[16]

Esoknya Stella di panggil oleh bu Popi ke ruangannya, apalagi jika bukan masalah kemarin. Jelas-jelas dia sudah membuat dahi Yudistira terluka parah, akibat hantaman shower. Juga pasti bu Popi akan bertanya mengapa dirinya bisa memasuki asrama laki-laki, yang jelas-jelas itu tak diperbolehkan dalam peraturan.

"Saya yakin kamu pasti tau kesalahan kamu saat ini" Stella hanya diam melipat kedua tangannya, sambil menatap bu Popi.

"Saya akan memberi hukuman, dimana kamu akan diberi materi tambahan sampai pukul 6 malam. Namun, sebelum itu kamu harus membersihkan semua kelas di sekolah ini. Saya beri waktu kamu 1 jam, dan semua kelas harus sudah bersih. Saya akan selalu periksa kerjaan kamu nantinya. Dan satu lagi, mulai hari ini setiap pukul 6 pagi dan saat jam 8 malam. Kamu akan ditugaskan untuk mengabsen semua murid di asrama wanita. Jika menolak, akan saya tambahkan hukuman kamu. Bagaimana mengerti?"

Stella yang mendengar semua hukumannya itu sudah terlihat lemas sekali. Tak bisa berkata apapun, dengan mimik wajah yang melongo. "Silahkan kembali ke kelas sekarang, kelas akan segera dimulai". Stella menghela nafas berat, dan kembali ke kelasnya.

Sampainya di kelas, kedua mata Stella terus menatap kearah Yudistira yang sedari tadi menunggunya. Dengan senyuman ledeknya dan puasnya. "Hati-hati ada tukang ngadu di kelas ini, lo pada sering minum-minum kan? Jangan deh sampe ke telinga bu Popi"

"Maksud lo apa?!" Yudistira tiba-tiba kesal.

"Tukang ngadu akhirnya mengakui dirinya sendiri"

"Lagi pula lo cari masalah ke gue, dengan lo buat gue luka begini. Tandanya lo memulai perang sama gue, Gue mencoba bersabar selama ini, sama tingkah lo!"

"Suka gak sadar! Pelaku utama yang buat masalah kan lo. Lo pancing gue buat masuk jebakan lo. Dan saat gue masuk jebakan lo, lo kunciin gue di dalam gudang. Juga, lo ngutak-ngatik ponsel gue dan chat semua cowok kalo gue cewek yang suka open BO. Sampe segitunya lo benci gue? Sampe buat hal gila kaya gitu! Kenapa gak sekalian aja lo laporin ke kepsek, kalo gue suka ngelakuin hal begituan di sekolah ini!"

"Udah gila lo! Adik gue gak akan ngelakuin itu semua!!" Kesal Rami menonjok keras wajah Yudistira, di hadapan semua murid di kelasnya.

"Maksud lo apaan sih?!"

"Masih aja lo pura-pura gak ngerti?!" Kesal Stella, langsung memperlihatkan ponsel akan kelakuan Yudistira. Yang mengechat semua laki-laki di kontaknya.

"Heran gue sama orang kaya lo, hobby ngejailin orang. Tapi, gak mau dijailin balik" Sambungnya.

"Gue gak buka ponsel lo sama sekali, baru gue pegang doang. Emang gue kesel sama lo kemarin, tapi gue gak segila itu sampe buka-buka privasi orang"

"Lo pikir gue bakal percaya, sama omongan yang keluar dari mulut lo? Kalo lo dari awal gak ada niatan buat ngelakuin itu semua. Kenapa lo ambil ponsel gue?"

"Yaa, gue cuma mau buat lo sedikit panik aja. Karena, lo pasti panik saat ponsel lo ilang"

"Sebenernya, gue gak mempermasalahkan hukuman yang gue dapet hari ini dari bu Popi. Tapi, kelakuan lo itu udah diluar batas! Dan, gue gak akan diem aja"

"Stell, gue kan udah jelasin. Kalo memang bukan gue yang ngelakuin itu semua. Kenapa sih masih aja lo gak percaya. Gue ngaku, gue yang laporin lo karena udah buat dahi gue begini. Tapi, bukan gue yang chat engga-engga di kontak ponsel lo itu"

"BACOT!"

"Mending lo diem, sebelum gue tonjok lagi wajah lo!!" Tambah kesal Rami. Menggepal baju Yudistira, sambil mengepal satu tangannya seperti hendak akan menonjoknya.

"Ada apa ini?" Tiba-tiba guru datang ke kelas. Rami langsung melepaskan baju itu dari tangannya, dan merapihkan bajunya. Lalu, duduk kembali ke bangkunya. Seolah-olah agar tak terjadi apa-apa.

Bel berbunyi sangat kencang, tanda untuk semua murid juga guru menghentikan kelas sejenak untuk istirahat. Yudistira tiba-tiba menghampiri Jinata dengan Jije, yang sedang asik mengobrol di ruang kosong tak terpakai di sekolah itu. Terlihat jelas mereka berdua terlihat senang dan disertai tawaan puas. "Beneran lo yang lakuin itu semua? Gue kira beneran si Yudis yang lakuin. Lo kapan pegang ponselnya si Stella? Perasaan lo sama gue mulu"

"Lo lupa gue handal dalam bidang apa?"

"Oh iya, lo jago banget ngehacker ponsel orang kan pake ponsel lo itu? Hhaha~" Jinata mulai bersikap anguh dan membanggakan dirinya sendiri. Dengan senyuman kemenangan di dirinya, sebab sudah membuat keributan di kelas tadi, oleh kelakukannya sendiri.

Tanpa mereka sadari video pembicaraan mereka sudah tersebar di situs sekolah, di kirim langsung oleh Yudistira. Tanpa nama samaran, dia gunakan dengan namanya sendiri. Tak perlu menjadi penakut, jika untuk membeberkan kebenaran. Dan Yudistira melakukan itu semua, dengan kemauannya dan untuk memperbaiki nama baiknya dari tuduhan yang mengarah padanya. Yang pada awalnya memang bukan kesalahan Yudistira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!