Bisikan yang mecurigakan di Taman yang sepi

Dalam suasana yang agak tegang di pesta karena Charlotte yang berusaha mendominasi, Sheila dan Putri Serena berusaha untuk mencairkan suasana dengan berbincang-bincang santai bersama beberapa bangsawan yang berkumpul untuk mengobrol dengan mereka. Mereka memilih topik yang netral dan menyenangkan, seperti fashion dan perkembangan terbaru dalam bisnis.

"Apakah kalian melihat gaun-gaun terbaru dari desainer terkenal minggu ini? Saya mendengar mereka menghadirkan koleksi yang luar biasa!" Ucap Sheila menyesapkan wine ke mulutnya.

"Oh, tentu saja! Saya sangat terpesona dengan detail-detail kecil dan keindahan desainnya. Mereka benar-benar menciptakan karya seni yang dapat dikenakan." jawab Putri Serena dengan antusias.

"Benar sekali. Mode selalu menjadi cerminan dari zaman kita. Dan bicara soal bisnis, saya mendengar ada kerja sama besar yang sedang berlangsung di dunia perbankan. Bagaimana pandangan kalian tentang itu?" seru salah seorang putri bangsawan yang ada di sana.

"Ya, saya juga mendengar tentang itu. Ini bisa menjadi peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi, asalkan manajemennya dilakukan dengan bijaksana." jawab lagi salah seorang putra bangsawan.

"Saya setuju. Kerja sama bisnis yang solid dan berkelanjutan sangat penting untuk memajukan industri, baik itu di bidang mode atau perbankan." lanjut Sheila tetap menjaga sikap yang anggun.

"Tetapi tentu saja, keberhasilan bisnis juga bergantung pada kualitas kepemimpinan dan visi strategis yang kuat." tambah Putri Serena dengan senyuma hangat yang tidak pernah terlepas dari wajahnya.

Dalam percakapan yang santai ini, Sheila, Putri Serena, dan bangsawan lainnya menggabungkan minat pribadi mereka dengan pembicaraan tentang perkembangan terkini dalam bisnis. Mereka menciptakan suasana yang lebih ringan di tengah-tengah keadaan yang tegang di pesta tersebut, sambil tetap menjaga kecerdasan dan kepandaian mereka dalam menyampaikan pendapat.

Sheila meninggalkan aula pesta dengan langkah ringan, merindukan udara segar dan ketenangan yang bisa dia temukan di luar. Saat dia menyusuri lorong-lorong indah di kediaman Borgia, cahaya bulan menyinari jalanan yang terbuat dari batu paving halus, menciptakan bayangan yang menarik di bawah kaki Sheila. Tiba di taman keluarga Borgia, dia melihat pemandangan yang begitu menakjubkan. Pepohonan tua menjulang tinggi di atasnya, menawarkan rindang yang menyenangkan dari cahaya bulan yang menyelusuri daun-daunnya. Ranting-ranting yang lembut berayun-ayun dengan angin malam, menciptakan suara gemerisik yang menenangkan. Di tengah taman terdapat sebuah bangku kayu tua yang ditempatkan di bawah cahaya bulan, menunggu seseorang untuk duduk dan menikmati keindahan alam yang mempesona. Sheila dengan lembut duduk di bangku itu, merasakan kelembutan kayu di bawahnya dan membiarkan angin malam yang sejuk menyapu wajahnya. Di sekitarnya, bunga-bunga indah mekar dengan lembut, mengeluarkan aroma harum yang menyegarkan udara malam. Burung-burung malam bersenandung di cakrawala, menambahkan lapisan kecantikan pada suasana yang sudah tenang dan damai. Sheila menutup mata sejenak, meresapi kedamaian yang ada di sekelilingnya. Di taman ini, di bawah langit yang bercahaya bulan, dia merasa jauh dari kerumitan dunia dan dapat menemukan ketenangan yang begitu dia butuhkan.

Saat Sheila tengah menikmati ketenangan di taman yang tenang dan damai, dia mulai mendengar suara pria yang sedang berbicara dengan nada yang meninggi. Suara tersebut terdengar datang dari balik tembok besar di taman, yang mengarah ke rumah kaca Duke Borgia, tidak jauh dari tempat Sheila duduk. Tembok tersebut cukup tinggi, namun Sheila tidak bisa melihat siapa yang sedang berbicara. Suara pria itu terdengar penuh dengan kemarahan dan frustrasi, sementara suara yang lain terdengar tenang namun tegas. Mereka sepertinya sedang berselisih karena suatu hal yang penting. Sheila merasa tertarik dengan apa yang sedang terjadi di balik tembok tersebut. Dia memperhatikan setiap kata yang diucapkan, mencoba mengerti apa yang sedang mereka perdebatkan. Namun, karena jarak dan tembok yang menghalangi pandangannya, dia hanya bisa mendengarkan tanpa bisa melihat siapa yang sedang berbicara.

Sheila terperanjat mendengar percakapan di balik tembok, di mana pria yang suaranya terdengar lebih muda dengan panik dan emosional membicarakan Count Hastings yang ditahan di penjara Duchy Evergreen. Dia menekan pria yang lebih tua, dengan suara yang tenang namun tegas, untuk memastikan bahwa Count Hastings harus ditutup mulutnya, tidak peduli bagaimana caranya. Mereka sepertinya khawatir bahwa jika Count Hastings membocorkan informasi tentang mereka, maka akan berakibat buruk bagi mereka, terutama pada pria yang lebih tua itu.

"Dasar bodoh! Karena kerjaanmu yang amburadul, Count Hastings ditangkap sekarang! Segera atasi masalah ini agar dia tidak membocorkan satu kata pun!" Pria yang lebih muda itu menumpahkan rasa kesal nya karena count Hastings ditangkap.

"Dengarlah, saya telah melakukan yang terbaik menurut pengetahuan saya. Jangan salahkan saya atas kegagalan ini. Sekarang, kita harus fokus pada solusi, bukan saling menyalahkan!" seru pria yang lebih tua terdengar mencoba menahan emosinya

PLAKK!!!

Terdengar suara tamparan begitu keras di wajah seseorang, sontak membuat Sheila terkejut. Dia mendengarkan dengan hati-hati, merasa tegang dan cemas dengan apa yang sedang dibicarakan. Ini adalah informasi yang penting dan bisa berbahaya, terutama jika melibatkan Count Hastings dan keterlibatan pria-pria ini dalam hal tersebut. Meskipun dia tidak bisa melihat mereka, Sheila bisa merasakan ketegangan di udara, serta keputusasaan dan keputusasaan yang terpancar dari suara mereka. Dia berpikir untuk segera melakukan tindakan, tetapi dia harus berhati-hati agar tidak memperburuk situasi atau terbaca oleh mereka. Dengan hati-hati, Sheila memutuskan untuk diam dan terus mendengarkan, mencoba menyerap setiap kata yang diucapkan dan mencari tahu lebih lanjut tentang hubungan antara pria-pria ini dengan Count Hastings.

"Dasar tua bodoh! Aku tidak butuh pembelaanmu yang omong kosong! Sekarang lakukan apa yang kukatakan dan selesaikan masalah ini, atau kau akan merasakan konsekuensinya!" suara pria yang lebih muda agak meninggi, penuh tekanan dan emosi.

"Baik, seperti yang kau katakan. Aku akan menyelesaikannya. Percayakan padaku." seru pria yang lebih tua dengan nada tertekan.

Pria muda, yang tampaknya memiliki otoritas yang lebih tinggi dan dibayangi oleh ketegangan, menatap Alistair dengan tatapan tajam penuh kekesalan. Dia menegaskan setiap kata dengan nada yang penuh dengan kemarahan yang tak terbendung.

"Pria tua bodoh!" ucapnya dengan nada yang penuh dengan kebencian. "Kau memang benar-benar tak berdaya, Alistair! Karena kegagalanmu, Charlotte tak bisa meraih posisi Putri Mahkota. Rencana kita hancur berantakan!"

"Maafkan aku," gumamnya dengan suara rendah, "Aku melakukan yang terbaik yang aku bisa."

Namun pria muda tersebut tidak tergerak oleh penjelasan Alistair. Sebaliknya, dia melanjutkan dengan nada yang masih penuh dengan kemarahan.

"Dan sekarang, karena kebodohanmu dalam mengatur Count Hastings, dia malah tertangkap! Segera atasi masalah ini!"

Setelah melepaskan semua kekesalannya, pria muda tersebut dengan langkah cepat meninggalkan Duke Alistair Borgia yang masih terdiam di tempatnya, meninggalkan jejak ketegangan yang menggantung di udara. Beberapa menit kemudian, Duke Borgia, yang sebelumnya hanya berdiri di sana, juga memutuskan untuk pergi. Langkahnya terasa berat.

Sheila, yang tetap berada di tempatnya di taman, duduk dalam keheningan setelah kedua pria tersebut pergi. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan yang tak terhitung jumlahnya, dan kekhawatiran yang terus menghantui pikirannya. Dia mulai mempertanyakan hubungan antara Duke Borgia dengan kasus Count Hastings, dan juga siapa sebenarnya pria muda tersebut. Duke Borgia, sosok yang dikenal licik, sombong, dan kuat, tampaknya tak mampu bertahan di hadapan pria muda tersebut. Sheila bertanya-tanya tentang kekuatan dan pengaruh apa yang dimiliki oleh pria muda tersebut sehingga bahkan Duke Borgia pun terpaksa menurut pada perintahnya. Dia memutar-mutar dalam pikirannya, mencoba menghubungkan petunjuk-petunjuk yang dia dengar dengan kejadian-kejadian yang telah terjadi. Namun, semakin banyak dia memikirkannya, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul tanpa jawaban yang pasti. Dalam kegelapan malam yang menyelimuti taman, Sheila duduk sendiri dengan pikiran yang berkobar-kobar. Dia merasa perlu untuk mengetahui kebenaran di balik semua ini, dan dia bersumpah untuk mengungkapnya, meskipun dia tidak tahu apa konsekuensi dari penemuan itu.

***

Dengan langkah mantap, Sheila kembali melangkah ke dalam aula kediaman Duke Borgia. Cahaya-lampu yang gemerlap dan hiasan-hiasan mewah menyambutnya kembali ke dalam keramaian pesta yang sedang berlangsung. Namun, kali ini, pikirannya dipenuhi oleh ketidakpastian dan pertanyaan yang belum terjawab. Dia melihat sekeliling dengan cermat, mencari tanda-tanda yang bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah menghantuinya. Matanya mengamati setiap gerakan, setiap percakapan, dan setiap ekspresi wajah yang terlihat di antara para tamu undangan. Namun, meskipun suasana pesta terlihat sama seperti sebelumnya, Sheila merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda. Ada ketegangan yang terasa di udara, dan dia bisa merasakan kehadiran sebuah rahasia yang tersembunyi di balik senyuman-senyuman palsu dan percakapan yang terdengar meriah.

Saat dia mendekati Charlotte, yang berdiri di tengah kerumunan tamu dengan sikap anggunnya, Sheila menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan dirinya untuk pertemuan yang mungkin tak nyaman. Meskipun hubungan mereka buruk, tata krama bangsawan mengharuskan Sheila untuk memenuhi kewajibannya untuk berpamitan kepada tuan rumah sebelum pulang. Dengan langkah yang mantap, Sheila menyusuri kerumunan dan akhirnya mencapai Charlotte. Dengan keanggunan yang menjadi ciri khasnya, Sheila menyapa Charlotte dengan senyum yang dipenuhi dengan kebaikan dan kesopanan.

"Maafkan saya, Charlotte," ucapnya dengan suara yang lembut namun tegas. "Saya ingin mengucapkan terima kasih atas undangan yang luar biasa ini. Namun, saya merasa bahwa sudah waktunya bagi saya untuk pulang. Terima kasih atas keramahan Anda, dan semoga Anda memiliki sisa malam yang menyenangkan."

Dengan kepala tegak dan hati yang penuh dengan keputusan, Sheila menerima jawaban acuh tak acuh dari Charlotte dengan sikap yang tidak tergoyahkan. Meskipun hatinya mungkin merasa terluka oleh sikap dingin tersebut, dia tidak membiarkan hal itu mengganggu langkahnya. Dengan langkah mantap, dia melangkah keluar dari kediaman Duke Borgia, meninggalkan kerumunan bangsawan dan gemerlapnya pesta di belakangnya. Di dalam hatinya, api pengetahuan dan keingintahuan terus berkobar-kobar. Dia merasa bahwa dia harus segera pulang, untuk mulai merangkai rencana berdasarkan informasi yang telah dia dapatkan. Kembali ke rumahnya, dia merencanakan untuk menyelidiki lebih lanjut dan mencari petunjuk yang bisa membantunya mengungkap kebenaran di balik semua ini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!