Pesta Teh Putri Serena

Dengan penuh perhatian, Evelyn membantu Sheila berdandan secantik dan seanggun mungkin untuk menghadiri pesta teh di istana Putri Serena Godwinson. Dia memilihkan gaun yang elegan dan sesuai dengan statusnya sebagai putri duke, memastikan setiap detailnya sempurna.Setelah Sheila mengenakan gaunnya, Evelyn kemudian menata rambutnya dengan mahir, menciptakan gaya yang anggun dan mempesona. Dia menambahkan sentuhan akhir dengan beberapa perhiasan yang mempercantik penampilan Sheila, membuatnya bersinar di antara tamu-tamu yang akan hadir di pesta teh tersebut.Ketika Sheila melihat dirinya di cermin setelah semua proses penataan selesai, dia tidak bisa menahan senyum kepuasan. Dia terlihat memukau dalam gaunnya yang indah dan rambutnya yang diberi sentuhan magis oleh Evelyn. Dengan penuh rasa percaya diri, Sheila bersiap untuk menghadiri pesta teh tersebut, siap untuk bertemu dengan Putri Serena.Dia tahu bahwa penampilannya yang memukau ini akan membantu dia menonjol di antara mereka, sementara dia tetap fokus pada misinya yang lebih besar.Evelyn membantu Sheila berdandan dengan penuh perhatian, menciptakan penampilan yang memukau dan mempesona untuk menghadiri pesta teh di istana Putri Serena Godwinson

Sheila tersenyum pada Evelyn sambil berkata, "Terima kasih, Evelyn. Kau selalu bisa membuatku terlihat cantik."

Evelyn tersenyum balik, "Tidak ada yang lebih mudah daripada membuat seorang putri cantik. Tetapi, kecantikanmu datang dari dalam, Nona. Itu yang membuatmu benar-benar berkilau."

Sheila merasa hangat mendengar pujian dari Evelyn. "Kau terlalu baik padaku, Evelyn. Tapi kita harus siap segera. Pesta teh tidak akan menunggu kita."

Evelyn mengangguk setuju. "Tentu saja, Nona. Ayo kita tunjukkan kepada dunia siapa yang sebenarnya Putri Evergreen."

Sheila terkekeh mendengar semangat Evelyn untuk menunjukkan kecantikannya.

Setelah persiapan selesai, Sheila dan Evelyn bersiap-siap untuk berangkat ke istana Putri Serena. Mereka naik ke kereta yang telah disiapkan khusus untuk mereka, dengan harapan untuk tiba tepat waktu di pesta teh tersebut.

Kereta melaju dengan lancar melalui jalan-jalan kota, melewati bangunan-bangunan indah dan pemandangan yang memukau. Sheila duduk dengan anggun di dalam kereta,dan mengintip dari jendela kereta dan terpukau oleh indahnya Ibu Kota Kekaisaran Hopsburg.

Ketika Sheila dan Evelyn tiba di Istana Putri Serena, mereka disambut oleh pemandangan yang megah. Istana itu menjulang tinggi di depan mereka, dengan taman yang indah menghiasi sekitarnya. Banyak wanita bangsawan dari keluarga terkenal telah berkumpul di sana, memperindah suasana dengan gaun-gaun mereka yang mewah dan elegan. Saat Sheila turun dari kereta, dia melihat sekeliling dengan penuh keterpesonaan. Namun, sorot matanya segera tertuju pada sosok Putri Serena yang berdiri di pintu masuk istana, dengan senyum ramah di wajahnya. Putri Serena melangkah maju dengan anggun, menyambut kedatangan Sheila dengan tangan terbuka.

"Selamat datang, Putri Sheila," ucapnya dengan hangat. "Sangat menyenangkan melihatmu datang. Ayo masuk, tamu-tamu lain sudah menunggu dengan sabar."

Sheila tersenyum balik, merasa terhormat oleh sambutan ramah Putri Serena. "Terima kasih atas sambutannya, Putri Serena," jawabnya sopan. "Saya sangat senang bisa hadir di pesta teh ini."

Dengan diiringi oleh Putri Serena, Sheila dan Evelyn memasuki istana dengan langkah yang mantap, siap untuk mengikuti acara pesta teh yang akan menjadi kesempatan bagi mereka untuk menjalin hubungan dengan wanita bangsawan lainnya.

Di meja yang sama dengan Putri Serena, Sheila duduk dengan sikap yang anggun dan penuh kepercayaan diri. Sebagai seorang putri duke, dia mengerti betul akan tata krama dalam pertemuan semacam ini, dan posisinya di sebelah Putri Serena menunjukkan penghargaan yang besar atas statusnya. Berbagai macam snack yang lezat terhampar di atas meja, menambah keanggunan suasana pesta teh tersebut. Pelayan Putri dengan gesit melayani para tamu, meletakkan gelas-gelas dengan penuh kehati-hatian dan mulai menuangkan teh dengan cermat. Sheila melirik sekeliling, memperhatikan tamu-tamu bangsawan lainnya yang duduk di sekitarnya. Dia berusaha menciptakan hubungan yang baik dengan mereka, sambil tetap menjaga sikap yang sopan dan anggun. Sementara itu, dia juga tidak melewatkan kesempatan untuk berbincang dengan Putri Serena, menanyakan tentang berbagai hal yang terjadi di kekaisaran dan menawarkan beberapa komentar cerdas untuk menjaga alur percakapan tetap lancar.

Sheila menikmati teguk pertama teh yang disajikan oleh pelayan Putri Serena, dan senyum memenuhi wajahnya saat rasa nikmat menyapu lidahnya.

Dengan sopan, dia memuji, "Teh ini sungguh luar biasa, Putri Serena. Rasanya begitu segar dan harum. Bolehkah saya tahu jenis teh yang digunakan?"

Putri Serena tersenyum bangga mendengar pujian Sheila. "Tentu saja, Putri Sheila," jawabnya ramah. "Ini adalah campuran teh hijau dengan sedikit sentuhan rosehip dan lavender. Kami memperolehnya dari kebun teh terbaik di wilayah timur kekaisaran."

Para gadis bangsawan lainnya yang duduk di sekitar meja pun ikut tertarik dengan pembicaraan ini. Mereka bertanya-tanya tentang campuran teh yang unik tersebut, dan dengan antusias mengungkapkan rasa penasaran mereka kepada Putri Serena. Sebagai tuan rumah yang baik, Putri Serena dengan senang hati berbagi pengetahuannya tentang teh tersebut kepada semua tamu di meja tersebut. Diskusi tentang jenis teh ini pun menjadi pembicaraan yang hangat di antara mereka, meningkatkan kehangatan dan keakraban di antara para tamu bangsawan tersebut. Sheila merasa puas melihat reaksi positif dari rekan-rekan bangsawannya.

Elissa Howard, putri Count Howard, dengan penuh antusiasme mengamati gaun yang dipakai Sheila. Dengan senyum ramahnya, dia bertanya, "Putri Sheila, gaun Anda sungguh memukau. Saya penasaran, siapa desainer di balik karya seni ini?"

Sheila tersenyum, merasa senang dengan pujian dari Elissa. "Terima kasih, Putri Elissa," jawabnya sopan. "Gaun ini dirancang khusus oleh Ibu saya. Ibu memiliki hobby merancang pakaian untuk anak-anaknya."

Putri Serena, yang juga ikut tertarik dengan gaun unik yang dipakai Sheila, menambahkan, "Benar sekali, gaun Anda sungguh memikat perhatian, Putri Sheila. Saya belum pernah melihat desain yang seunik ini sebelumnya. Anda pasti menjadi sorotan di pesta teh ini."

Sheila dengan sopan menurunkan kepalanya, menunjukkan rasa hormatnya kepada Putri Serena. "Terima kasih, Putri Serena," ucapnya dengan suara yang lembut. "Namun, keindahan dan pesona Anda sungguh tak terbandingkan. Hari ini, seluruh pesta ini bersinar berkat kehadiran Anda sebagai tuan rumah yang berpenampilan memukau."

Putri Serena tersenyum tulus mendengar pujian tersebut. "Terima kasih atas kata-kata indah Anda, Putri Sheila," jawabnya dengan rendah hati. "Namun, Anda juga memiliki pesona dan kecantikan yang luar biasa. Saya sangat bersyukur bisa memiliki Anda sebagai tamu istimewa di acara ini."

Para gadis bangsawan lainnya yang duduk di sekitar meja melihat dengan penuh perhatian kedekatan antara Putri Sheila dan Putri Serena. Mereka tersenyum senang, menikmati pemandangan yang begitu anggun dan mempesona. Dalam bisikan-bisikan kecil mereka, mereka saling memuji Putri Sheila dan Putri Serena, mengakui kecantikan dan pesona keduanya. Masing-masing dari mereka mengagumi kedua putri tersebut, memuji sikap rendah hati dan kesopanan mereka.

"Putri Sheila dan Putri Serena sungguh mempesona, bukan?"

"Saya setuju, mereka berdua benar-benar menawan. Tak heran semua mata tertuju pada mereka."

"Kedua putri itu begitu anggun dan ramah. Saya sangat senang bisa berada di sini bersama mereka."

Saat seorang gadis bangsawan menyatakan pendapatnya, bisikan-bisikan kecil yang telah terjadi sebelumnya semakin hidup. Mereka mengangguk setuju dengan pernyataan tersebut, menyuarakan pandangan mereka tentang keanggunan dan kecerdasan Putri Sheila.

"Benar sekali, Putri Sheila memang luar biasa."

"Tidak mengherankan jika Putra Mahkota tertarik padanya. Dia memang memiliki daya tarik yang luar biasa."

"Putri Sheila pasti menjadi perbincangan hangat di kalangan istana."

Pembicaraan tentang Putri Sheila yang anggun dan cerdas tersebut membuat suasana semakin hangat di meja tersebut. Sebagian dari mereka mulai membicarakan tentang Putra Mahkota Luke dan bagaimana hubungannya dengan Putri Sheila, menambah bahan obrolan yang menarik di antara para tamu bangsawan.

Putri Serena, yang telah mendengarkan percakapan dengan penuh perhatian, memberikan kontribusi dalam obrolan tersebut. Dengan senyum ramahnya, dia menyampaikan pandangannya tentang pertunangan antara Putra Mahkota Luke dan Putri Sheila.

"Iya, benar sekali. Pertunangan antara kakak saya, Putra Mahkota Luke, dan Putri Sheila memang akan menjadi peristiwa besar dalam kalender istana. Pesta akhir tahun yang akan datang akan menjadi momen yang sangat bersejarah bagi kedua keluarga."

Para tamu bangsawan lainnya mendengarkan dengan antusias, tertarik dengan informasi baru ini. Mereka menyatakan pendapat mereka tentang betapa megahnya acara pertunangan tersebut, serta bagaimana kedua keluarga akan bersatu melalui ikatan tersebut.

Beberapa di antara mereka mulai membayangkan detail-detail acara yang mungkin akan terjadi, mulai dari dekorasi hingga menu makanan yang disajikan. Suasana semakin meriah dengan membicarakan rencana besar yang akan terjadi dalam beberapa minggu mendatang.

Sheila tersenyum tipis, merasa sedikit tersipu oleh pembicaraan tentang pertunangannya dengan Putra Mahkota Luke. Meskipun dia telah membiasakan diri dengan perhatian dan pembicaraan tentang hubungan mereka, namun tetap saja, setiap kali topik ini muncul, dia merasa sedikit malu.

"Dengan rendah hati, saya mengucapkan terima kasih atas segala ucapan yang baik dan doa yang telah diberikan kepada kami," ucap Sheila dengan suara yang lembut namun mantap. "Pertunangan ini adalah momen yang sangat istimewa bagi saya dan keluarga saya, dan saya merasa sangat diberkati atas dukungan yang diberikan oleh semua orang di sini. Semoga hubungan kami membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi kedua keluarga kami."

Kata-kata Sheila disambut dengan sorotan hangat dari para tamu bangsawan di sekitarnya. Mereka mengangguk setuju, memberikan senyuman dan ucapan selamat atas berita yang begitu berharga ini.

Putri Serena tersenyum melihat reaksi Sheila yang sederhana namun tulus. "Tentu saja, Putri Sheila. Pertunangan Anda dengan Putra Mahkota adalah berita yang sangat membahagiakan bagi seluruh istana. Kami semua bersyukur dapat menyaksikan hubungan yang begitu indah dan berarti bagi kedua keluarga." Sheila tersenyum sopan, merasa terharu atas dukungan dan kehangatan yang ditunjukkan oleh semua orang di sekitarnya. Setelah menikmati momen yang hangat dan penuh berkah di pesta teh, Sheila mengucapkan terima kasih kepada Putri Serena dan tamu-tamu bangsawan lainnya atas keramahan dan dukungan mereka. Dengan anggun, dia pamit undur diri dari pesta teh tersebut.

"Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus atas keramahan dan kehangatan yang telah Anda semua berikan kepada saya," ujar Sheila dengan suara yang lembut namun tegas. "Pesta teh ini sungguh berkesan dan menyenangkan bagi saya. Semoga kita bisa bertemu lagi dalam kesempatan yang lain. Sekali lagi, terima kasih atas segalanya."

Putri Serena tersenyum dan memberikan ucapan selamat tinggal kepada Sheila, mengucapkan harapan agar mereka bisa bertemu lagi dalam kesempatan yang lebih ceria di masa depan. Para tamu bangsawan lainnya juga memberikan senyuman dan ucapan selamat tinggal kepada Putri Sheila, menunjukkan penghargaan mereka atas kehadirannya. Sheila meninggalkan ruangan dengan langkah anggun, merasa beruntung telah bisa menghadiri acara yang begitu istimewa tersebut.

Sheila terkejut saat melihat Putra Mahkota Luke muncul di depannya di lorong menuju halaman depan istana Putri Serena. Tatapan matanya bertemu dengan mata Luke, mencerminkan rasa penasaran dan kebingungan yang sama.

"Luke," ucap Sheila dengan suara yang sedikit gemetar, mencoba mengumpulkan pikirannya. "Apa yang sedang terjadi?"

Luke tersenyum tipis, matanya penuh dengan kehangatan saat dia menarik Sheila untuk mengikutinya melalui lorong-lorong panjang yang mengarah ke Istana Putra Mahkota.

"Aku minta maaf atas kejutan ini, Sheila," kata Luke dengan suara yang tenang. "Ada sesuatu yang ingin Aku bicarakan dengan mu secara pribadi. Haruskah kita melanjutkan ke istana?"

Sheila sedikit ragu, namun merasa penasaran dengan maksud kedatangan Luke. Dengan hati-hati, dia mengangguk setuju, mengikuti langkah Luke melalui lorong yang sunyi menuju ke tempat yang belum pernah dia jelajahi sebelumnya. Mereka berjalan bersama, langkah Sheila beriringan dengan langkah tegap Luke. Di dalam hati, Sheila merasa penasaran dan sedikit gugup dengan apa yang mungkin akan diungkapkan oleh Luke di Istananya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!