar a-ayang Afri. Be-besok lagi kalo laper, bilang aja sama Babang Arya!"
Arya pun menuruti permintaan Afri. Ia menggamit lengan Afri yang terbuka dan memandunya berjalan menuju Cafe K & R yang terletak tidak jauh dari bangunan sekolah.
"Cie-cie, uhuk-uhuk." Nofia dan Riri berteriak seraya menggoda Afri dan Arya.
Di tempat yang berbeda, Andrea tampak termenung sambil menatap hampa dedaunan yang digoyangkan oleh sang bayu.
Pikirannya masih tertuju pada sosok yang pernah mewarnai hari-harinya dengan canda dan cerita.
Cantika yang baru saja keluar dari dapur, segera meletakkan nampan yang berisi dua cangkir teh hangat di meja lalu mendaratkan bobot tubuhnya di atas sofa, berhadapan dengan Andrea. Kemudian ditatapnya wajah Andrea dengan tatapan iba.
Ia tahu, apa yang tengah dipikirkan oleh Andrea sehingga anak didiknya itu sering melamun.
"Ndre, kamu masih memikirkan Ayu?" Cantika melontarkan tanya dengan suaranya yang terdengar lembut dan sukses mengalihkan atensi Andrea.
"Iya, Bu. Entah mengapa, saya belum bisa membuang jauh-jauh kenangan saya saat bersama Ayu. Saya galmove, Bu. Gagal move on," jawabnya sendu.
"Dulu, ibu juga pernah gagal move on, Ndre. Namun setelah Mas Dafa hadir di kehidupan ibu, alhamdulillah ... ibu bisa move on dari cinta pertama ibu."
"Jadi, sebelum Bang Dafa. Mm, maaf Bu. Maksud saya Pak Dafa. Sebelum Pak Dafa hadir, Ibu pernah berpacaran dengan pria lain?"
Cantika mengulas senyum dan menggeleng pelan. "Kami tidak berpacaran, melainkan ta'aruf. Mas Heru, dia cinta pertama ibu. Sosok Adam yang ibu harapkan bisa menjadi imam di dunia dan akhirat. Kami hampir menikah. Namun atas kehendak Allah, pernikahan kami gagal disaat ijab kabul akan terlafaz."
"Kenapa, pernikahan Ibu dan Pak Heru bisa gagal?"
"Panjang ceritanya, Ndre. Yang pasti, Mas Heru bukanlah jodoh yang digariskan oleh Allah untuk ibu. Seperti juga kamu dan Ayu. Mungkin, Ayu bukan jodoh yang digariskan oleh Allah untukmu. Namun tidak menutup kemungkinan jika suatu saat nanti, kalian akan bertemu kembali dan disatukan dalam ikatan yang halal."
"Iya, Bu."
Atmosfer hening sejenak menyelimuti. Baik Andrea maupun Cantika, keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Diminum dulu teh nya, Ndre!" Cantika mempersilahkan Andrea untuk meminum teh racikan tangannya seraya memecah hening.
"Iya, Bu. Terima kasih."
Andrea lantas mengambil cangkir berukiran bunga mawar merah yang berisi teh nasgitel (teh yang disajikan panas, manis, dan kental) racikan tangan Cantika. Kemudian ia meminum dan meneguk teh nasgitel itu.
"Mantul, Bu. Saya yakin, Pak Dafa tidak akan kecewa memiliki calon istri yang pandai meracik teh seenak ini. Andai kita seumuran, bisa dipastikan saya bakal menembak dan meminta Ibu untuk menjadi pacar saya," puji Andrea seraya melontarkan candaan.
"Memangnya kalau kita tidak seumuran, ibu tidak pantas ya menjadi pacar kamu, Ndre?" Cantika mengimbangi candaan Andrea.
"Iya, Bu. Ibu tidak pantas menjadi pacar saya. Pantasnya menjadi kekasih halal saya, karena Ibu pernah bilang kalau pacaran itu tidak baik dan mendekatkan kita pada dosa zina. Tapi, saya pernah mendengar ada pacaran yang diperbolehkan, Bu."
"Iya, memang ada, Ndre?"
"Memangnya, pacaran seperti apa yang diperbolehkan, Bu?" Andrea memasang raut wajah yang menyiratkan rasa penasarannya.
"Pacaran setelah menikah. Itulah pacaran yang diperbolehkan dalam ajaran keyakinan kita, Ndre," terang Cantika seraya menjawab tanya.
Obrolan Andrea dan Cantika terpangkas saat terdengar ucapan salam diikuti ketukan pintu.
"Assalamualaikum --"
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf jika ada salah kata dan bertebaran typo. 🙏
Jangan lupa, beri semangat author dengan meninggalkan jejak like 👍
tabok ❤ untuk favoritkan karya
bijaksanalah memberi bintang ⭐
beri gift atau vote jika berkenan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Heru bukan Jodoh mu Cantika, begitu juga dengan Dafa,Dia juga bukan jodoh mu yg sebenarnya..
2025-01-12
0
jhon teyeng
blm nemu alurmu kak biasa msh awal
2023-01-01
1
Umaymay Sifa
semangat,,ngejar ketertinggalan😁✌️
2022-12-29
1