Kelompok Epsaga : Pertarungan di Gang kecil

Bayang-bayang gelap menyelimuti Holdest, menyatu dengan kerumunan dan bangunan kumuh. Sheila, tanpa curiga sedikit pun, melangkah dengan hati-hati di tengah keramaian. Namun, di balik tirai gelap, mata yang tajam dan tangan yang siap bertindak sedang memperhatikannya.

Kelompok Epsaga, dalam keheningan gelap, memantau setiap gerakannya dengan teliti. Mereka telah diperintahkan untuk mengintai Sheila, menunggu momen yang tepat untuk melakukan aksinya. Dalam ketenangan yang menakutkan, mereka menunggu, mengamati setiap gerakan, setiap langkah yang diambil oleh target mereka.

Di antara keramaian yang sibuk, Sheila terus bergerak, tidak menyadari bahwa ia menjadi objek perhatian para pemburu bayangan. Langkahnya mantap, tetapi di balik layar, rencana jahat sedang direncanakan untuk mengganggu kedamaian dan keselamatannya. Tanpa sepengetahuannya, dia berada dalam bahaya yang nyata, dan keputusan yang diambilnya akan menjadi penentu takdirnya. Sheila merasakan ketegangan memenuhi udara saat ia memasuki gang kecil di tengah kumuh yang gelap itu. Setiap langkahnya dipenuhi dengan perasaan tidak aman, dan dia mulai menyadari adanya kehadiran yang mengintainya.

Dengan hati-hati, Sheila memperlambat langkahnya, mencoba untuk merasakan kehadiran yang mengikutinya. Ia memusatkan pikirannya, menajamkan indra-indranya untuk mencoba mendeteksi ancaman yang mungkin mengancamnya. Setiap suara kecil, setiap gerakan, semuanya menjadi penting dalam upaya untuk memahami situasi yang tengah dihadapinya.

Ketika akhirnya Sheila berhenti dan memejamkan matanya, dia merasakan keberadaan para pengintai itu semakin dekat. Hatinya berdebar kencang, namun dia tidak berpikir dua kali untuk bersiap menghadapi ancaman yang ada. Dengan gesit, tangannya meraih pedang pendek yang selalu dia sembunyikan di balik jubahnya, siap untuk bertarung jika diperlukan.

Saat Sheila membuka mata, dia tersadar bahwa anggota Epsaga telah menutupi kedua ujung gang, menahan setiap kemungkinan pelarian. Di hadapannya, kegelapan mengerikan dari gang kumuh itu terasa semakin menekan, sementara di belakangnya, bayangan-bayangan gelap menunggu dengan penuh antisipasi.

Sheila, dengan pedangnya yang siap di tangan, menatap tajam ke arah bayangan-bayangan gelap yang mengelilinginya. "Siapa kalian?" tanyanya dengan suara tegas, namun penuh dengan ketegangan.

Para anggota Epsaga hanya menjawab dengan tawa rendah yang menyeramkan, yang membuat rambut di belakang leher Sheila merinding. Mereka tampaknya menikmati situasi ini, menikmati ketidakpastian yang mereka ciptakan.

"Apa tujuan kalian mengikuti ku?" Sheila melanjutkan, mencoba menembus kegelapan yang menyelimuti niat mereka.

Namun, para anggota Epsaga masih hanya tertawa, tidak memberikan jawaban yang jelas. Mereka hanya mengeluarkan suara yang menggema di dalam gang sempit itu, membuat suasana semakin tegang.

"Tidak ingin bicara?" Sheila menegaskan, namun suaranya terdengar gemetar sedikit. "Kalian hanya ingin bermain-main dengan saya?" tanyanya dengan nada yang lebih rendah, namun tetap penuh dengan keberanian.

Para anggota Epsaga hanya tersenyum misterius, tetapi tak satu pun dari mereka yang memberikan jawaban.

Sheila menatap anggota Epsaga itu dengan tajam, wajahnya dipenuhi dengan ketegangan namun tetap berusaha mempertahankan ketenangannya. Tatapan anggota Epsaga yang menjijikkan membuatnya merasa tidak nyaman, namun dia tidak akan menyerah begitu saja.

"Dengarkan baik-baik," ucap Sheila dengan suara yang bergetar sedikit, mencoba untuk tetap berdiri tegak di hadapan mereka meskipun hatinya berdebar kencang. "Aku tidak berminat untuk bergabung dengan permainan kalian. Sampaikan pada siapa pun yang mengutus kalian bahwa aku tidak takut dengan ancaman apapun."

Anggota Epsaga hanya tersenyum, tetapi tatapan mereka masih mengancam. "Oh, tapi sayang sekali, Tuan Putri," ujar salah satu dari mereka dengan suara berbisik yang menyebabkan bulu kuduk Sheila merinding. "Kita belum selesai bermain. Kami tidak akan meninggalkanmu begitu saja."

Sheila merasa semakin terpojok, tetapi dia tetap berusaha menjaga sikapnya yang berani. "Aku tidak akan meninggalkan jalur saya hanya karena ancaman kalian," tegasnya, meskipun dia merasakan getaran ketakutan di dalam dirinya. "Jika kalian menghalangi saya, kalian akan menghadapi konsekuensinya."

Anggota Epsaga hanya tertawa, membuat suasana semakin menyeramkan di gang kecil itu. Sheila menyadari bahwa dia harus mencari cara untuk keluar dari situasi ini dengan selamat.

Dengan gerakan yang cepat, salah satu anggota Epsaga yang berbicara dengan Sheila mendekatinya dengan sikap yang mengancam. Tampaknya dia ingin menunjukkan dominasinya atas Sheila dengan tindakan fisik yang kasar.

Namun, Sheila, dengan keahliannya yang luar biasa dalam pertarungan, dengan cermat menangkap lengan anggota Epsaga tersebut sebelum tamparan itu bisa terjadi. Dia menahan pergerakan anggota Epsaga dengan tenang, tetapi tatapannya menyiratkan ketegasan yang tak terbantahkan.

"Jangan remehkan aku," ujar Sheila dengan suara yang tenang namun penuh kepastian. "Aku tidak akan berurusan dengan kalian jika kalian tidak membuat masalah. Tetapi jika kalian menghalangi jalanku, aku tidak akan ragu untuk bertindak."

Anggota Epsaga itu terdiam sejenak, terkejut dengan reaksi Sheila yang tegas. Meskipun demikian, mereka tetap berdiri di tempat mereka, mengamati Sheila dengan tatapan yang penuh tantangan dan ketertarikan.

Sheila dengan cepat bereaksi terhadap serangan membabi buta itu. Dengan gerakan yang lincah dan presisi, dia menghindari serangan tersebut dengan gesit, seolah-olah dia bisa membaca setiap gerakan lawannya sebelum terjadi. Dalam sekejap mata, dia menangkis serangan dengan sempurna, mengirimkan pria itu terhuyung ke belakang dengan kekuatan yang cukup untuk membuatnya tersungkur ke tanah.

Para anggota Epsaga yang lain terkejut melihat keahlian bertarung Sheila yang luar biasa. Mereka menyaksikan dengan penuh antusiasme dan sedikit terkejut bagaimana Sheila mampu menghadapi serangan tanpa kesulitan, bahkan menunjukkan kelincahan dan kekuatan yang tak terduga.

Wajah mereka mencerminkan campuran antara rasa terkejut dan semangat, karena mereka sadar bahwa mereka mungkin telah meremehkan Sheila sebelumnya. Mereka menyaksikan dengan penuh semangat saat pertarungan berlanjut, siap mendukung anggota mereka dan menikmati pertunjukan yang tidak terduga ini.

Pria itu merasa terhina oleh kegagalan serangannya yang ditangkis oleh Sheila. Namun, kegagalannya hanya menaikkan semangat pertarungan di antara anggota Epsaga yang lain. Mereka menatap dengan mata berbinar-binar, menyaksikan pertarungan ini dengan antusiasme yang membara.

Para anggota Epsaga yang lain, meskipun awalnya meremehkan Sheila, sekarang terpesona oleh keahliannya dalam bertarung. Mereka terkesan oleh kelincahan dan kekuatan fisiknya yang tak terduga, yang jauh melampaui ekspektasi mereka tentang seorang putri. Dengan napas yang terengah-engah, pria itu bangkit dari tanah dan kembali mengambil posisi bertarung. Dia tak kenal takut meskipun terlihat terhuyung-huyung. Sheila, dengan sikap tenang dan mantap, menghadapi pria itu tanpa senjata. Dengan penuh kepercayaan pada kemampuannya sendiri, dia menahan serangan-serangan pria itu dengan gesit, menjaga jarak, dan menunggu kesempatan yang tepat untuk menyerang balik. Pria itu, meskipun terlihat terengah-engah dan terdesak, masih mempertahankan ketegasannya untuk menyerang Sheila. Dia melihat ini sebagai sebuah pertarungan demi harga dirinya. Meskipun Sheila tidak terlihat kuat, namun kekuatan nya mengejutkan dan keahliannya dalam bertarung membuatnya menjadi lawan yang sangat sulit.

Saat Sheila melihat celah di pertahanan pria itu, tanpa ragu dia melancarkan serangan balik dengan pukulan telak yang dilandasi kekuatan penuh. Pria itu terlempar ke belakang, terhempas cukup jauh akibat kekuatan pukulannya yang mematikan. Sheila masih memegang kendali atas situasi. Dia belum menggunakan pedang pendeknya, menunjukkan bahwa dia masih mampu menghadapi pria itu dengan tangan kosong. Kemahirannya dalam karate, yang dia pelajari di masa lalunya sebagai atlet ternama, kini terbukti menjadi senjata yang mematikan dalam pertarungan ini.

Para anggota Epsaga yang berdiri dan menyaksikan salah satu teman mereka kepayahan melawan seorang gadis bahkan sampai terlempar jauh karena pukulan seorang gadis merangsang sisi sadis dalam diri para anggota Epsaga.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!