The Last Sword

The Last Sword

Dua Kehidupan : Mimpi dan Penyesalan

Gretta Young duduk di lantai dojo, napasnya terengah-engah setelah latihan intensif yang baru saja dia selesaikan. Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi kepuasan, tetapi juga ketegangan yang tak tersembunyi. Dia adalah perempuan berusia 25 tahun yang memiliki semangat juang yang tak tertandingi, telah mengukir namanya sebagai salah satu atlet bela diri karate terbaik di dunia.

Gretta tidak lahir dalam kemewahan atau privasi. Sejak kecil, dia telah mengalami berbagai rintangan dan tantangan yang membuatnya menjadi pribadi yang kuat dan gigih. Ayahnya adalah seorang pekerja pabrik yang

bekerja keras, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang berdedikasi. Mereka tidak memiliki banyak uang, tetapi mereka memiliki keyakinan yang kuat pada anak-anak mereka, terutama pada Gretta.

Dari usia yang sangat muda, Gretta menunjukkan minat dan bakat yang luar biasa dalam seni bela diri. Ketika dia berusia enam tahun, ayahnya membawanya ke dojo lokal untuk pertama kalinya, dan sejak saat itu, dia

jatuh cinta pada latihan yang keras dan disiplin yang diperlukan untuk menjadi seorang atlet bela diri yang sukses. Selama bertahun-tahun, Gretta meraih prestasi demi prestasi dalam kompetisi karate lokal dan regional. Dia tidak pernah puas dengan prestasinya yang sekarang, selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Pelatihnya mengakui bakat luar biasanya dan dedikasinya yang tak kenal lelah. Dia melihat potensi besar dalam Gretta, potensi untuk menjadi juara dunia.

Puncak dari perjalanan panjangnya datang pada usia 22 tahun, ketika dia mengikuti kejuaraan dunia karate yang bergengsi. Kompetisi ini adalah ujian nyata dari kemampuan dan mentalnya. Gretta melawan para pesaing

terbaik dari seluruh dunia, menghadapi tantangan yang tak terhitung jumlahnya. Namun, dengan tekad dan keberanian yang tak tergoyahkan, dia berhasil mengatasi setiap rintangan dan akhirnya mendapatkan gelar juara dunia.Kemenangan itu bukanlah akhir dari perjalanan Gretta. Sebaliknya, itu hanya awal dari babak baru dalam kehidupannya. Dia kini menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang berasal dari latar belakang yang sulit. Gretta membuktikan bahwa dengan kerja keras, ketekunan, dan tekad yang kuat, segala sesuatu mungkin tercapai. Saat dia duduk di lantai dojo, merenung tentang perjalanan hidupnya yang luar biasa, Gretta merasa rasa syukur yang mendalam. Dia tahu bahwa di balik kesuksesannya ada kerja keras yang tak terhitung jumlahnya, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak akan pernah berhenti berjuang untuk impian dan ambisinya.

Sejak usia sepuluh tahun, Gretta Young telah terbangun oleh bayang-bayang gadis misterius dalam mimpinya, bernama Sheila Evergreen. Saat matahari terbenam dan malam datang, Gretta akan terlelap ke dalam dunia mimpi, di mana dia dan Sheila tumbuh bersama-sama dalam dua dunia yang berbeda: satu di dunia nyata, dan satu di dunia imajinasi yang penuh dengan keajaiban dan misteri. Di dalam mimpinya, Sheila bukan sekadar seorang gadis biasa. Dia adalah putri kedua dari keluarga Duke Evergreen, keluarga yang dihormati dan terkenal akan ketangguhannya dalam seni pedang. Sebagai anggota keluarga bangsawan, Sheila dilatih dengan keras dalam seni pedang sejak usia muda. Dia belajar memegang pedang dengan keanggunan dan keahlian yang memukau, sementara tetap menjaga kecantikan dan kelembutan seorang putri.

Namun, kehidupan Sheila tidak pernah mudah. Meskipun dikelilingi oleh kemewahan dan keanggunan, dia tumbuh dalam tekanan untuk memenuhi harapan keluarganya. Dia harus membuktikan dirinya sebagai anggota Duke Evergreen, menunjukkan kemampuan dan keberanian yang sesuai dengan reputasi keluarganya. Sheila adalah pekerja keras yang tak kenal lelah. Selain dari latihan pedangnya yang intens, dia juga belajar banyak hal lainnya, mulai dari etiket bangsawan hingga strategi perang. Dia tidak hanya pandai dengan senjata, tetapi juga dengan pikiran dan hatinya. Setiap hari adalah tantangan baru bagi Sheila, dan dia menerima setiap tantangan dengan tekad yang kuat dan semangat yang menyala-nyala.

Di dalam mimpi-mimpinya, Gretta menyaksikan perjuangan Sheila dengan penuh kagum. Dia melihat bagaimana Sheila berjuang melawan rintangan dan keberhasilannya dalam setiap pertempuran. Setiap kemenangan yang diraih Sheila, baik dalam pertarungan fisik maupun dalam melewati perangai bangsawan, menjadi inspirasi bagi Gretta. Kehadiran Sheila dalam mimpi Gretta memberikan warna baru dalam hidupnya. Sheila bukan hanya teman imajiner; dia adalah sumber inspirasi dan kekuatan bagi Gretta. Melalui perjalanan mereka dalam mimpi, Gretta belajar tentang ketabahan, keberanian, dan tekad yang tidak pernah surut.

Saat matahari terbit dan dunia nyata memanggilnya kembali, Gretta membawa dengan dia semangat Sheila, harapan dan mimpi yang mereka bagi bersama. Meskipun keduanya hidup di dunia yang berbeda, kekuatan persahabatan mereka melintasi batas-batas realitas, membawa mereka menuju petualangan yang tak terduga dan kisah yang tak terlupakan.

***

Hari itu adalah titik terendah dalam hidup Gretta Young. Seorang atlet bela diri yang tangguh, dia terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, terikat oleh kabel dan selang yang mengalirkan kehidupan ke tubuhnya yang rapuh. Cederanya parah, menyebabkan dia harus mengucapkan selamat tinggal pada mimpinya sebagai atlet. Namun, itu bukanlah satu-satunya ujian yang harus dia hadapi.

Dokter memberikan diagnosis yang menghancurkan: kanker otak. Cederanya ringan yang diabaikan selama bertahun-tahun akhirnya menghasilkan konsekuensi yang mematikan. Mereka memberinya waktu yang terbatas, prognosis yang suram. Gretta terdiam, terjebak dalam gelombang rasa putus asa dan keputusasaan. Semua impian, semua harapan, tampaknya sirna dalam sekejap.

Di dunia mimpi, Sheila Evergreen juga merasakan beban penderitaan yang tak terbayangkan. Keluarganya yang mulia runtuh di depan matanya, setiap fondasi yang mereka bangun hancur dalam kekacauan. Awalnya adalah kematian tragis Duchess Evergreen, ibu Sheila, yang meregang nyawa karena wabah besar yang melanda kerajaan. Namun, penderitaan itu tidak berhenti di situ. Sang Duke, yang dulu begitu mencintai istrinya, menyerah pada keputusasaan dan kesedihan. Dengan patah hati yang tak tersembuhkan, dia mengakhiri hidupnya dengan mengkonsumsi racun yang mematikan, meninggalkan Sheila dan saudara-saudaranya dalam kekosongan yang menghancurkan. Kakak Sheila, yang seharusnya melanjutkan warisan ayahnya, jatuh ke dalam kegelapan perjudian dan kehidupan yang mewah, menghancurkan segalanya yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya. Sementara itu, adik Sheila, yang diharapkan akan menjadi kesatria yang gagah berani, kehilangan tangannya di medan perang, menyisakan dia dengan rasa hampa dan putus asa. Frustrasi dan putus asa menggema di hati Sheila. Melihat segalanya runtuh di sekitarnya, dendam dan kebencian memenuhi pikirannya. Akhirnya, dia menemukan jalan keluar yang gelap: membunuh kakak dan adiknya dengan kejam, membawa mereka ke pintu kematian dengan tangannya sendiri. Dengan hati yang keras dan tekad yang kuat, Sheila mengumpulkan pasukan ksatria yang setia pada Duke Evergreen, membentuk faksi pemberontak yang bertujuan untuk menggulingkan kekaisaran yang kacau dan korup. Dalam kehancuran dan kegelapan, dia menemukan kekuatan yang baru, kekuatan untuk mengubah takdirnya sendiri dan takdir kerajaan.

***

Gretta merasakan kehampaan yang dalam ketika dokter memberikan diagnosis yang mematikan. Setiap hari terasa seperti perjuangan yang tak berujung, baik melawan penyakit mematikan di dalam tubuhnya maupun melawan ketakutan dan keputusasaan yang merayap di pikirannya. Namun, di tengah kegelapan, ada semacam kekuatan yang menggerakkan dirinya untuk bertahan hidup. Meskipun tubuhnya lemah dan terikat oleh rasa sakit, semangat bertahan hidupnya tetap menyala. Dia menolak untuk menyerah pada penyakitnya, menolak untuk menyerah pada keputusasaan. Gretta mulai berjuang, tidak hanya untuk hidupnya sendiri, tetapi juga untuk impian-impian dan aspirasi yang telah dia bina selama bertahun-tahun.

Di antara sesi rehabilitasi yang melelahkan dan terapi yang menyakitkan, Gretta menemukan kekuatan dalam kenangan tentang keberhasilan masa lalunya sebagai atlet. Dia mengingat momen-momen kemenangan, saat dia meraih medali emas dan mendengarkan sorak sorai penonton. Kenangan itu memberinya dorongan untuk terus maju, untuk tidak menyerah pada keadaan yang sulit. Saat hari-hari berlalu, Gretta mulai membangun kembali tubuhnya yang rapuh, langkah demi langkah. Dia menemukan kembali kekuatannya, baik secara fisik maupun mental. Meskipun tantangan masih ada di depannya, dia tidak lagi merasa terikat oleh ketakutan dan keputusasaan. Sebuah api baru menyala dalam dirinya, api yang menyalakan semangatnya untuk bertarung dan

bertahan hidup.

Sementara itu, di dunia mimpi, Sheila Evergreen memimpin faksi pemberontaknya dengan tangan besi. Dia adalah pemimpin yang karismatik dan tak kenal ampun, siap mengorbankan apa pun untuk mencapai tujuannya. Dibawah pimpinannya, pasukan ksatria Duke Evergreen menjadi kekuatan yang tak terhentikan, menaklukkan setiap rintangan yang menghalangi jalan mereka. Meskipun penuh dengan dendam dan kebencian, Sheila juga menyimpan kepedulian yang mendalam terhadap rakyatnya. Dia berusaha untuk memberikan keadilan bagi mereka yang tertindas oleh kekaisaran yang korup, menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi mereka yang percaya padanya.

Namun, kekuasaan tidak datang tanpa harga. Setiap langkah yang dia ambil dihargai dengan pengorbanan dan kehilangan. Dalam kegelapan hatinya, Sheila merasakan rasa bersalah yang terus menderanya, kenangan tentang tindakan kejam yang dia lakukan terhadap saudara-saudaranya. Namun, dia menolak untuk menyerah pada penyesalan, terus maju dengan tekad yang kuat. Dengan setiap kemenangan yang diraihnya, Sheila semakin

dekat dengan tujuannya untuk menggulingkan kekaisaran yang zalim dan mengubah takdir kerajaan. Namun, di tengah perjuangan dan penderitaannya, pertanyaan tetap menghantui pikirannya: apakah harga kekuasaan yang dia bayar terlalu mahal?

Gretta Young terbangun dari mimpi yang gelap, nafasnya terengah-engah dalam kepanikan. Di dalam tidurnya, dia menyaksikan kehancuran yang menghantam dunia mimpi yang dia bagikan dengan Sheila Evergreen. Gadis

itu, yang dulunya merupakan pahlawan yang dihormati, kini telah jatuh ke dalam jurang kegilaan yang mendalam. Dengan ambisi yang membutakan, Sheila menyerang kekaisaran yang seharusnya dilindungi oleh keluarga Evergreen, memutar pedang kekuasaan yang seharusnya menjadi simbol perdamaian menjadi senjata kehancuran. Kekuatan yang harusnya melindungi, malah menjadi ancaman bagi keamanan dan stabilitas

kerajaan.

Di malam yang gelap dan menyeramkan itu, pasukan Putra Mahkota Luke Godwinson berhadapan dengan pasukan Sheila Evergreen dalam pertempuran yang mematikan. Kedua belah pihak mengeluarkan kekuatan penuh

mereka, saling berhadapan dengan tekad yang kuat dan niat yang membara. Peperangan berkecamuk di medan pertempuran, dan darah ditumpahkan di tanah. Banyak korban yang jatuh, ksatria yang gagah berani,

pahlawan yang tak kenal lelah, semuanya menemui akhir mereka di tengah kemarahan dan keputusasaan. Namun, di tengah kekacauan itu, ada dua sosok yang mencapai akhir yang tragis.

Luke Godwinson, dengan hati yang hancur dan mata yang penuh dengan air mata, bertarung dengan Sheila Evergreen, wanita yang dulunya menjadi kekasihnya. Di antara sorakan peperangan dan suara pedang yang bergemuruh, mereka berdua bertatapan dengan tatapan yang penuh dengan kebingungan dan

kesedihan.

Ketika pedang mereka bertemu di udara, keduanya merasakan rasa sakit yang menusuk di hati mereka. Luke meratapi kehilangan cinta yang telah terpisah oleh ambisi dan keputusasaan, sementara Sheila, dengan darah

mengalir deras dari luka di dadanya, hanya mampu mengucapkan permintaan maaf yang penuh penyesalan.

Dengan kekuatan terakhir yang tersisa, mereka menusukkan pedang masing-masing ke dalam jantung yang terluka. Di tengah sorakan peperangan yang mereda, mereka jatuh bersama-sama, mengakhiri pertempuran dengan akhir yang tragis.

Dalam keheningan yang menyedihkan, Luke menatap Sheila yang terluka, mencari jawaban yang tak pernah dia temukan. Dan di antara desisan nafas terakhir mereka, hanya ada harapan yang sederhana: harapan bahwa jika

mereka memiliki kesempatan untuk hidup kembali, mereka tidak akan berakhir dalam kesedihan dan keputusasaan seperti ini. Di tengah keheningan yang terasa berat, Luke Godwinson dan Sheila Evergreen saling bertatapan, mata mereka dipenuhi dengan rasa sakit, penyesalan, dan cinta yang tak terucapkan. Mereka tahu bahwa saat ini adalah saat terakhir mereka bersama, di dunia yang penuh dengan kegelapan dan keputusasaan.

“Sheila... Kenapa kita harus sampai seperti ini?” Ucap Luke, suara nya lirih dan terengah-engah.

“Maafkan aku, Luke... Maafkan aku atas segalanya...” jawab Sheila dengan terengah-engah karena menahan rasa sakit akibat jantung nya di tikam oleh Pedang Edna milik Luke yang merupakan pedang Sihir Naga. Luke pun tidak kalah menahan sakit, tangan nya bergetar karena tenaga nya terasa hilang, dia berdiri dengan goyah, Pedang Es Evergreen tertancap di Jantungnya.

“Tidak, Sheila. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi dengan penyesalan seperti ini,” Dia meraih tangan Sheila yang terluka dengan lembut, “Kita punya begitu banyak mimpi bersama, begitu banyak rencana untuk masa depan kita. Aku tidak bisa kehilanganmu...”

“Luke... Kau adalah cahaya di tengah kegelapan hidupku. Aku... Aku mencintaimu...” Sheila menggenggam tangan Luke dengan lemah.

“Aku juga mencintaimu, Sheila. Dan aku tidak akan pernah melupakanmu...” Mata Luke berkaca-kaca.

Mereka saling bertatapan, merasakan kehangatan dan cinta yang masih terasa meskipun kematian sudah dekat. Di antara keheningan yang tercipta, mereka merasakan kedamaian yang datang dengan menerima akhir yang sudah ditentukan oleh takdir.

Sheila, dengan nafas terakhirnya, “Maafkan aku...” Dia tersenyum lemah, “Dan jika... jika kita diberi kesempatan untuk hidup kembali, aku berharap kita tidak akan kembali seperti ini...”

“Aku juga berharap begitu, Sheila... Aku juga berharap begitu...” Luke meneteskan airmata kesedihan dan penyesalannya akan takdir yang telah membawa mereka seperti ini.

Dalam kesenyapan yang penuh dengan rasa sedih dan penyesalan, Luke dan Sheila melepaskan genggaman mereka satu sama lain, merelakan diri mereka untuk pergi ke arah yang tak terduga. Dengan kepercayaan yang dalam bahwa cinta mereka akan tetap abadi, mereka menutup mata mereka untuk selamanya, meninggalkan dunia ini sebagai sepasang jiwa yang terikat untuk selamanya.

Terpopuler

Comments

Angelina Kinthesa

Angelina Kinthesa

Loving it

2024-03-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!