Kelompok Epsaga

Count Morlist menerima cangkir teh dari tangan kepala pelayannya, tetapi ekspresinya tetap serius dan penuh pertimbangan.

"Kelompok pembunuh bayaran?" ucap Count Morlist dengan suara yang tenang namun penuh dengan kehati-hatian. "Apakah mereka sudah dihubungi?"

Kepala pelayan mengangguk cepat. "Ya, Tuan Count. Mereka sudah saya hubungi seperti yang Anda perintahkan."

Count Morlist mengangguk perlahan, berpikir sejenak sebelum menjawab, "Saya mengerti. Tetapi saya ingin memastikan bahwa tindakan itu diambil dengan bijak. Putri Duke Evergreen adalah lawan yang tidak boleh dianggap enteng."

Kepala pelayan menundukkan kepala dengan hormat. "Saya akan menyampaikan pesan itu kepada mereka, Tuan Count. Apakah Anda memiliki instruksi tambahan untuk mereka?"

Count Morlist mengangkat sudut bibirnya, menunjukkan keraguan yang masih menghantuinya. "Beritahu mereka untuk bertindak cepat dan efisien. Tapi saya juga ingin memastikan bahwa tidak ada jejak yang bisa dikaitkan dengan saya dalam insiden itu."

Kepala pelayan mengangguk patuh. "Saya akan menyampaikan pesan itu, Tuan Count."

Setelah kepala pelayan pergi, Count Morlist duduk dalam pikiran yang dalam, merenungkan implikasi dari langkah-langkah yang akan diambilnya. Wajahnya mencerminkan ketegasan dan tekad untuk melindungi kepentingan dan reputasinya, tanpa memperhitungkan konsekuensi yang mungkin terjadi.

***

Dengan langkah-langkah hati-hati, kepala pelayan Count Morlist memasuki gedung yang sumpek dan gelap, di mana udara terasa terkompresi oleh aura kejahatan. Bau tanah basah dan logam menyengat di udara, memberi kesan bahwa gedung ini bukanlah tempat untuk kegiatan yang baik-baik saja.

Di dalam, langkahnya bergema di lorong sempit yang tertutup oleh dinding bata yang usang dan langit-langit yang rendah. Cahaya temaram dari lampu remang-remang menyulut siluet-siluet yang menjijikkan dari para anggota Epsaga yang berkumpul di sekitar, wajah-wajah mereka disembunyikan di balik penutup wajah dan baju hitam mereka.

Kepala pelayan merasa gelisah saat langkahnya mendekati salah satu kelompok pembunuh bayaran yang sedang duduk di pojokan ruangan. Dia mengenali pemimpin mereka, seorang pria bertubuh besar dengan tatapan tajam yang menyiratkan kebrutalan dan ketidakberpihakan.

"Permisi, saya diutus oleh Count Morlist," ucap kepala pelayan dengan suara yang bergetar sedikit namun mencoba untuk tetap tenang di tengah ketegangan yang menyelimuti. "Saya memiliki pesan penting untuk Anda semua."

Dengan hati-hati, kepala pelayan menyampaikan pesan dari Count Morlist kepada pemimpin Epsaga yang duduk di pojokan ruangan dengan sikap yang serius dan berwibawa.

" Tuan Pemimpin Epsaga, Count Morlist ingin mengingatkan Anda untuk mempertimbangkan kembali keterlibatan kelompok Anda dalam tugas yang baru saja diberikan."

Para anggota Epsaga, yang duduk di sekitar pemimpin mereka, mengangkat alis dan memandang dengan rasa penasaran yang jelas terlihat di balik topeng hitam mereka.

"Count Morlist menilai bahwa situasi saat ini tidak memerlukan tindakan ekstrim seperti yang diinstruksikan sebelumnya," lanjut kepala pelayan dengan hati-hati. "Dia ingin menekankan bahwa ada jalan keluar yang lebih damai dan menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat. Hanya untuk memperingati Putri Duke itu saja"

Pemimpin Epsaga, dengan tatapan tajamnya yang menembus, memperhatikan kepala pelayan. "Dan apa yang akan terjadi jika kami menolak?" desaknya dengan suara yang berat.

Dengan ekpresi tenang, kepala pelayan dengan hati-hati melanjutkan pesannya kepada pemimpin Epsaga,

"Menolak perintah adalah keputusan yang buruk bagi semua pihak. Count Morlist menawarkan upah yang besar kali ini, dua kali lipat dari yang biasa. Misi ini tidak lebih dari sekadar memperingatkan Putri Duke Evergreen, memberinya sedikit ancaman, lalukukan apa saja yang penting jangan membunuhnya," Kepala pelayan menambahkan lagi, "erm... Kurung saja dia dan kalian boleh saja bermain-main dengan nya. Dengan begitu, Putri kecil itu akan menangis dan pulang ke mansion mewah nya di ibu kota."

Para anggota Epsaga, yang duduk di sekitar, mendengarkan dengan serius, sementara ekspresi wajah mereka tetap tertutup di balik topeng hitam mereka yang menyeramkan.

Pemimpin Epsaga mengangguk, menunjukkan pemahamannya terhadap situasi tersebut. "Jadi, apa yang diinginkan oleh Count Morlist?" tanyanya dengan suara yang tajam.

Kepala pelayan menarik napas lega, mengetahui bahwa pesan telah disampaikan dengan jelas. "Count Morlist ingin melihat tindakan yang dilakukan dengan hati-hati, tanpa menimbulkan kecurigaan berlebihan. Dia percaya Anda akan menangani misi ini dengan bijak," katanya, berusaha menanamkan keyakinan pada pemimpin Epsaga.

Pemimpin Epsaga mengangguk sekali lagi, memberikan persetujuannya.

"Kami akan menyelesaikan misi ini sesuai dengan permintaan Count Morlist," ucapnya dengan nada yang mantap.

Kepala pelayan menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan, lalu berbalik untuk meninggalkan gedung tersebut, merasa lega bahwa pesan telah disampaikan dengan baik dan tugasnya telah selesai.

Setelah kepala pelayan pergi, ruangan itu menjadi terdiam sejenak, hanya diisi dengan suara gemerisik pernapasan mereka yang terbungkus topeng. Pemimpin Epsaga, seorang yang penuh misteri dengan topengnya yang menakutkan, memimpin pembahasan.

"Dengarkan dengan seksama," katanya dengan suara yang tenang namun mengancam, memerintahkan perhatian dari setiap anggota kelompok.

"Sasaran kita adalah Putri Duke Evergreen," lanjutnya, "Kita tidak ingin membunuhnya, tapi cukup membuatnya terluka dan memberinya sedikit ancaman. Kita harus membuatnya takut."

Para anggota Epsaga mengangguk, memahami arahan pemimpin mereka. Setiap kata-kata yang diucapkannya adalah perintah yang tak boleh dilanggar.

"Kita akan mencari momen yang tepat. Ketika dia berada di luar kerajaan atau sendirian. Jangan beri kesempatan bagi siapa pun untuk mencurigai kita," tambahnya lagi, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil harus tepat dan hati-hati.

Mereka mulai menyusun rencana dengan cermat, mempertimbangkan setiap detail dan kemungkinan yang mungkin terjadi. Mereka adalah kelompok yang terlatih dan berpengalaman, tetapi mereka tahu bahwa tugas kali ini adalah yang paling penting. Mereka harus menunjukkan kepada Count Morlist bahwa mereka adalah pilihan yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya.

***

Teh panas mengalir perlahan-lahan ke dalam cangkir Luke, menciptakan semburat uap yang menari-nari di udara. Dia duduk di meja kayu tua di ruangan tamu yang tenang, kehadirannya mengisi ruangan dengan kekhawatiran yang tak terucapkan. Alderon, pengawal setianya, mengambil tempat di seberangnya, menunggu dengan sabar untuk memulai laporan yang mungkin akan membuat suasana semakin tegang.

"Apa kabar di luar sana?" tanya Luke, suaranya rendah namun penuh kekhawatiran.

Alderon menjawab dengan suara serak yang tenang, mencoba menenangkan Luke yang tegang. "Situasinya cukup tegang, Yang mulia. Aktivitas di Holdest semakin meningkat seiring dengan perintah Count Morlist. Kelompok Epsaga dipanggil untuk tugas spesifik."

Luke mengangkat alisnya, matanya menunjukkan ketertarikan yang dalam. "Epsaga? Mereka tidak main-main."

Alderon mengangguk setuju. "Benar. Mereka dianggap sebagai kelompok pembunuh bayaran paling mematikan di Holdest. Sepertinya Count Morlist ingin menyelesaikan masalah dengan cara cepat dan tanpa kompromi."

Luke mengernyitkan keningnya, memikirkan implikasi dari keputusan Count Morlist. "Dan target mereka adalah Sheila."

Alderon mengangguk, wajahnya serius. "Ya, Yang mulia. Mereka direkrut untuk melukai Putri Sheila, mungkin dengan cara yang membuatnya tampak seperti kecelakaan."

Luke menarik napas dalam-dalam, matanya menatap ke dalam, mencari solusi di dalam dirinya yang sedang berputar-putar. "Kita harus bertindak cepat. Aku tidak akan membiarkan Sheila terluka."

Alderon menyetujui, matanya bersinar dengan tekad yang sama. "Siap. Saya menunggu perintah dari anda, Yang mulia."

Percakapan terus berlanjut, diwarnai dengan analisis situasi yang mendalam, pertimbangan strategi, dan rencana tindakan yang rinci. Setiap detail dipertimbangkan dengan hati-hati, setiap kemungkinan dipersiapkan dengan cermat.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!