Peristiwa Kehancuran Duchy Evergreen

Di tengah gemuruh angin malam yang dingin, Duchy Evergreen tenggelam dalam bayang-bayang kegelapan. Langit mendung dan hujan lebat telah merendam tanah, menciptakan suasana muram yang sesuai dengan duka yang menyelimuti duchy tersebut. Gretta yang sekarang berada dalam tubuh Sheila, duduk sendirian di ruangan yang gelap dan kusam di istana Duchy Evergreen. Matanya yang berkabut terfokus pada selembar kertas kosong di meja kerjanya, namun pikirannya melayang ke masa lalu yang menyakitkan. Dia merenung tentang peristiwa-peristiwa yang telah menghancurkan keluargan Sheila dan memporakporandakan Duchy Evergreen.

Pertama-tama, dia teringat akan kehancuran yang dibawa oleh Wabah Hitam yang mengerikan. Duchess Evergreen, sosok yang lembut dan penuh kasih yang selalu menjadi pelindung Duchy, pergi dengan cepat oleh penyakit yang mengerikan itu. Sheila masih terbayang akan wajah ibunya yang pucat dan lemah, dan terdengar teriakan putus asa dari rakyat yang tak bisa diselamatkan.

Namun, tragedi itu hanya awal dari kejatuhan Duchy Evergreen. Duke Evergreen, ayah mereka yang gagah berani, juga menemui ajalnya yang tragis. Minum racun Ectica yang langka telah menjadi kutukan baginya, dan akhirnya tubuhnya tergeletak tak bernyawa di lantai. Sheila mengingat Ekspresi Duke yang terakhir kali saat berbincang dengan nya, masih dengan ekspresi wajah yang penuh kehidupan, wajah seorang ayah yang memberi semangat dan keteguhan bagi anak-anak nya di masa suram, namun, setelah itu wajah kaku Duke Evergreen yang penuh dengan kengerian, membawa mimpi buruk bagi Sheila.

Perubahan dalam keluarga pun menghantui ingatannya. Kakaknya, Richard, yang pernah menjadi contoh yang baik, seseorang yang sopan santun dan calon Duke masa depan, jatuh ke dalam jurang kecanduan perjudian dan prostitusi. Sheila terbayang akan tatapan dingin Richard yang penuh dengan keputusasaan, sementara Duchy terus tenggelam dalam kekacauan.

Dan adiknya, Gareth, yang dulu penuh semangat, kini terperangkap dalam labirin alkoholisme dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang akibat cacat yang di dapati nya saat di medan perang. Sheila merasa hancur saat dia mengingat tatapan kosong di mata Gareth, yang dulunya penuh canda tawa dan keceriaan.

Keluarganya yang dicintainya jatuh ke dalam kehancuran, dan Duchy Evergreen sekarang berada di ambang keruntuhan total. Sheila, yang dipandang sebagai harapan terakhir untuk memperbaiki keadaan, kini terpukul oleh kegilaan dan rasa sakit yang mendalam. Dia merasa seperti terperangkap dalam mimpi buruk yang tak berujung.

Tiba-tiba, dalam kegelapan ruangan, sebuah bayangan muncul di hadapannya. Itu adalah bayangan dari kedua saudaranya, Richard dan Gareth, yang menatapnya dengan tatapan sedih dan penuh penyesalan. Dalam keputusasaan yang melanda, Sheila merasa tergila-gila oleh rasa sakit dan kemarahan. Dia bergerak dengan gerakan yang lambat, namun pasti, dan memegang Pedang Es Evergreen ditangan nya. Dalam kilatan cahaya lilin yang remang-remang, Sheila meneriaki kedua saudaranya yang telah mengkhianatinya. Dia merasakan darah yang membanjiri dadanya, menyesakkan napasnya. Namun, dia tak bisa menghentikan gerakan tangan yang sudah dijalankannya. Dengan mata yang memerah oleh air mata dan kegilaan, Sheila menyerang. Dan dalam detik yang berlalu begitu cepat, Duchy Evergreen menyaksikan adegan yang penuh dengan kehancuran dan penderitaan. Rintihan kesedihan mencapai langit, dan hujan yang terus turun seperti air mata yang tak berujung dari langit-langit surga yang terluka.

Di tengah kegilaan dan keputusasaan, Sheila terdiam sejenak. Bayangan kedua saudaranya masih menghantuinya, memancarkan aura kesedihan yang menusuk hatinya. Dia menyadari bahwa jika dia tidak menghentikan siklus kehancuran yang telah melanda keluarganya dan Duchy Evergreen di kehidupan Sheila sebelum nya, nasib yang sama akan menimpa dirinya sendiri di kesempatan kedua yang di berikan dewa padanya.

Dalam keheningan yang menyakitkan, bayangan masa depan yang suram mulai muncul di benak Sheila. Dia melihat Duchy Evergreen yang terhimpit oleh kekacauan dan penyesalan, tak pernah mampu bangkit dari puing-puing tragedi yang telah terjadi. Dia merasakan beban berat yang menindihnya, menyadari bahwa peristiwa kehancuran akan tetap menjadi kutukan bagi jiwanya jika dia tidak segera mencari cara untuk mencegahnya. Perasaan keputusasaan dan penyesalan memenuhi setiap serat keberadaannya. Sheila merasa terperangkap dalam jurang gelap yang tak berujung, dengan bayangan masa lalu yang terus menghantuinya. Dia tahu bahwa dia harus bertindak sekarang, sebelum terlambat, sebelum Duchy Evergreen tenggelam lebih dalam dalam kehancuran yang tak terelakkan. Dengan tekad yang mengeras, Sheila mengangkat kepalanya. Matanya yang memerah oleh air mata dan rasa sakit, tapi kini ada kejelasan yang menyala di dalamnya. Dia tahu bahwa dia harus menemukan cara untuk memulihkan Duchy Evergreen, untuk menyelamatkan apa yang tersisa dari keluarganya, dan untuk menebus dosa-dosanya yang terlalu besar untuk dipikulnya sendiri. Sheila mengambil keputusan untuk berjuang. Dia akan memperbaiki kesalahan pada kehidupan lalunya yang penuh tragedi. Meskipun jalan yang akan dihadapinya panjang dan penuh dengan rintangan, Sheila tahu bahwa dia harus bertarung, untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, dan untuk Duchy Evergreen yang dicintainya.

Sheila duduk tegak di meja kerjanya, wajahnya terlihat tegang dan penuh perhitungan. Matanya memandang kosong ke arah dinding, namun kilatan tajam terpancar dari bola matanya yang memerah. Di hadapannya, lembaran kertas bekas catatn nya terhadap peristiwa yang dia alami Duchy Evergreen di kehidupan lalu Sheila menjadi saksi bisu dari pertarungan batin yang sedang dia alami. Ekspresi Sheila terlihat tajam, seolah-olah dia tengah menelanjangi kebusukan hati manusia yang ada di sekelilingnya. Ketika dia mengingat setiap peristiwa yang telah terjadi, nama-nama orang yang terlibat muncul dalam benaknya seperti kilat yang menyambar di tengah kegelapan malam. Dalam sorot matanya yang tajam, terpantul kekesalan dan penyesalan yang dalam. Dia mencatat dengan cermat nama-nama orang yang telah menjadi bagian dari setiap peristiwa tragis yang telah merenggut kedamaian Duchy Evergreen.

Ketika mengingat tentang Duchess Evergreen yang meninggal karena Wabah Hitam, Sheila mencatat nama-nama dokter dan ahli penyakit menular yang gagal menyelamatkan nyawa ibunya. Dia merasa marah dan kecewa pada ketidakmampuan mereka dalam mengatasi wabah yang mengerikan itu. Namun sebulan setelah kematian Duchess Evergreen, seorang pria muncul sebagai pahlawan kesiangan yang menghentikan wabah hitam yang terjadi di wilayah Duchy Evergreen dan mengantarkan nama besar baginya sebagai pahlawan, Duke Alistair Borgia.

"Duke Borgia..." Gumam Sheila dalam kegelapan tanpa mengedipkan matanya, mengingat seorang tokoh politik di kekaisaran Hopsburg yang merupakan lawan politik keluarga Evergreen muncul sebagai pahlawan musuhnya. Sheila menekan pena dengan keras tanpa menyadari bekas pena yang tertancap membuat lubang besar di kertas tersebut. "Nama yang terlalu lucu untuk hadir sebagai pahlawan bagi musuh bebuyutan..." gumam Sheila lagi. Dia menggaris bawahi nama Duke Alistair Borgia di catatannya.

Selanjutnya, Sheila memikirkan tentang Duke Evergreen yang menemui ajalnya karena minum racun Ectica, nama-nama pedagang obat, peracik hingga ahli obat dan tanaman serta ahli racun itu tertera dengan jelas dalam pikirannya. Sheila merasa geram pada orang yang mampu meracik Racun Ectica yang dapat membunuh keluarga Evergreen yang terkenal karena kebal racun. Tidak sembarangan orang yang mengetahui rahasia kelemahan keluarga Evergreen yang hebat dan kuat. Sheila, memutuskan untuk melakukan penyelidikan dengan hati-hati, teliti dan akurat terhadap pembuatan racun Ectica. Karena orang yang mampu membuat Racun Ectica adalah musuh alami keluarga Evergreen.

Dan saat dia mengenang perubahan Richard dan Gareth, Sheila mencatat nama-nama teman dan pengaruh negatif yang telah memperburuk keadaan kedua saudaranya. Ekspresinya yang tajam mencerminkan rasa sakit yang mendalam yang merayap di dalam hatinya. Di mulai dari Count Hasting yang melakukan tindakan pemberontakan dan penyelundupan obat terlarang yang merupakan bandar obat tempat Gareth mendapatkan pasokan obat terlarang.

Dalam keheningan yang menyedihkan, Sheila memegang pena dengan tangan yang gemetar. Dengan mata yang terbelalak dan ekspresi yang tajam, dia bertekad untuk menemukan keadilan dan kebenaran, meskipun itu berarti harus menghadapi orang-orang yang terlibat dalam tragedi tersebut.

Sheila merasakan kekuatan gelap yang mengancam untuk mengulangi kembali tragedi yang telah merenggut kedamaian Duchy Evergreen. Dalam keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya, dia merasa kegelisahan yang mendalam menggebu-gebu di dalam hatinya. Dia menyadari bahwa jika tidak segera menghentikannya, siklus kehancuran yang tak terhindarkan akan terus berputar, menciptakan lingkaran kegelapan yang tak berujung dalam kehidupan keduanya. Dengan tangan yang gemetar, Sheila menggerakkan pena di atas kertas di depannya. Matanya memancarkan api yang membara saat dia memandang selembar lembaran penuh coretan dan bekas tetesan-tetesan air mata yang terjatuh akibat ingatan akan tragedi di kehidupan Sheila sebelumnya. Dalam pikirannya yang tegang, dia mulai merencanakan langkah-langkahnya untuk menghentikan kebusukan yang telah menghantui Duchy Evergreen. Dalam benaknya, dia membayangkan pertarungan sengit yang akan dia hadapi. Dia harus menghadapi orang-orang yang telah terlibat dalam peristiwa-peristiwa tragis tersebut, dan dia harus siap untuk mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan Duchy Evergreen dari nasib yang suram. Dia mencatat setiap langkah yang akan dia ambil untuk menghentikan kehancuran yang sedang mengancam Duchy Evergreen dan keluarganya. Sheila bersumpah untuk melawan kegelapan dengan segala yang dia miliki. Dia akan menghancurkan orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa tragis tersebut, tidak peduli apa yang harus dia korbankan dalam prosesnya.

***

Pagi itu, cahaya redup mentari mulai menyusup masuk melalui jendela ruang kerja Sheila yang terbuka lebar. Ruangan itu masih dalam keheningan, dengan Sheila yang terduduk di meja kerjanya, penuh dengan tumpukan kertas dan buku catatan. Dia telah terjaga sepanjang malam, sibuk merumuskan rencana dan memikirkan cara untuk menyelamatkan Duchy Evergreen dari nasib yang suram. Tiba-tiba, suara langkah kaki ringan menghentikan kesunyian ruangan. Sheila menoleh, dan matanya bertemu dengan sosok yang dikenalnya dengan baik: Evelyn, pelayan setia Duchy Evergreen. Wajahnya yang lembut terpancar dalam cahaya pagi, memberikan sentuhan kehangatan di tengah keheningan yang tegang.

"Evelyn," sapanya Sheila dengan suara lembut, namun penuh dengan kelelahan. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Evelyn tersenyum ramah sambil menghampiri meja tamu di dalam ruang kerja Sheila, membawa di tangannya sebuah nampan berisi sarapan dan secangkir teh hangat. "Saya melihat bahwa Anda begitu sibuk semalaman, Tuan Putri," jawabnya dengan penuh perhatian. "Saya pikir Anda pasti lupa untuk makan. Jadi saya membawa sarapan untuk Anda."

Sheila terkejut oleh kebaikan hati Evelyn. Meskipun dia sibuk dengan urusan Duchy Evergreen, Evelyn selalu ada di sana, siap memberikan dukungan dan perhatian yang diperlukan. Dia merasa hangat di hati, menyadari betapa beruntungnya dia memiliki seorang pelayan yang setia seperti Evelyn di sisinya.

Sheila beranjak dari meja kerja nya dan duduk nyaman di sofa tamu yang terletak di tengah ruang kerjanya.

"Terima kasih, Evelyn," ucap Sheila dengan tulus, tersenyum lebar. Dia meraih secangkir teh dari nampan dan mencium aroma harum yang menguar dari cairan hangat itu. "Kamu benar-benar penyelamat pagi ini."

Evelyn hanya tersenyum dan mengangguk. "Saya selalu ada di sini untuk membantu Anda, Tuan Putri. Dan saya yakin, Anda pasti akan menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang Anda hadapi."

Sheila tersentuh oleh kata-kata Evelyn. Dia merasa semangatnya kembali tumbuh, diperkuat oleh dukungan dan kebaikan hati orang di sekitarnya. Dengan perasaan yang hangat di hati, dia mengambil genggaman pertama sarapan yang disajikan oleh Evelyn, dan mulai menikmatinya.

Setelah menikmati sarapan yang hangat yang disajikan oleh Evelyn, Sheila merasa energinya mulai pulih kembali. Dia kembali duduk di meja kerjanya, penuh dengan tekad untuk melanjutkan perjuangannya menyelamatkan Duchy Evergreen. Namun kali ini, dia tidak akan sendirian. Sheila memanggil Evelyn untuk bergabung dengannya di meja kerja.

"Evelyn, bisakah kamu datang ke sini sebentar?" panggil Sheila dengan suara lembut namun tegas.

Evelyn yang telah selesai membersihkan nampan sarapan dengan cepat bergerak mendekati meja kerja Sheila. Dia menatap Sheila dengan penuh perhatian, siap menerima instruksi apa pun yang akan diberikan oleh Sheila.

"Ada beberapa hal yang harus diselidiki," lanjut Sheila, menyerahkan selembar catatan ke tangan Evelyn. "Aku butuh kamu untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang semua hal ini dengan segera. Ini penting."

Evelyn menerima catatan tersebut dengan penuh kehati-hatian. Dia membuka lembaran kertas itu dan mulai membaca dengan cermat, mencatat setiap detail yang disebutkan di dalamnya. Wajahnya menunjukkan konsentrasi yang tinggi, siap untuk menyelesaikan tugas dengan cepat dan efisien.

"Baik, Nona," jawab Evelyn dengan suara yang tegas. "Aku akan segera memeriksa semua informasi ini dan memberikan laporan kepadamu sesegera mungkin."

"Terima kasih, Evelyn," ucap Sheila dengan tulus, melihat ke arah pelayan setianya dengan penuh penghargaan. "Kamu selalu menjadi bantuan yang berharga bagiku."

Evelyn hanya tersenyum dan mengangguk, dia meninggalkan ruangan untuk melaksanakan perintah Sheila.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!