Givan sangat yakin, dia tidak menyimpan sedikit pun dendam pada Echa, apa lagi rasa benci. Bahkan alasan Givan melakukan hal buruk pada Echa dulu, melempar bola futsal, itu benar benar bukan karena dia membenci Echa. Bukan sama sekali.
Ada alasan nya, dia dan Tante Maya -Bunda Echa- tahu itu.
Bagi Givan, selagi lagi banyak 'entah kenapa' yang dia rasa kan akhir akhir ini dengan Echa.
Setelah 'entah kenapa' dia menampung Echa malam itu, tidak marah padahal dia merasa sangat terganggu terlebih saat itu emosi nya tidak stabil.
Hari ini 'entah kenapa' itu muncul lagi. Saat melihat Echa patah hati di depan mata nya. Entah kenapa, Givan tidak bisa membiar kan begitu saja. Dia merasa ... perlu melakukan sesuatu.
"Lo masih galau?" tanya Givan.
"Oh, soal Kak Kaivan?" Echa melempar pertanyaan kembali dan membuat Givan mengangguk. "Galau sih Cuma ... ya udah," kata Echa dengan ke sedihan yang tidak berusaha di sembunyi kan nya. Echa menyukai Kaivan dari kelas sepuluh, satu tahun lalu. "Dia bukan oksigen juga, gue masih bisa bisa bernafas meski pun dia di milikin cewek lain."
Sedetik kemudian, setelah Echa mengata kan itu dia merasa seperti ada satu sisi dalam diri nya yang menertawa kan perkataan nya sendiri.
'Apa sih? Sok bikin kutipan tegar padahal ambyar'
"Gue kira, gue bakal liat lo nangis guling guling depan rumah."
Echa memasang wajah datar mendengar itu. "Lebay banget perkiraan lo."
Lalu, sepasang mata Echa melebar setelah tidak sengaja otak nya men-cocoklogi-kan semua yang baru mereka bahas, dan saat melihat Givan mata nya memincing penuh tuduhan. "Lo." Tunjuk nya terarah pada laki laki itu. "Cerita nya lo mau jadi cowok penghibur bin buaya? Mangka nya lo ngajak gue ke sini, ya?"
"Cowok penghibur bin buaya tuh gini," kata Givan lalu menaruh tangan nya melingkari bahu Echa, merangkul dan membawa nya mendekat.
Saat Echa ke bingungan dan tidak tahu mau melihat ke mana karena -wajah nya jadi berhadapan tepat dengan Givan, dagu nya malah di tahan oleh tangan Givan yang lain. Di paksa melihat Givan yang berkata, "Hai cantik, lagi galau ya?"
Givan mengedip kan satu mata nya, kemudian melempar kan senyuman maut.
Double kill.
Echa tak sadar menahan napas.
Kemudian, dagu Echa di angkat lebih tinggi, lebih dekat ke wajah Givan sendiri. Satu hal yang Echa sadari di tengah ke gugupan nya adalah arah tatap Givan, sepasang mata laki laki itu, melihat ke bibir nya seolah sedan menentu kan titik target.
Jangan jangan, Givan berencana akan---menonjok nya?
Atau mencium nya?
Lah, ini ... tidak kan? Tidak seperti yang ada dalam pikiran Echa?
Perlu tidak sih Echa mengaju kan pertanyaan perkalian matematika lagi pada Givan? Memasti kan Givan tidak ke surupan.
Di tengah suasana yang menjadi sangat aneh itu, bisa bisa nya Echa malah memperhati kan detail wajah Givan untuk lagi-lagi menyadari ... eh, Givan itu, ganteng ya? Sumpah.
Echa tidak pandai mendeskripsi kan sesuatu. Tapi, kalau harus di deskripsi kan Echa bisa menyebut Givan ini makhluk yang ganteng-ganteng-ganteng -agak- banget. Iya, tiga kali nyebut.
Jika berada dalam jarak super dekat seperti ini dengan Givan, cukup membuat Echa merasa tidak nyaman pada jantung nya.
"Mau di bahagiain Givan?" tanya Givan, terdengar menggeli kan dan membuat Echa mengerjap sekali.
.
.
.
...Bersambung......
Happy Reading🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments