Kota Holdest : Sheila dan Putra Mahkota dalam Misi Rahasia 2

Di dalam kamar yang lapang, ditemani hanya oleh gemuruh angin yang sepoi-sepoi, Putra Mahkota Luke duduk di kursi besar di sudut ruangan. Wajahnya yang gagah terhias bayangan cahaya remang-remang yang menerobos masuk dari tirai yang sedikit terbuka. Tatapan matanya melayang ke kejauhan, melayang-layang dalam lautan pikiran yang tak terjangkau. Dengan wibawa yang melekat pada setiap gerakan, Luke memutar perlahan cangkir anggur merah di tangannya. Isinya tidak tersentuh, begitu juga dengan pikirannya yang tidak terganggu oleh rasa haus. Pikirannya dipenuhi oleh kekacauan yang merayap, menyelimuti kedamaian kota Holdest yang semakin memudar. Ia berpikir tentang Sheila, kehadirannya yang tiba-tiba di kota Holdest memberikan sebuah tanda tanya besar di benaknya. Apakah kedatangannya hanya sebuah kebetulan, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam terkait dengan konspirasi yang mencekam kota Holdest? Pikirannya melayang ke masa lalu, mengingat masa kejayaan kota Holdest di bawah pimpinan Count Adison Morlist, yang sekarang tinggal kenangan. Kehadiran putra sang count, Herlick Morlist, hanya menambah kekacauan dan penderitaan bagi kota itu. Dengan langkah pasti, Luke merenung, memutar setiap kemungkinan, mencoba menembus kegelapan yang menyelimuti Holdest.

Dengan hening yang melingkupi kamarnya, Putra Mahkota Luke berbicara dengan dirinya sendiri dalam kegelapan. Suaranya, meskipun lembut, menggema di dinding-dinding ruangan yang seolah menyaksikan setiap kata yang terucap.

"Kenapa Sheila datang ke Holdest?" gumamnya, suaranya mengikuti aliran angin yang berbisik lembut di luar jendela terbuka. "Apakah dia juga mencium bau kebusukan yang merajalela di kota ini?"

Dia berjalan ke jendela dan memandang ke luar, mencari jawaban di balik malam yang gelap. Di bawah cahaya bulan, kota Holdest terlihat seperti hantu dari masa lalu yang mengejarnya.

"Count Morlist," ucapnya lagi, suaranya terdengar seakan memanggil roh-roh yang bersembunyi dalam kegelapan. "Apa kaitannya dengan semua ini? Apakah kematian ayahnya membuka pintu neraka bagi kota ini?"

Luke berdiri di tengah ruangan, bayangan panjangnya menciptakan ilusi bahwa dia bukanlah seorang manusia, melainkan sosok gaib yang menjelajahi alam semesta pikirannya sendiri. Dan di sana, di dunia yang tersembunyi di balik matanya, mungkin terdapat kunci untuk membuka misteri yang mengikat Holdest dalam belenggu kegelapan.

***

Sheila duduk sendiri di kamarnya, ruangan yang penuh dengan atmosfir penenang. Cahaya lilin menyala lembut, menciptakan bayangan-bayangan samar di dinding-dinding kamar. Ketika Evelyn memasuki kamar dengan sebotol anggur merah, Sheila tersadar dari lamunannya yang dalam. Dengan senyum hangat, Evelyn menuangkan anggur ke dalam gelas Sheila, dan dia menerima dengan penuh rasa syukur. Segelas anggur merah terlihat mempesona di cahaya lembut lilin, menggoda untuk dinikmati dengan kelezatan yang tiada tara. Sheila meraih gelasnya dengan gemetar, kemudian memperhatikan cairan merah yang berkilauan di dalamnya. Dengan gerakan halus, dia membawa gelas itu ke bibirnya dan menyeruput isinya dengan penuh kenikmatan. Rasa anggur yang kaya dan hangat meluncur di tenggorokannya, membawa kesegaran dan kehangatan yang diharapkan.

"Terima kasih, Evelyn," ucapnya dengan suara yang lembut, tatapan matanya terpancar dalam cahaya gemerlap lilin. "Ini sangat diperlukan."

Evelyn tersenyum dengan lembut, merasakan rasa syukur dari majikannya. Namun, rasa ingin tahu yang tak terbendung membuat Sheila segera membicarakan pengalaman baru yang dia alami di ruang makan.

"Aku berbicara dengan seorang pria bertudung di sana," ujarnya, suaranya memecah keheningan kamar dengan lembut. "Dia menceritakan hal-hal menarik tentang kota Holdest."

Sheila mengingat kembali pertemuan singkat itu, bagaimana pria bertudung itu tampak begitu misterius di bawah sinar lilin. Percakapan mereka masih terasa segar di pikirannya, mengundang rasa ingin tahu yang lebih besar tentang apa yang terjadi di balik tirai misteri yang meliputi kota Holdest. Sheila mengangguk setuju, ekspresi wajahnya terlihat serius ketika dia menggambarkan apa yang dia dengar tentang kota Holdest.

"Itu benar, aku juga pernah mendengar cerita-cerita indah tentang Holdest," ujarnya, suaranya bergetar dengan keprihatinan. "Tetapi setelah Count sebelumnya meninggal, semuanya berubah begitu cepat. Kekuasaan jatuh ke tangan putranya, dan kota ini mulai merasakan dampaknya." Dengan pandangan yang penuh pertimbangan, Sheila melanjutkan, "Count Morlist yang sekarang terkenal suka berfoya-foya, membiarkan kemewahan pribadinya menghalangi kesejahteraan rakyatnya. Fasilitas dasar seperti kesehatan menjadi terabaikan, dan rakyatnya menderita akibatnya. Itu benar-benar menyedihkan."

Dia menghela nafas dalam-dalam, merasakan beban kesedihan yang terus bertambah dalam benaknya. "Saya tidak sabar untuk menyelidiki lebih jauh tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini," tambahnya dengan tekad. "Rakyat Holdest tidak layak menderita seperti ini, dan saya akan melakukan segala yang saya bisa untuk membantu mereka."

Evelyn, yang mendengarkan dengan cermat, mengangguk setuju. "Betul, Nona. Ini adalah misi yang mulia, dan saya yakin Anda akan menemukan jawaban yang Anda cari."

Sheila tersenyum tipis, mengapresiasi dukungan dari temannya. "Terima kasih, Evelyn. Saya berharap kita dapat membuat perbedaan di sini," ujarnya dengan tulus.

Sheila mengalih kan pembicaraan dan menanyakan informasi terbaru tentang Duke Borgia yang telah di dapatkan Evelyn. Sheila mendengarkan dengan cermat ketika Evelyn menyampaikan informasi terbaru tentang Duke Borgia. Hatinya berdebar lebih cepat ketika dia mendengar bahwa Duke Borgia telah beberapa kali mengunjungi Istana, namun tujuannya masih misterius baginya.

"Menarik," gumam Sheila, merenungkan implikasi dari kunjungan Duke Borgia ke Istana. "Saya harus mengetahui lebih banyak tentang alasan di balik kunjungannya itu. Itu bisa menjadi kunci untuk memahami peran serta Duke dalam politik kekaisaran."

Ketika Evelyn menyebutkan investasi besar Duke Borgia pada bisnis Fashion Baron Moranty yang hampir bangkrut, Sheila mengangkat alisnya.

"Baron Moranty? Itu menarik," ujarnya dengan suara bergetar. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini. Saya yakin bahwa Duke Borgia tidak melakukan investasi semacam itu tanpa tujuan yang jelas. Saya harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar."

Sheila memalingkan pandangannya dari jendela, menatap jauh ke luar dengan kerlingan yang penuh pertimbangan.

"Duke Borgia dan bisnis Fashion Baron Moranty," ucapnya, suaranya bergetar sedikit. "Itu tidak biasa. Ada hubungan apa di antara mereka?"

Evelyn mengangguk, memperhatikan ketertarikan Sheila pada informasi tersebut. "Saya juga merasa bahwa hal itu cukup mencurigakan, Nona. Bagaimana mungkin seorang seperti Duke Borgia terlibat dengan bisnis yang hampir bangkrut milik Baron Moranty?"

Sheila mengangguk serius. "Aku setuju. Sepertinya ada lebih banyak di balik layar daripada yang terlihat. Ini bukan hanya tentang bisnis atau keuangan. Ada agenda tersembunyi di sini, saya yakin."

"Mungkin Duke Borgia memiliki rencana yang lebih besar," tambah Evelyn, mencoba memecahkan teka-teki yang semakin rumit. "Mungkin ada sesuatu yang ingin dia capai dengan menanamkan modalnya pada Baron Moranty. Namun, apa itu?"

Sheila mendesah, menggelengkan kepalanya. "Itulah yang harus kita cari tahu. Saya merasa semakin yakin bahwa Duke Borgia memiliki peran yang lebih besar dalam semua ini. Dan saya tidak akan beristirahat sebelum menemukan kebenarannya."

Mereka berdua terdiam, merenungkan misteri yang semakin dalam tentang peran Duke Borgia dalam politik dan bisnis.

Sheila mengangguk, menyadari bahwa fokus mereka harus kembali ke akar permasalahan di Holdest. "Kita tidak bisa mengabaikan betapa pentingnya untuk mengungkap kebobrokan Count Morlist dan dampaknya terhadap kesejahteraan Holdest," ujarnya dengan tegas.

Evelyn menyatakan, "Henry telah menyelidiki sebanyak yang dia bisa. Ternyata, bukti terkait pencucian uang dan perdagangan budak cukup sulit diakses. Tapi, kami menemukan beberapa petunjuk yang menarik."

Sheila menarik nafas dalam-dalam, siap mendengarkan informasi terbaru. "Apa yang Henry temukan?" tanyanya, matanya berbinar dengan antusiasme penyelidikan.

Evelyn melanjutkan, "Kami berhasil mendapatkan beberapa catatan keuangan yang mencurigakan dari orang-orang yang dekat dengan Count Morlist. Tampaknya, ada aliran dana yang besar keluar masuk dari rekening pribadinya, namun belum ada bukti konkret yang mengarah langsung pada pencucian uang atau perdagangan budak."

Sheila mengangguk, menyadari bahwa mereka masih memiliki pekerjaan besar di depan. "Kita harus terus menyelidiki dan mengumpulkan bukti lebih lanjut. Holdest tidak bisa tetap dalam keadaan seperti ini. Kami harus membantu mereka mendapatkan keadilan," katanya dengan tekad yang bulat.

Evelyn mengangguk setuju. "Saya akan terus bekerja sama dengan Henry untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Kita tidak boleh menyerah sampai kebenaran terungkap."

Setelah itu Evelyn mengucapkan permohonan untuk undur diri, Sheila tersenyum lembut sebagai tanda pengertian. Dia memahami bahwa setiap langkah yang diambilnya memerlukan energi dan konsentrasi yang besar, dan istirahat adalah kunci untuk menjaga dirinya tetap kuat dalam menghadapi tugas-tugas yang menantinya. Dengan hati yang lega, dia mengangguk pada Evelyn yang berdiri di ambang pintu.

"Terima kasih, Evelyn," ucap Sheila dengan lembut. "Kamu sudah bekerja keras hari ini. Beristirahat lah, kita butuh tenaga ekstra untuk besok."

Evelyn, dengan senyuman yang ramah, mengangguk sebagai balasan. "Terima kasih, Nona. Semoga kita mendapatkan jawaban yang kita cari besok. Sampai jumpa di pagi hari." Sheila melambaikan tangannya ketika Evelyn meninggalkan kamar, meninggalkan dia dalam kesunyian yang menyenangkan.

Dia merasa lega saat menatap pintu yang ditutup perlahan, menandakan akhir dari kesibukan hari itu. Dengan gerakan ringan, dia beranjak menuju tempat tidur, merasakan kelelahan yang perlahan menyelimuti tubuhnya. Saat dia merapatkan selimut ke tubuhnya dan menutup mata, pikirannya masih terjebak dalam pertimbangan tentang apa yang akan terjadi besok. Namun, kelelahan dalam perjalanan selama dua hari membuat Sheila langsung terlelap.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!