Pemberontakan Count Hastings

Saat Sheila masih merasakan gelombang emosi yang memenuhi hatinya, dia terkejut oleh kedatangan Evelyn, pelayan pribadinya yang setia. Evelyn adalah sosok yang dikenalnya dengan baik, tangan kanan Sheila dalam berbagai urusan penting, baik di dalam maupun di luar istana. Evelyn memasuki kamar dengan langkah ringan, tetapi ekspresi serius tergambar di wajahnya saat dia melihat Sheila yang terlihat terisak. Dia segera menghampiri Sheila dengan cemas.

"Nona, apa yang terjadi? Mengapa Anda menangis?" tanya Evelyn dengan suara yang penuh perhatian.

Sheila mengangkat wajahnya, mencoba menyembunyikan bekas-bekas air mata di matanya. "Ah, tidak apa-apa, Evelyn. Aku hanya sedikit terharu oleh semua perubahan yang terjadi belakangan ini." Evelyn mengamat-amati Sheila dengan penuh perhatian, seolah-olah mencoba membaca pikirannya. Namun, dia mengerti bahwa ada hal yang lebih penting yang harus dibahas saat ini.

"Nona, saya punya kabar penting yang harus  saya sampai kan," kata Evelyn dengan serius. "Ada laporan yang mengkhawatirkan tentang gerak-gerik faksi pemberontak di wilayah kita. Mereka semakin agresif dan tampaknya berencana untuk melakukan serangan besar-besaran.”

Sheila menegakkan tubuhnya, segera berubah dari ekspresi yang murung menjadi serius dan fokus. "Aku mengerti, Evelyn. Kita tidak bisa membiarkan mereka berhasil."

Dengan penekanan yang jelas dalam suaranya, Sheila menyadari bahwa tugas-tugasnya sebagai Evergreen tidak pernah berhenti, bahkan di tengah-tengah emosi dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya.

Evelyn mengangguk setuju.

"Mohon maaf, Nona," ujar Evelyn dengan sopan, tetapi dengan ekspresi yang serius. "Saya tahu Anda sedang dalam momen pribadi, tetapi saya harus memberitahu Anda tentang situasi yang mengkhawatirkan ini."

"Terima kasih, Evelyn.”

Setelah Evelyn memberikan laporan tentang situasi yang mengkhawatirkan, Sheila mengangguk dan menahan diri sejenak sebelum bertanya pada Evelyn, "Evelyn, bolehkah saya bertanya sesuatu? Saat ini, usiaku berapa tahun?"

Evelyn sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tetapi dia segera mengumpulkan pikirannya. "Maaf, Nona, tapi Anda baru saja berusia 18 tahun. Apakah ada yang salah, Nona?"

Sheila menggeleng, mencoba untuk memahami semua yang terjadi. "Tidak, tidak ada yang salah. Aku hanya mencoba untuk memastikan. Terima kasih, Evelyn."

Evelyn mengangguk mengerti, tetapi dia tetap memperhatikan Sheila dengan cermat. "Apakah semuanya baik-baik saja, Nona? Anda tampak agak bingung."

Sheila tersenyum lembut pada Evelyn. "Ya, semuanya baik-baik saja. Aku hanya merasa sedikit... terkejut dengan semuanya. Tapi aku akan baik-baik saja."

Evelyn menatap Sheila dengan perhatian dan kepedulian.

"Saya di sini jika Anda membutuhkan bantuan, Nona. Jangan ragu untuk meminta jika ada yang bisa saya lakukan."

Dalam kebingungan yang mendalam, Sheila, yang sekarang dihuni oleh jiwa Gretta, mengingat kembali momen-momen kritis dalam hidupnya yang lalu. Di usia 18 tahun, dia dipanggil untuk menghadapi tantangan terbesarnya: pertempuran melawan pemberontakan yang digerakkan oleh Count Hastings di wilayah Duchy Evergreen. Di balik kerinduan dan ketidakpastian, ada memori yang tersembunyi di dalam benak Sheila. Dia ingat betul akan bagaimana ketegangan dan kekhawatiran merajalela di antara para penduduk setempat ketika kabar tentang pemberontakan mulai menyebar. Semua orang merasa ketakutan akan masa depan wilayah mereka yang damai dan aman. Namun, di tengah-tengah kekacauan itu, Sheila merasa dorongan yang mendalam untuk berdiri dan melawan kejahatan yang menyerang negerinya. Dia merasa kekuatan dan semangat yang mengalir di dalam dirinya, mendorongnya untuk bangkit dan melawan ketakutan yang mengancam untuk merusak perdamaian yang telah lama dinikmati oleh orang-orang Evergreen.

Gretta mengingat dengan jelas bagaimana dia bersiap untuk pertempuran, mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk menghadapi ancaman yang menanti. Meskipun dia mungkin tidak lagi memiliki tubuh aslinya, keberanian dan tekadnya tetap tidak tergoyahkan. Dengan tekad yang mantap, Sheila-atau Gretta, sekarang-merapikan pakaian dan mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Duke Evergreen, ayahnya yang perkasa. Meskipun dia sekarang menghuni tubuh yang bukan miliknya, dia memegang teguh keberaniannya untuk menghadapi ayahnya dengan kejujuran dan keberanian. Setelah dirinya rapi dan siap, Sheila pergi ke ruang pertemuan dimana Duke Evergreen menunggu. Ketika dia masuk, dia menemukan ayahnya duduk di meja besar dengan ekspresi serius di wajahnya. Dia merasa tanggung jawab besar membebani pundaknya saat dia mendekati Duke.

"Duke Evergreen," sapa Sheila dengan hormat saat dia menyerahkan laporan terkait pemberontakan yang tengah berkobar. Dia berbicara dengan jelas dan tegas, menyampaikan semua informasi yang dia ketahui tentang gerakan pemberontakan tersebut. Duke Evergreen mendengarkan dengan serius, matanya memancarkan kekhawatiran dan ketegasan.

"Terima kasih atas laporannya, Sheila," ujarnya dengan suara berat. "Kita harus bertindak cepat untuk menghadapi ancaman ini sebelum terlambat."

Setelah menyampaikan laporan, Sheila berpaling untuk meninggalkan ruangan, tetapi sebelum dia melangkah terlalu jauh, Duke Evergreen memanggilnya lagi. "Sheila," katanya dengan suara yang lembut,

"Aku bangga padamu. Kamu telah tumbuh menjadi wanita yang kuat dan bijaksana."

Sheila tersenyum lembut pada ayahnya, merasa terharu oleh kata-katanya. "Terima kasih, Ayah. Aku akan melakukan yang terbaik untuk melindungi Duchy Evergreen."

Setelah pertemuan itu, Sheila merasa lega karena telah dapat menyampaikan laporannya kepada ayahnya. Sementara itu, dia juga merasa berat untuk tidak memiliki Pedang Es Evergreen di usia 18 tahun seperti yang seharusnya. Namun, dia bertekad untuk terus berlatih dan memperbaiki keterampilannya hingga mencapai tingkat Swordmaster, sehingga suatu hari nanti dia bisa membangkitkan pedang kuno itu dan menggunakan kekuatannya untuk melindungi orang-orang yang dicintainya.

***

Di ruang kerjanya yang tenang, Sheila tenggelam dalam bacaan dokumen-dokumen dan laporan terkait pemberontakan. Setiap detailnya dipelajari dengan cermat, mencari petunjuk dan kelemahan lawan yang harus dihadapinya. Namun, kekacauan pikirannya segera terhenti saat pintu ruang kerjanya terbuka, dan Joanna Zeragoza, pengawal pribadinya, masuk dengan sikap tegap dan serius.

"Nona Sheila," sapa Joanna dengan hormat,

"Saya memiliki laporan terbaru tentang pemberontakan yang sedang kita hadapi."

Sheila menoleh ke arah Joanna dengan ekspresi antusias. "Terima kasih, Joanna. Berikan padaku apa yang kamu miliki."

Joanna mendekati meja Sheila dengan langkah mantap, membuka dokumen-dokumen yang dia bawa. Dia dengan cermat menjelaskan setiap detail dari investigasi yang telah dia lakukan, menyajikan bukti-bukti yang menunjukkan

keterlibatan Count Hastings dalam pemberontakan tersebut. Sheila mendengarkan dengan serius, matanya terfokus pada dokumen-dokumen yang dia tunjukkan. Setiap kata yang diucapkan Joanna menimbulkan rasa ketegangan dan kekhawatiran yang semakin membesar di dalam dirinya.

"Saya yakin, Nona," kata Joanna, setelah menyampaikan laporan, "bahwa Count Hastings adalah otak di balik pemberontakan ini. Kami harus bertindak cepat untuk menangkapnya dan mengakhiri ancaman ini."

Sheila mengangguk, meresapi setiap kata yang diucapkan oleh Joanna. "Terima kasih, Joanna. Anda telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Segera siapkan pasukan kita. Kita harus menghadapi Count Hastings dan mengakhiri pemberontakan ini sekali dan untuk semua."

Joanna memberikan salam hormat sebelum meninggalkan ruangan, meninggalkan Sheila dalam pikirannya yang dalam.

Setelah mendapatkan laporan penting dari Joanna, Sheila segera mengambil tindakan. Dia memanggil Evelyn, tangan kanannya, untuk mempersiapkan kunjungan ke rumah Count Hastings. Evelyn, yang selalu siap

siaga, menyetujui dengan cepat dan mulai mengatur segala persiapan yang diperlukan.

Tak lama kemudian, Sheila, Evelyn, dan Henry Brown, salah satu ksatria terpercaya Sheila, bersiap untuk berangkat ke kediaman Count Hastings. Mereka menaiki kuda-kuda mereka, siap untuk menyeberangi jarak yang memisahkan Duchy Evergreen dengan wilayah Count Hastings. Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di depan gerbang megah yang mengawal kediaman Count Hastings. Sheila menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya, sebelum akhirnya memberikan isyarat kepada Evelyn untuk melangkah maju.

Mereka disambut oleh pelayan-pelayan yang tersusun rapi di depan pintu masuk, yang segera mengantarkan mereka ke ruang tamu utama. Di sana, Count Hastings sudah menunggu dengan sikap yang tenang dan angkuh.

"Nona Evergreen," sapa Count Hastings dengan suara yang tenang, tetapi dengan nada yang penuh dengan sindiran. "Apa yang membawa Anda ke rumah saya?"

Sheila menatap Count Hastings dengan mata yang tajam.

"Kami datang untuk mengakhiri pemberontakan yang Anda lakukan, Count Hastings," ujarnya dengan tegas. "Kami memiliki bukti yang cukup untuk menunjukkan keterlibatan Anda dalam tindakan yang melanggar hukum ini."

Count Hastings tersenyum sinis. "Ah, Nona, Anda terlalu naif. Saya takkan percaya pada tuduhan palsu Anda."

Sheila dengan tegas menyajikan bukti-bukti yang jelas tentang keterlibatan Count Hastings dalam pemberontakan, termasuk bukti penyelundupan obat terlarang yang melanggar hukum kekaisaran. Namun, meskipun bukti-bukti tersebut begitu kuat, Count Hastings tetap berkeras dan menolak tuduhan itu dengan angkuh.

"Nona muda," kata Count Hastings dengan suara yang mengejek, "Anda benar-benar berpikir bahwa Anda dapat memenjarakan saya hanya dengan bukti-bukti palsu semacam ini? Anda masih terlalu muda dan naif untuk memahami realitas dunia ini."

Sheila menatap Count Hastings dengan tatapan yang tajam, menahan amarahnya dengan susah payah. Dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan fokus untuk menghadapi situasi ini dengan bijaksana.

"Saya tidak akan tergoda oleh kata-kata anda, Count Hastings," ujarnya dengan suara yang tenang namun tegas. "Bukti-bukti yang saya miliki sangat jelas. Tidak ada tempat bagi pengkhianat seperti Anda dalam kekaisaran ini."

Meskipun terus-menerus didesak dan dikecam oleh Count Hastings, Sheila tetap teguh pada pendiriannya. Dia menyatakan dengan tegas bahwa kebenaran akan terungkap dan keadilan akan ditegakkan. Count Hastings mungkin terus berkelit dan menolak untuk mengakui kesalahannya, tetapi Sheila tidak akan goyah. Dia siap untuk melanjutkan perjuangan untuk melindungi kekaisaran dan mengakhiri ancaman pemberontakan yang sedang mereka hadapi.

Dalam kilatan kemarahan, Count Hastings melangkah maju dengan niat yang jelas untuk menyerang Sheila. Namun, Sheila, dengan refleks yang cepat, berhasil menahan serangan itu dan dengan gesitnya menjatuhkan Count Hastings ke lantai. Dengan sigap, dia menarik pedangnya dan menunjukkannya pada Count Hastings dengan sikap yang teguh.

"Hukum kekaisaran harus ditegakkan," ucap Sheila dengan suara yang mantap, mata nya berkilat penuh tekad. "Pemberontakan dan pelaku kejahatan harus disingkirkan."

Count Hastings tercengang, terdiam oleh keberanian dan kekuatan Sheila yang tak terduga. Namun, sebelum dia bisa bereaksi lebih lanjut, pintu ruangan terbuka, dan Joanna bersama beberapa pasukannya memasuki ruangan dengan tegas. Mereka membawa beberapa anak buah Count Hastings yang telah melakukan kejahatan atas perintahnya, serta beberapa kotak hasil selundupan obat terlarang yang telah mereka sita.

Dengan kedatangan pasukan Duke Evergreen yang bersenjata, ruang itu seketika menjadi tegang. Count Hastings terpojok, tanpa tempat untuk melarikan diri dari kenyataan akan kejahatan yang telah dilakukannya.

Sheila melihat sekeliling ruangan dengan penuh kepuasan, mengetahui bahwa kebenaran telah terungkap dan keadilan akan segera ditegakkan. Dia memberikan isyarat kepada pasukannya untuk mengamankan semua yang ada di ruangan itu dan memastikan bahwa para pelaku kejahatan dibawa ke pengadilan untuk diadili sesuai hukum kekaisaran. Setelah berhasil mengamankan Count Hastings dan para pelaku

pemberontakan, Sheila, Evelyn, Henry, Joanna, dan pasukan mereka kembali ke Duchy Evergreen dengan perasaan lega dan keberhasilan yang membanggakan. Henry dengan gesit menyeret Count Hastings yang sudah terikat kuat ke penjara Duchy Evergreen, sedangkan Joanna dan pasukannya menyeret para pelaku pemberontakan dan penyelundupan untuk dihadapkan pada hukum.

Di istana Duchy Evergreen, Sheila memanggil Evelyn untuk membuat laporan lengkap tentang penangkapan Count Hastings. Dengan cermat, Evelyn mencatat setiap detail dari kejadian tersebut, mencatat bukti-bukti dan

kesaksian yang menguatkan tuduhan terhadap Count Hastings dan para pelaku kejahatan lainnya.

Sheila duduk di atas sofa di ruang kerjanya dengan perasaan bangga dan lega. Tugas yang berat telah mereka selesaikan dengan sukses, dan kekaisaran kembali dalam keadaan aman dan terlindungi. Namun, meskipun pemberontakan telah dipadamkan, dia tahu bahwa masih banyak kerja yang harus dilakukan untuk memastikan kedamaian dan kestabilan di wilayahnya. Setelah laporan selesai dibuat, Sheila mengucapkan terima kasih kepada Evelyn atas kerja kerasnya dan memintanya untuk menyampaikan informasi tersebut kepada pihak yang berwenang untuk diproses lebih lanjut.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!